03/05/14

Dua Peri Gigiku

Sejak aku kecil, kira-kira kelas 1 SD, Ibu dan Bapakku sudah mengharuskanku menggosok gigi sebelum tidur. Sebagai anak kecil yang suka bermain sampai terlalu capek dan ingin langsung tidur, aku membenci keharusan itu. Aku belum mengerti manfaat menyikat gigi. Mungkin ibu dan bapak pernah menerangkannya padaku, tapi aku lupa. Pokoknya aku kesal sekali kalau diminta gosok gigi ketika sudah mengantuk. Apalagi ibuku hampir selalu mengawasi dan akan menyuruhku menggosok gigi dengan benar, tidak sekedar berbusa saja namun harus digosok cukup lama dan mencakup semua bagian gigi,

Pernah suatu malam aku tertidur di ruang keluarga. Aku kelelahan karena seharian bermain bersama saudara-saudaraku dari luar kota. Namun ibu dan bapak benar-benar tak mau tahu, mereka tetap menyuruhku menggosok gigi. Malam itu aku menangis di kamar mandi karena capek, mengantuk dan tentu saja kesal. Saat itu aku benar-benar tak mengerti, buat apa sih? Kenapa mereka tidak membiarkanku tidur saja? Aku benar-benar tak mengerti, ibu dan bapakku yang tak pernah menyuruhku masuk peringkat 10 besar di kelas, tak pernah memaksaku membantu pekerjaan rumah, tak pernah menyuruhku les ini-itu, tak pernah melarangku berteman dengan siapa pun...selalu memaksaku untuk menyikat gigi sebelum tidur? Menurutku saat itu, menggosok gigi sebelum tidur itu enggak penting banget.

Meskipun aku malas-malasan seperti tiu, ibu dan bapakku tak pernah bosan memaksaku menggosok gigi sebelum tidur.

Tahun-tahun terus berlalu. Kadang aku masih malas menggosok gigi sebelum tidur.

Tahun-tahun kembali berlalu. Tanpa kusadari aku sudah tidak pantas disebut anak kecil lagi. Aku sudah berbeda. Satu hal yang paling kurasakan, ketika aku berada di tempat umum, orang-orang memanggilku "mbak" dan bukan lagi "dik".

Tanpa kusadari juga, menggosok gigi sebelum tidur sudah menjadi kebiasaan. Ketika aku merasa sudah waktunya buatku untuk tidur, maka tanpa berpikir lagi aku segera pergi ke kamar mandi, menyikat gigi. Sekarang ditambah dengan kebiasaan mencuci muka. 

Dan bila tak sengaja aku tertidur tanpa sempat menggosok gigi (sangat jarang terjadi), maka aku akan terbangun dengan perasaan risih dan tidak enak. As if I were a dragon breathing fire, begitulah adikku membuat perumpamaan. Nafas naga, hahaha, menjijikkan sekali.

Kebiasaan yang ditanamkan padaku itu ternyata kebiasaan yang sangat berguna. Satu-satunya sakit gigi yang pernah kualami adalah sakit ketika salah satu gigi susuku akan digantikan oleh gigi tetap, saat aku kelas 3 SD. Setelah itu, aku tak pernah merasakan sakit gigi lagi. Kunjungan ke dokter gigi adalah hal yang mudah dan tidak menakutkan, karena umumnya karang gigi terbentuk agak banyak hanya di belakang gigi bawahku saja (diakibatkan karena susunan gigi bawahku yang memang terlalu rapat). Selain itu, nothing. 

Pernah seorang mahasiswa kedokteran gigi akan membersihkan karang gigiku. Ketika dosennya memeriksaku, dosen itu bertanya, "oh, kamu sudah selesai membersihkannya?". Padahal mahasiswa kedokteran gigi itu belum melakukan apa-apa! 

Pada kesempatan lain kira-kira dua tahun setelah kejadian itu (tepatnya hari selasa lalu), seorang dokter gigi, sembari memeriksa gigiku, bertanya "kamu pernah tambal gigi?", dan ketika aku menjawab tidak, ia tampak agak takjub. Ia dan rekan sejawatnya setuju, gigiku sehat sekali. Mungkin aku merasa gigiku tak rapi susunannya dan warnanya pun tidak putih pula, namun ternyata menurut mereka gigiku sehat. Kata seorang dokter gigi pula, hygiene mulutku baik dan hal itu harus dipertahankan.

Aku yakin ceritanya akan berbeda jika dulu ketika aku kecil orang tuaku tidak bersikeras untuk menanamkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur. Oh iya, ibuku juga membiasakanku sarapan dulu sebelum mandi. Jadilah aku selalu menggosok gigi ketika mandi, seusai sarapan (bukan sebelum sarapan).

Ah, pagi itu, di tempat para dokter gigi berpraktik itu, aku mengerti betapa cintanya kedua orang tuaku padaku. Aku teringat kata-kata yang entah kubaca dari mana, yang berbunyi, "kala kau merasa bahwa orangtuamu sedang menggunting kedua sayapmu, sebenarnya yang mereka lakukan adalah menjaga sayap-sayap itu supaya tidak patah", dan kalimat itu sangat tepat diterapkan untukku dan gigiku. 

Aku janji, ketika aku punya anak nanti, aku akan membiasakannya untuk menyikat gigi seusai sarapan (bagusnya sih, 30 menit seusai sarapan). Dan tentu saja aku akan memaksanya untuk selalu menggosok gigi sebelum tidur! Biarlah ia menganggapku galak dan nggak penting, aku hanya ingin menjadi peri gigi yang melindungi giginya dari karies dan lubang.

Terima kasih ibu...terima kasih ayah, sudah menjadi peri gigiku :D

Waktu

Bagiku, waktu tak pernah menjanjikan apa-apa
Tidak menghapus semua luka, tidak pula menciptakan lupa
Namun kadang, yang diperlukan hanyalah waktu