21/05/12

Like a Sir

Mungkin sudah berbulan-bulan lalu, aku lihat sebuah post di 9gag tentang sebuah film yang akan dirilis (biasaaa, spoiler). Di film tersebut Johnny Depp jadi aktornya, dan salah satu dialognya berbunyi seperti ini, "you may strategically place your wonderful lips upon my posterior and kiss it repeatedly". Ternyata, arti kalimat itu tidak bagus untuk diperdengarkan kepada adik-adik kita yang masih di bawah umur, alias merupakan sebuah umpatan. Dan di bagian bawah post itu, ada tulisan "Johnny Depp, cursing like a sir". Wah, kalau orangnya enggak ngerti seperti aku, bisa-bisa dikira kalimat itu disalah artikan sebagai pujian, ya...padahal itu kalimat buat misuh. Berdasarkan yang pernah aku baca sih, sarkasme merupakan suatu seni yang membuat orang menyangka bahwa mereka disanjung, padahal sebenarnya mereka sedang dicaci. Namun dikatakan bahwa belajar memahami sarkasme dapat membuat seseorang lebih cerdas, aku setuju itu. Kan belajar sesuatu yang enggak gampang itu bikin pinter.

Nah, beruntunglah teman-teman sekelas (terutama teman segolongan praktikum dulu, salah satunya Niha), akhir-akhir ini sedang rajin nonton film di bioskop. Waktu pertama kali diajak nonton Dark Shadows, aku ragu-ragu. Soalnya pernah denger sekilas darimana gitu, itu film tentang vampir. Eh ternyata yang jadi vampirnya Johnny Depp. Berarti film itu merupakan film yang salah satu dialognya sudah aku tulis di paragraf pertama postingan ini, hihihi. Mengingat kutipan sarkasme yang terkesan elegan (tapi sebenarnya kasar itu), aku pun tertarik untuk ikut.

Aku enggak akan menuliskan cerita filmnya sih. Filmnya bagus kok, lucu di awal-awal. Menjelang akhir film, ceritanya serius, tapi secara keseluruhan menghibur sih menurutku. Terus sejak awal, di film ini digaungkan terus pemahaman tentang "blood is thicker than water". Pokoknya harta yang paling berharga adalah keluarga (mirip-mirip serial Keluarga Cemara, ya, hehe). Namun, menurutku yang paling menarik dari film itu adalah gaya ngomongnya Johnny Depp yang memakai gaya bahasa tahun 1700-an. Pinter ya, yang bikin dialognya, maybe he/she has a degree in English literature or something. Dia memanggil setiap wanita (yang biasanya dipanggil Mrs.) dengan sebutan madam dan memanggil wanita yang lebih muda dengan sebutan dear. Terus ada adegan dimana dia ngomong "Fight I shall" dan "methinks". Hahaha, jadul banget bahasanya. Dan masih banyak lagi dialog yang lucu buatku, bukan karena bahasanya saja tapi juga karena kejadulannya itu, misalnya:

"A woman doctor, what an age this is?"
"What sorcery is this?" (Dia heran melihat siaran televisi).
(melihat penyanyi rock sedang tampil) "the ugliest woman i have ever seen"

Dan scene yang menurutku paling lucu adalah saat dia meminta saran di bidang percintaan kepada seorang remaja wanita. Ketika mengetahui bahwa remaja itu berusia 15 tahun, dia mengeluarkan komentar yang lucu banget, haha. Sekali lagi, lucu karena bahasa dan kejadulannya, tapi terdengar elegan. Menurutku, ini meme yang paling sesuai untuk film itu:

sumber gambar: knowyourmeme.com

Hihi, suka deh yang enggak biasa seperti di film ini.. Atau denger bahasa Inggris yang ada aksennya. Kalau bahasa Inggrisnya orang Amerika itu terdengar lurus-lurus saja, mungkin karena sebagian besar lagu dan film luar negeri sekarang berasal dari Amerika. Kalau orang Inggris yang ngomong, beda. Bahasa Inggrisnya terkesan tebal di telinga (mungkin terdengar medok di telinga orang Amerika?) walaupun lebih susah dimengerti. Baru-baru ini terpesona sama Tom Hiddleston (sampai bela-belain ngerental filmnya yang belum aku tonton). Ternyata dia berasal dari London. Waaaw, melihat dan mendengar video wawancaranya, jadi makin suka...he speaks English like a sir :D

11/05/12

Music for Ear and Eye

Ternyata tidak harus menunggu sampai tanggal 26 Juli untuk menunggu video klip lagu Payphone dirilis. Iya sih, memang album terbaru Maroon 5 baru akan dirilis pada tanggal tersebut, tapi video klip hits pertamanya sekarang sudah bisa dilihat di Youtube. Senangnya :-D





Ini liriknya (tapi tanpa bagian rap-nya ya, maaf, hoho). Seperti biasa, khas Maroon 5, kalaupun harus galau, maka galaunya pun bukan galau menyerah pasrah. Namun, menurutku galaunya berkata, "come back to me, you know i'll always treat you like a queen", seperti juga lagunya yang lain, Misery, She Will be Loved, Won't Go Home Without You...haha, sok tahu banget ya aku.





Payphone

(Maroon 5 feat. Wiz Khalifa)


I'm at a payphone trying to go home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong, where are the plans we've made for two?



Yeah, I, I know it's hard to remember

The people we used to be
It's even harder to picture
That you're not here next to me
You say it's too late to make it
But is it too late to try?

And in our time that you wasted
All of our bridges burned down
I've wasted my nights, you turned out the lights, now I'm paralyzed
Still stuck in that time when we called it love
But even the sun sets in paradise

I'm at a payphone trying to go home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong, where are the plans we made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
All those fairytales are full of s**t
One more fu**ing love song I'll be sick

You turned your back on tomorrow
Cause you forgot yesterday
I gave you my love to borrow
But just gave it away
You can't expect me to be fine
I don't expect you to care
I know I've said it before

But all of our bridges burned down
I've wasted my nights
You turned out the lights
Now I'm paralyzed
Still stuck in that time when we called it love
But even the sun sets in paradise

I'm at a payphone trying to go home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong, where are the plans we've made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
And all those fairytales are full of sh*t
One more fu**ing love song I'll be sick
Now I'm at a payphone...

Nice lyrics...meskipun menurutku videonya enggak nyambung sama liriknya, tapi aku tetep heboh dalam hati waktu lihat adegan si Adam berusaha keluar dari scene perampokan itu. Aaaaaaaaaaaa banget deh :D
Di youtube sendiri banyak pendapat orang-orang yang berusaha memahami arti video itu. Mungkin ada sebuah metafor di dalam video itu. Tapi gimana aku bisa berpikir keras untuk memikirkan metafora di balik video klip itu kalau Adam levine yang jadi aktornya, hahaha. I ended up commenting like this in youtube:


How about this: Adam is the bad guy, he is the robber also. Other robbers were shooting at him, but not even one bullet hit him (just so people won't think that Adam is on their team). Adam could care less about other people, but he saved the office girl. At 0.51, watch his expression as he saw her. Maybe they were a lover..but something happened and their relationship ended. He still love her though. When he survived from the cops, he called her, spend all of his changes to make sure she's fine
widyaninggar148 1 second ago

This song just makes me like Maroon 5 more :) 

08/05/12

Floral-Printed Outfit (II)

Daripada memprotes keadaan, mending nulis tentang sesuatu yang digemari saja. Yup, fashion! Awww yeah, entah kenapa ya aku jarang merasa bosan untuk berurusan dengan urusan fashion. Berurusan dengan fashion enggak selalu berarti shopping buatku, bisa miskin kalau shopping terus tiap minggu. Bisa cepat miskin juga kalau tiap kali bete harus diobati dengan shopping. Mending buka lemari, terus bongkar-bongkar pakaian di dalamnya, coba mix and match di depan cermin...cuma dinikmati oleh diri sendiri sih, tapi cukup ampuh untuk mengobati kebosanan atau kebetean. Kalau lagi musim ujian gitu, justru frekuensi acara bermain-mainku dengan pakaian ini bertambah lho (kecuali pas ujian skrip*i, enggak minat yang aneh-aneh). Wajar dong, kalau ujian kan butuh hiburan, hehe.

Ehm, mengomentari tentang pakaian yang ada di gerai-gerai pakaian cewek sekarang ya...pendapatku adalah, "mmm, seriously?". Huhuhu, aku ingin memutar waktu kembali ke satu sampai dua tahun yang lalu, ketika motif kembang-kembang menjadi tren. Kalau sekarang, sepertinya trennya itu pakaian yang berkesan glamor dan seksi ya? Bahannya tipis melangsai, warna neon, lengan super lebar, ujung bagian bawah enggak simetris antara depan dan belakang, payet...sebenarnya ini 100% masalah selera dan kebetulan itu semua bukan seleraku, itu saja. Seleraku, blus atau rok model sederhana, bermotif kembang-kembang dan terbuat dari katun. Ketebalan kainnya pas dan nyaman dipakai, bahkan untuk dipakai seharian buat kuliah, ngelab lanjut kegiatan lain di kampus, dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore. Floral-printed outfit displayed in female clothing store...i do miss you

Yah, saat ini tren sedang tidak akur dengan seleraku. Mungkin besok, besok banget, entah kapan, pakaian bermotif bunga-bunga dari bahan katun akan kembali menyerbu pasaran...aminnn (berdoa dengan sungguh-sungguh).

07/05/12

Cerita si Glisin


Aku merupakan suatu senyawa organik. Menurutku tidak ada yang spesial pada diriku, hanya aku memiliki dua bagian tubuh yang berlawanan satu sama lain. Salah satu dari mereka dapat melepaskan hidrogennya. Sebaliknya, ada bagian tubuhku yang dapat menangkap hidrogen. Namun kedua bagian tubuh itu kumanfaatkan untuk bergandengan dengan tetangga sejenisku, prolin dan hidroksiprolin. Seperti senyawa organik pada umumnya, aku disusun dari atom karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Ada juga sih anggota keluargaku (keluargaku artinya senyawa-senyawa lain yang katanya strukturnya mirip struktur molekulku), yang punya atom sulfur. Ah, tentang ini sih, bukan urusanku. Tuhan menyuruhku begini, aku ikut saja. Meskipun tidak punya atom sulfur, aku tetap bersyukur sudah ditakdirkan menjadi diriku seperti ini. Dalam kehidupan kali ini, Tuhan Menyuruhku untuk ikut andil dalam menyusun kulit seekor sapi. Sapi itu disembelih setelah seumur hidup diambil susu dan disuruh kawin untuk kemudian diambil anaknya (setelah mati pun ia masih akan dimakan dagingnya, kasihan betul). Kulitnya pun tidak ketinggalan pula diambil seorang lelaki paruh baya dan diangkut ke sebuah bangunan yang besar sekali. Di sanalah kulit si sapi, berarti ada aku di dalamnya, diolah menjadi gelatin.

Ah, jangan tanyakan tentang proses pengolahannya. Rasanya panas dan sakit. Untung aku masih bisa bertahan. Aku pun terpisah dari tetangga-tetanggaku, yang tidak lain merupakan keluargaku juga. Sebagian besar dari kami masih hidup, namun ada juga yang mati alias terdegradasi. Kampung kami yang awalnya solid, berupa struktur triple helix yang megah, tercerai berai menjadi rantai yang tidak beraturan. Ada yang menjadi rantai tunggal (para ilmuwan menyebutnya rantai alfa), ada yang berupa rantai tunggal (disebut rantai beta), ada juga yang masih berupa triple helix namun tidak lagi beraturan seperti dulu (rantai gama), namun jumlah rantai gama sangat sedikit. Aku sendiri pasrah saja ketika nasib menghantarkanku berada pada salah satu rantai alfa. Masih bersyukur aku tetap berpegangan tangan dengan prolin dan hidroksiprolin. Sebelum diolah menjadi gelatin, selain bergandengan denganku, si prolin dan hidroksiprolin sebenarnya berpacaran dengan molekul tetangga di rantai lain atas jasa baik sebuah mak comblang, yaitu molekul air. Namun nasib molekul siapa yang tahu, proses pengolahan yang tidak berkeperimolekulan itu memisahkan cinta mereka. Sekarang siapa yang tahu keberadaan kekasih mereka. Jangan-jangan mereka sudah mati. Ah, sudahlah. Yang penting jangan pernah sebut-sebut kejadian itu lagi, kasihan mereka. Namun kami para molekul memang tegar dan menurut saja apapun yang Diperintahkan Allah. Apapun yang terjadi, yang penting tetap lakukan apa yang kami bisa. Itu saja.

Setelah menjadi gelatin, pekerjaanku hanyalah duduk manis dalam sebuah stoples plastik. Suatu pagi kucuri dengar pembicaraan manusia dalam bahasa Inggris, mereka berkata bahwa aku akan dikirim ke Indonesia. Maka dimulailah hari-hariku melintasi benua. Sayang stoplesku kedap cahaya, begitu pula kardus dan kontainer peti kemas yang digunakan untuk mengangkutku. Aku jadi tidak bisa melihat-lihat jalan. Setelah berhari-hari terus diguncang-guncang, akhirnya aku berakhir di sebuah lemari tua, di sebuah ruangan tua yang menyeramkan. Setelah beberapa hari merenung dan bertanya-tanya akan jadi apa aku nantinya, kurasakan bumi tempatku berdiri berguncang. Rupanya ada seorang manusia yang memindahkan stoples tempatku berada. Masih kuingat saat ia membuka stoplesku, kemudian membawaku keluar. Ia memindahkanku di atas kertas. Oh, rupanya ia sedang menimbangku. DI sebelahnya ada seorang manusia juga, mungkin temannya. Melihat kulit para manusia, aku jadi sedih. Aku ingat masa laluku sebagai penyusun kulit sebuah makhluk juga, meskipun beda spesies. Ah sudahlah. Mungkin ia akan memerlukanku untuk penelitiannya, siapa tahu aku masih bisa berguna.

Setelah itu ia memasukkanku dalam sebuah wadah kaca. Bukan, bukan stoples, karena wadah ini sempit sekali, alasnya pun tidak rata melainkan berupa setengah lingkaran. Kemudian ia mengangkat wadah ini dan menuangkan sesuatu. Sekonyong-konyong kulihat sebuah hidrogen nemplok dengan seenaknya ke ujung amina milik alanin, yang kali ini mengalami nasib sial. Kenapa pula aku yang berada di pinggir? Mungkin begitu keluhnya. Manusia itu menggojog wadah kaca dan kini hampir semua gugus amina, hidroksil dan segelintir sulfohidril menggandeng sebuah hidrogen. Hidrogen tampak puas, sebaliknya molekul yang ditempelinya pasrah saja. Seperti sudah kukatakan tadi, kami para molekul menurut saja dengan ketentuan dan nasib yang sudah digariskan Allah.

Kemudian ia memasukkanku ke sebuah kotak yang bau dan becek dimana-mana. Klek! Ia mengunci pintu kotak dan kemudian sekelilingku menjadi gelap. Dimulailah petaka itu. Secara cepat dan pasti aku merasakan peningkatan panas yang luar biasa. Tekanan juga naik. Prolin dan hidroksiprolin kurasakan makin renggang dariku. Panas sekali…aku tidak tahan. Akhirnya kami bertiga terpisah. Kulihat glutamin disana, lebih mengkhawatirkan nasibnya dariku. Segera setelah ia lepas dari tetangganya, tubuhnya menekuk seperti sangat kesakitan.  Ia tersiklisasi, artinya ia akan menjadi cacat dan tidak akan diakui lagi oleh keluarga kami. Beberapa molekul lain pun mulai gelisah, beberapa diantaranya kacau, menyerobot bagian tubuh molekul yang lain, semisal metionin, ia menyerang sesamanya, membentuk raksasa metionin sulfonat yang tampak besar dan mengerikan. Sesama pemilik atom sulfur, sistein, tak mau kalah. Ia membentuk tandingan, raksasa sistin. Suasana kacau balau. Ada juga yang tubuhnya rusak permanen, dan seperti nasib glutamin, ia tidak akan diakui lagi sebagai keluarga kami, keluarga asam amino. Ahhh, aku mulai melantur begini, rasanya aku hampir tak kuat. Aku terus berusaha bertahan. Namun kalaupun aku harus mati, aku ikhlas.

(12 jam kemudian)

Tiba-tiba suasana menjadi lebih tenang. Sepertinya tekanan mulai menurun, demikian pula suhu disini. Suasana di dalam wadah sempit ini lebih mirip suasana selepas peperangan. Molekul teroksidasi bergelimpangan di dasar wadah, membentuk kerak hitam, bagai tumpukan mayat. Merinding aku melihatnya. Ada juga yang rusak, sehingga tidak dapat kukenali siapa dia dahulu.

Aku sendiri, sendirian. Benar-benar sendirian. Sejak pertama kali aku lahir (maksudku ditranslasi), aku segera digandengkan dengan prolin dan hidroksiprolin. Entah dimana mereka sekarang. Aku melayang-layang tanpa tujuan. Ada atom hidrogen melekat di gugus aminaku, ia turut kemana saja aku melayang-layang di dalam wadah ini. Aku tidak peduli. Di sekitarku juga ada banyak asam amino yang masih selamat sepertiku, bahkan ada pula yang masih bergandengan satu sama lain. Melihat mereka masih saja bergandengan mesra, aku jadi teringat, dimana prolin dan hidroksiprolin? Ah, belum pernah aku sesendiri ini.
Manusia yang kemarin memasukkanku dalam kotak penyiksaan yang bau dan becek itu mengambil wadah kecil tempatku berada. Aku tidak peduli. Ia kemudian menuangku ke dalam wadah yang lebih besar dan meneteskan sesuatu. Tiba-tiba kulihat ion-ion hidroksil, berenang-renang menggoda ion hidrogen yang menempel di gugus aminaku. Kurasa hidroksil jauh lebih menarik daripada diriku karena si hidrogen tadi segera meninggalkanku untuk bergabung bersamanya. Ah, memang sudah nasibku sendiri begini.

Belum selesai lamunanku, ia meneteskan lagi sejumlah cairan melalui pipa aneh yang meruncing ujungnya. Kulihat ion-ion timbal dengan ganas segera berikatan dengan rangkaian asam amino yang masih saja bergandengan satu sama lain walaupun sudah dipanaskan. Segera terbentuk endapan putih, menyeramkan sekali. Sepertinya ia marah karena rangkaian asam amino itu tidak mau menurut saja dan melepaskan gandengan satu sama lain saat dipanaskan tadi. Dengan ganas ia masih mencari-cari rangkaian asam amino yang membandel, namun mendadak ia tenang setelah manusia tadi memasukkan asam oksalat melalui pipa aneh lain yang lebih kecil dari pipa aneh tadi.

Kemudian manusia itu memasukkanku ke dalam sebuah alat dan dari ujungnya yang seperti gasing, aku keluar setelah melewati saringan berukuran pori kecil. Kecil sekali porinya, endapan putih dan kerak (mayat-mayat keluargaku T,T) tidak dapat melewatinya. Namun aku dapat lolos dengan mudah dari saringan itu. Sekarang aku berada dalam tabung plastik kecil yang lucu. Di sinilah aku dapat melihat dengan jelas, keluargaku. Setelah kuamati satu persatu, mereka semua ada, kecuali glutamin. Membayangkan nasib glutamin tadi, aku bergidik.

Manusia itu kemudian memindahkanku ke sebuah botol kaca kecil berwarna cokelat. Kemudian, ia memasukkan sesuatu. Kulihat sebuah molekul yang begitu cantik, belum pernah kulihat ia sebelumnya selama hidupku. Ia memperkenalkan diri orthoftalaldehid. Melihat atom karbon karboksilnya feminin, atom nitrogenku tak dapat menahan diri untuk menggodanya. Sebenarnya ia masih memiliki satu atom karbon karboksil lagi, yang tak kalah feminin dan menarik untuk kuincar, namun apa daya nitrogenku hanya satu. Pun aku tak punya gugus lain yang cukup jantan untuk menyerangnya. Tiba-tiba sebuah molekul lain muncul, tanpa basa-basi ia memperkenalkan diri sebagai 2-merkaptoetanol dan menawarkan atom sulfurnya untuk berikatan dengan OPA. Tanpa malu-malu, si OPA, demikian panggilan sayangku padanya, menerimanya dengan suka cita. Aku tidak tinggal diam, aku pun bereaksi dan tahu-tahu kami bertiga telah bergandengan. Namun agak berbeda dengan gandengan tanganku bersama prolin dan hidroksiprolin dahulu, sekarang kami melebur menjadi satu molekul yang kaku. Aku tak dapat bergerak bebas. Yah, nasib molekul siapa yang tahu. Gara-gara kepincut dengan kecantikan si OPA aku jadi begini. Ya sudahlah.

Kemudian melalui sebuah benda yang aneh, aku disedot dan disuntikkan ke sebuah benda besar berbentuk elips. Rupanya benda itu terdiri atas bola-bola yang berukuran seragam dan diiisikan ke sebuah pipa. Permukaan bola itu berupa silika yang dilapisi rantai karbon, masing-masing berjumlah 18 buah, sehingga tampak berekor. Ada juga silika yang hanya ditutupi gugus hidroksil. Melihat rantai karbon yang lucu itu, aku jadi tertarik untuk bergandengan dengannya, karena ada bagian molekulku yang juga bersifat sama dengannya, sama-sama takut air. Molekul sejenisku pun ikut berikatan. Walaupun mereka sudah bergabung dengan OPA dan 2-merkaptoetanol, aku masih dapat mengenali mereka: asam aspartat, asam glutamat, asparagin, serin, sistein, treonin, histidin, metionin, alanin, arginin, triptofan, valin, leusin, isoleusin, dan lisin. Turunan asam aspartat, asam glutamat, dan asparagin tampak kurang antusias bergandengan dengan rantai karbon itu, namun sebaliknya kulihat turunan valin, leusin dan isoleusin terlihat sangat gembira menggandeng rantai karbon itu dengan mesra. 

Belum sempat aku mengamati lebih lanjut, tiba-tiba kami diguyur suatu cairan. Tak ambil waktu, asam aspartat kepincut dengan cairan itu dan segera melepaskan rantai karbon yang tadi dipegangnya sambil malas-malasan. Asam glutamat segera mengikuti, diikuti asparagin, serin, sistein dan histidin. Setelah histidin pergi, cairan itu menarikku. Metanol dalam cairan itu menyuruhku untuk melepaskan peganganku dengan rantai karbon yang kupegangi. Ternyata di dalam cairan itu ada pula ion asetat. Wah, aku jadi ragu. Sebenarnya aku nyaman-nyaman saja berikatan dengan rantai karbon ini, tapi metanol terus memaksaku. Ternyata ada molekul lain yang berpikiran sama denganku. Dari strukturnya, aku tahu kalau ia turunan treonin. Makin lama, makin banyak metanol yang memaksaku. Aku pun menyerah. Dengan berat hati kuucapkan perpisahan pada rantai karbon tadi. Ia tampak sedih tapi seperti atom dan molekul lain di muka bumi ini, ia pasrah saja. Turunan treonin pun menyusulku, ia juga tidak tahan terus dirongrong oleh metanol. Kami mengalir bersama-sama.

Sekarang ada sebuah lampu yang menyorotkan cahaya padaku. Aku pun tereksitasi dan energiku naik. Beberapa saat kemudian, tak dapat kutahan, aku ingin kembali seperti semula. Keadaan ini tidak nyaman. Ah! Akhirnya berhasil, aku berhasil turun satu tingkat. Namun ini belum cukup. Aku harus benar-benar kembali seperti semula. Dan aku terkejut menyadari bahwa ketika aku berusaha menurunkan tingkat energiku lagi, aku memancarkan sinar juga. Sinar ini berbeda dengan sinar tadi, lebih kecil energinya, namun aku bersinar! Kulihat sebuah alat menangkap sinar itu, maka dengan semangat aku semakin bersinar. Kulihat turunan treonin yang bersamaku sejak keluar dari kolom berisi bola-bola kecil itu juga melakukan hal yang sama. Tidak hanya itu persamaan diantara kami, rupanya kekuatan pancaran sinar kami juga sama.
Dan tanpa kutahu, manusia tadi memandangi layar komputer dengan gembira.

“Eureka! Glisin! Bersama dengan treonin!”

05/05/12

Mengenalmu, Memelukmu

Entah kenapa, melihat draft skripsiku yang cuma dijepit oleh sebuah penjepit hitam besar, ideku jadi meluap-luap.


Mengenalmu

Mengenalmu, kubagai bayi langkahkan kaki tuk menjejak bumi
Mengenalmu, kubagai menaiki bianglala mendaki puncak tertinggi
Mengenalmu, kubagai seorang awak kelasi
Mernerka bintang-bintang dalam rasi
Mengenalmu, kubaca konstelasi sempurna karya Ilahi
Mengenalmu, takkan pernah kuselesaikan sepanjang hidupku
Karena setiap kali menatapmu, seperti kujumpai sesuatu yang baru <3




Terus, mungkin ia akan membalas puisiku, dengan puisi juga seperti ini:


Memelukmu

Aku tak tahu kapan
Kapan akan ada hal lain yang akan mengalihkan energi dan waktumu untukku
Aku juga tak tahu kapan
Kapan kau akan merasa bosan dan meninggalkanku
Yang aku tahu, aku ingin memelukmu, lama
Selama mungkin
Dengan jiwaku
Selama kau mau, selama kau mau
Selama kau masih mau aku <3



Hehehe....bohong juga sih kalau inspirasi untuk menulis kedua puisi itu HANYA dari skripsi aja. Tapi pas, kan dengan situasi dan kondisi di semester delapan yang aneh ini? :)

04/05/12

2 Kali untuk Selamanya (Ujian Skripsi Tertutup)

Zingggg!
Pikiran yang pertama kali terlintas begitu bangun tidur pada tanggal 2 Mei 2012! Apalagi kalau bukan tentang "itu"!, yah, benar, "itu"! Pikiran itu bukanlah "Waduh, Hardiknas, upacara jam 7 nih, hwaahhh" (emang aku anak sekolahan, sayangnya sudah bukan, hehe). Ya, hari itu bukan sekedar Hari Pendidikan Nasional buatku. Hari itu juga merupakan hari ulang tahun PIOGAMA, tapi bukan itu pikiran yang terlintas di pikiran ketika pertama kali bangun tidur. Hari itu merupakan hari ujian skripsiku. Hari itu penting buatku, soalnya tertanggal sejak 15 September 2011 aku sudah mulai melakukan sesuatu untuk menghasilkan skripsi ini. Sudah hampir 9 bulan, dan mungkin aku tidak punya cukup kekuatan untuk memikirkannya lebih lama.

Kuakui, kadang aku semangat banget dan menikmati proses pembuatan skripsi ini. Tapi sering juga aku mikir yang enggak-enggak, misalnya, "gimana ya kalau seandainya dulu aku ... dan bukannya ...", pokoknya berandai-andai lah. Padahal setelah dipikir lagi, nikmat Allah mana yang akan kudustakan, lha wong penelitian juga gratis, dosennya baik hati, hebat dan keren lagi. Dosenku praktis orangnya, enggak ribet, cocok banget buat aku. Temen nge-labku juga baik, sahabatku sendiri, manis dan yang paling penting, tulus orangnya. Paling enggak aku kerja bersama dua orang (teman ngelab dan dosenku) yang baik hatinya, kan? Namun kadang aku merasa enggak tahan lagi dan pingin teriak sekeras-kerasnya serta ingin mengubur semua hal yang berkaitan dengan skripsi itu dalam-dalam kemudian enggak akan aku ambil lagi seumur hidupku. Sayangnya (atau untungnya?) aku enggak punya pilihan itu kan? Hehe....konon katanya, satu-satunya pilihan untuk menghilangkan kegalauan skripsi adalah dengan mengakhirinya secara baik-baik. Jadi? Kumpulkan saja draftnya. Selesaikan apa yang sudah kita mulai.

Begitu aku memasukkan draft skripsiku ke akademik (artinya, aku menyerahkan diri dan skripsi untuk dieksekusi alias disidang), mendadak aku bermimpi buruk dan jerawatan gedeeee banget di pelipis kiri. Tiba-tiba segala jenis hiburan menjadi kurang menarik. Aku pernah baca, kehilangan minat pada hobi atau hal-hal yang disukai merupakan gejala-gejala orang depresi! Masyaallah, amit-amit jangan sampai. Tapi memang aku membatalkan rencana dolan bersama teman-teman ke Gua Pindul tanggal 28 April. Untung acaranya akhirnya beneran dibatalin. Jadi enggak nyesel deh, hehe. Sebut saja aku lebai, tapi memang begitu kenyatannya. Setelah lari-larian selama beberapa untuk janjian dengan ketiga dosen penguji (dua dosen penguji dan satu dosen pembimbing, sebenarnya) serta mengurus administrasi di fakultas, akhirnya dipastikan aku akan ujian tertutup pada tanggal 2 Mei 2012. Aku senang, karena hari itu bertepatan dengan Hardiknas. Lagipula pada hari itu, ketiga dosen pengujiku free alias enggak ada agenda lain sampai jam 3 sore. Later, aku tahu kalau dosen pembimbingku ada acara jam 10 pagi (bertepatan dengan waktu ujianku), tapi akhirnya beliau membatalkan acara lain itu. Kurang baik gimana coba?

Persiapanku untuk menghadapi ujian sih, mungkin standar. Enggak ada cerita begadang sampai pagi, seharian membaca buku, atau kisahku sedang melakukan kegiatan-kegiatan ekstrim lainnya. Pola hidup tidak berubah, cuma jadi panik aja. Untuk meyakin-yakinkan diri, selain bertanya ke para kakak kelas yang sudah pernah menghadapi ujian tertutup, ya....aku baca-baca skripsi sendiri dan baca referensi. Enggak ngoyo juga sih, masih sempat buka FB dan 9gag kok. Kan buat selingan biar enggak stres, hehe...tidak lupa menyiapkan presentasi juga. Setelah sekitar seminggu berada pada fase panik dan merasa rendah diri (alias enggak siap), akhirnya aku pun move on ke fase pasrah. Dan setelah melewati fase pasrah, move on lah aku ke fase (agak) percaya diri. Sengaja aku tulis (agak) percaya diri, karena sebenarnya, seyakin-yakinnya aku terlihat bagi orang lain dan sekecil apapun ketidak yakinan itu, tapi ketakutan itu pasti ada. Wajar ah menurutku.

Aku bersyukur banget ada dukungan dari orang tua, temen-temen dan dosen pembimbing. Aku ingat, dosen pembimbingku bilang, "Wajar saja kalau mahasiswa masih salah-salah (ngomong), kan baru pertama kali itu ikut ujian skripsi. Kalau saya kan sudah tiga kali (maksudnya beliau sudah pernah ujian skripsi, tesis dan disertasi-Red)", dan "Mahasiswa enggak bisa menjawab pertanyaan saat ujian itu wajar terjadi, enggak usah khawatir". Kalau enggak ada mereka, mungkin selamanya aku akan berada pada fase panik (sehingga malah enggak bisa konsentrasi belajar), atau lebih buruk lagi, terpuruk di fase pasrah sehingga enggak berusaha sama sekali. Pokoknya, kumpulkan dukungan sebanyak-banyaknya, lah. Kalau ditanya kabarnya gimana, ceritakan aja kalau kita mau ujian skripsi terus minta didoain, hehe. 

Fase (agak) percaya diriku sebenarnya muncul agak terlambat, menurutku. Tapi fase itu menyenangkan karena rasanya apapun yang kupelajari nyangkut di otak karena aku rileks (sebenarnya emang aku cuma belajar hal-hal yang kiranya bakal aku mengerti sih, yang sulit-sulit aku tanyain ke dosen atau teman yang lebih mengerti aja, haha...daripada malah stres lagi kan?). Dan pada fase itu terasa ketenangan yang sangat menolongku untuk tidur nyenyak dan berpikir jernih menjelang ujian. Menjelang ujian, lagi-lagi aku merasa sangat bersyukur punya orang tua, saudara dan teman-teman yang baik hati banget, enggak ragu buat menawarkan bantuan apapun yang kiranya aku perlukan. Mulai dari doa, dana, kata-kata penyemangat, nasihat, ilmu, jasa (belikan snack, ngatur LCD, meminjamkan laptop sampai ngambilin draft skripsi yang disebabkan atas kecermatanku (baca dengan nada sarkastik) ternyata tertinggal di kost saat ujian, dan lain-lain), pokoknya top. 

Dan sekarang ujian tertutup sudah selesai. Rasanya Allah dan semesta-Nya mendukungku karena para dosen pengujiku sepertinya ceria banget pagi hari itu. Atau karena hari itu Hari Pendidikan? Wallahu'alam, tapi saat mulai mengucap salam untuk mereka, tenang rasanya. It just felt right, berdiri di situ, mulai presentasi dan ditanya-tanya. Walaupun sebenarnya ada juga pertanyaan yang enggak bisa kujawab dan ada juga yang kujawab dengan ragu-ragu. Haha, entah kenapa hal itu enggak mengurangi kelegaanku ketika akhirnya tidak ada lagi pertanyaan dan dosen pengujiku menutup sesi ujian tertutup itu. Beliau kemudian memintaku keluar ruangan sebentar karena mereka akan memutuskan hasil ujianku. Ketika aku keluar, teman-teman menunggu di depan ruangan, dan dari mereka aku tahu bahwa ternyata aku hanya menghabiskan waktu sekitar 70 menit saja di dalam ruangan itu. Entah sudah matang atau belum hasil dadaran ini, haha. Tapi malah bagus ding, cepat begitu. Aku malah suka. 

Alhamdulillah sudah selesai ujian tertutup, tinggal mempersiapkan ujian terbuka. Oh iya lupa, ada revisi juga, hehe. Ingat pesan bapak dosen pembimbing dan ibu dosen penguji saat hendak meninggalkan ruangan, "Cepat diselesaikan ya mbak".
Oke, challenge accepted! Good luck to myself :D