tag:blogger.com,1999:blog-89984585959216568822024-02-07T11:02:30.301+07:00Exception of Some Rules:: stories : ideas : knowledges ::AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.comBlogger181125tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-12429053041424501912017-10-30T20:19:00.000+07:002017-10-30T20:19:02.419+07:00Hello, Blogspot :) Hello, Blogspot.<br />
It's been a while.<br />
<br />
Sudah lama sekali aku tidak menulis disini.<br />
Hari ini, aku kembali.<br />
Banyak sekali yang sudah berubah sejak terakhir kali aku menulis disini. I have been changing so much. It's overwhelming sometimes lol.<br />
<br />
Menurutku ada 2 perubahan mayor yang terjadi.<br />
<br />
<br />
<ul>
<li>I am married now! </li>
</ul>
Well yeah, do you believe it? From girlfriend to wife. From "i don't even think with whom i end up with" to "it's for my husband". Kadang aku juga enggak percaya 😂 i might be the chillest bride-to-be ever back then, but believe me, i am not that easy-going when it comes to my role as a wife. Haha sudah deh, masih suka malu kalau cerita tentang kehidupan pernikahan. Might be better to keep my stories private.<br />
<br />
<br />
<ul>
<li>I move to another town and change job</li>
</ul>
Kenapa? It's for my husband 😂 meski telah kuniatkan untuk mengikuti suami, namun terkadang aku masih merindukan kehidupan lamaku. Cukup sering memimpikan kehidupanku yang dulu, dalam tidur maupun sadar (alias daydreaming). Bukan kehidupan sebelum menikah sih yang kumimpikan. Namun kehidupan setelah menikah di kota itu. Di rumah itu. Di kantor itu. Bersama teman-temanku yang itu. Aaah mungkinkah ini hanyalah aku yang belum move on dari Bandung sebagaimana aku dulu yang belum move on dari Yogyakarta. Semoga begitu, dan semoga aku bisa segera betah dengan apapun yang kumiliki sekarang.<br />
<br />
Demikian perubahan mayor yang terjadi pada kehidupanku. Mungkin dengan lebih banyak waktu yang kumiliki sekarang, aku bisa menulis lebih banyak lagi.<br />
<br />
Bye blogspot, thanks for listening 😊<br />
<br />
*maaf jika tata letak tulisan berantakan dan kalimat berbahasa Inggris tidak dicetak miring, karena aku membuat entri ini memakai ponsel 😀AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-84559142871704769772016-07-02T13:49:00.001+07:002016-07-02T13:49:33.863+07:00<p dir="ltr">Bernadette: I’ll help Raj in here. Why don’t you go keep my dad company?</p>
<p dir="ltr">Howard: He doesn’t want me in there. I’m the creepy little guy who ******* with his daughter.</p>
<p dir="ltr">Bernadette: Don’t be silly, he loves you.</p>
<p dir="ltr">Howard: Does he?</p>
<p dir="ltr">Bernadette: Okay, he cares about you a lot.</p>
<p dir="ltr">Howard: Really?<br></p>
<p dir="ltr">Bernadette: I do crap for you all the time. Get out there.</p>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-6577090849187910322016-02-28T22:14:00.001+07:002016-02-28T22:14:17.051+07:00Live in The Moment<p dir="ltr">Stop and smell the flowers. Give the sincerest smile. Forget everything and really really concentrate to one particular task. Watch the sky turns orange..</p>
<p dir="ltr">:)</p>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0Cimahi, Cimahi-6.8840814 107.541306tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-58707267743436437262015-10-24T23:15:00.001+07:002015-10-24T23:15:21.655+07:00Bersama Setiap Kesulitan ada Kemudahan<p dir="ltr">Berada di tepian jurang di atas samudera, aku berpegangan erat pada akar belukar yang berjuntai di tebing sebelahku. Akar-akar itu tipis. Namun ternyata cukup kuat. Demi mencegah diri agar tidak jatuh dalam gulungan ombak, kucengkeram mereka kuat-kuat, sambil terus melangkah perlahan. One step at a time, one step at a time..aku terus melangkah. </p>
<p dir="ltr">Aku yakin, ada yang menungguku. Aku yakin, beberapa jiwa tergantung pada tekadku untuk terus melaju. Aku tidak akan jatuh. Aku tidak boleh jatuh. Entah sudah berapa banyak peluh, darah dan air mata tercurah, sudah tak kupedulikan lagi. Aku terus melangkah mempercayakan langkah pada belukar-belukar tipis. Sesekali peganganku terlepas, sesekali belukar-belukar itu putus akibat terlalu kencang kujadikan pegangan. Sebelum terhempas, buru-buru kuraih belukar lain.</p>
<p dir="ltr">Jika mau menengadah, sebenarnya dapat kulihat tali-tali lain yang lebih kuat daripada sekedar belukar. Namun ketika aku mencoba meraih sebuah tali kekar itu, tali itu justru naik ke atas, membuatku susah meraihnya. Kupertaruhkan keberuntunganku, aku melompat untuk meraihnya, namun apa daya tali itu justru merosot, hampir memukulku menuju ganasnya ombak di bawahku. Ternyata tidak berguna memohon bantuan pada tali itu, tidak jika aku hampir mengorbankan nyawaku.</p>
<p dir="ltr">Tali lain yang dulu tampak selalu ada, selalu bersama kakiku melangkah, kini makin sering menghilang. Kadang naik tak terjangkau, kadang menghilang tak terlihat. Kurasa sudah cukup rintihan untuk memanggil, sebaiknya terus saja melangkah tanpa merintih. </p>
<p dir="ltr">Karena merintih itu menguras energi.</p>
<p dir="ltr">Mungkin karena terlarut dalam pikiranku sendiri, tak kulihat jalanan yang mulai licin. Tanganku masih meraba-raba belukar dan kakiku masih melangkah perlahan, namun pikiranku kini telah berada pada mode auto pilot. Bagian pikiran yang digunakan untuk menjaga fokus sedang asyik berkeliaran merenung tentang berbagai skenario seandainya dan bagaimana jika.</p>
<p dir="ltr">Fungsi auto pilotku tidak dilatih untuk sangat berhati-hati. Dalam sepersekian detik, kakiku meluncur. Refleksku segera menyadari aku akan terjatuh dan ia segera melontarkan kedua kakiku, memutar badanku sekian rupa sehingga untuk sesatuan waktu yang singkat, aku melayang di udara. Aku dapat memilih untuk jatuh.</p>
<p dir="ltr">Namun tentu bukan pilihan mudah itu yang kuambil. Sudah kubilang, ada yang menungguku. Entah apa, namun kuyakin ada hal besar yang menungguku di balik tebing curam nan mematikan ini. Sudah kubilang pula, ada yang bergantung padaku. Dalam bisikan "aku tidak akan menyerah" itu, kulihat sebuah tempat aman. Tak seberapa luas, namun aman untuk menjatuhkan diri alih-alih menyerah pada ganasnya ombak. Tak buang waktu, kulontarkan tubuhku ke tempat itu. Ajaib, ketemuan akar sangat besar yang bisa menjadi pegangan, ya Allah, betapa cintanya Dirimu padaku.</p>
<p dir="ltr">Berucap syukur, kugenggam erat akar besar yang kuat itu. Kuputuskan untuk beristirahat sejenak. Kubuka perbekalan dan kuambil sekedar untuk menghilangkan dahaga, lapar dan lelahku. Aku bahkan tidak tahu apakah bekalku akan cukup sampai aku menemukan apa yang menjadi tujuanku. Bagaimana aku bisa tahu? Jika aku tidak tahu seberapa jauh aku berada dari tujuan itu. Namun aku yakin, Allah Mencintaiku. </p>
<p dir="ltr">Selepas beristirahat, kupeluk tubuhku sendiri. Benar makin kupahami bahwa terkadang, pada tiap ujian dan musibah, yang manusia punya hanya dua hal. Tuhan dan dirinya sendiri. Tidak ada harta, tak ada ilmu, tak ada sahabat bahkan kekasih, tak ada siapapun. Ia hanya berdua. Bersama Tuhannya yang syukurlah, sebenarnya Mencintainya.</p>
<p dir="ltr">Kukeluarkan salah satu surat cintaMu. Untuk kesekian kalinya coba kuresapi surat itu. Surat di mana Kau Menuliskan untukku, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Kau Menulisnya dua kali. Berulang. Seolah aku tak akan langsung teryakinkan dengan hanya satu janji. Berapa Dirimu sangat Mengenalku yang keras kepala, yang tak mudah percaya. Yang sering lalai dan lupa. Lupa akan janjiMu ini.</p>
<p dir="ltr">Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.</p>
<p dir="ltr">Kurapalkan janjiMu itu berkali-kali. Kucoba untuk Mempercayainya kali ini. Perlahan mulai kuyakin, pasti Kau tidak akan Mengecewakanku. Tidak akan pernah. Aku percaya padaMu, bahwa kau Mencintaiku. Dan aku percaya bahwa Kau Sesuai dengan persangkaanku.</p>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0Cimahi, Cimahi-6.8840814 107.541306tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-64265325053451137352015-09-18T01:47:00.000+07:002015-09-18T01:59:29.300+07:00Resep Masakan: Amalia's Homemade Pancake<div style="text-align: justify;">
Sesuai dengan yang kutulis di entri <a href="http://amaliawho.blogspot.co.id/2015/03/cooking-is-fun-and-sweet.html" target="_blank">Cooking is Fun! And Sweet :)</a> pada kesempatan ini aku ingin "mengembalikan <strike>semua</strike> sebagian <i>knowledge </i>(tentang masak-memasak) yang kudapat dari internet itu dalam bentuk <i>posting </i>resep" ". Ya, di entri ini aku akan berbagi resep yang sudah terbukti berhasil dan sukses kupraktekkan di dapur. Sumber dari resep ini (dan insyaallah resep-resep lain yang kuposting nanti) adalah dari internet. Setelah menemukan resep di internet, biasanya aku akan mencobanya langsung tanpa modifikasi. Jika hasilnya tidak sesuai standarku (yang lumayan tinggi lho kalau tentang masakan buatanku sendiri), maka aku akan melakukan modifikasi dan mencobanya lagi, lagi dan lagi. Enggak kapok-kapok sampai berhasil, hehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pancake ini cocok dijadikan menu sarapan ataupun <i>snack </i>sebagai teman minum teh<i>. </i>Beragam <i>topping </i>bisa dipakai sebagai pelengkap pancake ini. Mulai dari madu, susu kental manis, margarin+keju, beraneka macam selai, es krim, sampai buah-buahan segar seperti strawberry dan pisang. Bahkan aku pernah makan pancake ini pakai abon sapi, hahaa..dan rasanya enggak aneh-aneh banget sih, meskipun enggak lazim. Homemade Pancake ini mudah untuk dibuat, dan karenanya aku cukup sering membuatnya. Sampai-sampai aku telah mengembangkan variasi lain yaitu Pancake Oatmeal yang lebih sehat dan lebih empuk. Kali ini, aku berbagi resep yang <i>basic</i> dulu ya, Amalia's Homemade Pancake. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>AMALIA'S HOMEMADE PANCAKE</b></div>
<div style="text-align: center;">
(untuk 4 buah pancake berdiameter 18 cm)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahan:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>10 sendok makan tepung terigu serbaguna </li>
<li>3 sendok makan susu bubuk <i>full cream</i></li>
<li>100 mL (kira-kira setengah gelas) air matang</li>
<li>2 sendok makan margarin</li>
<li>1 butir telur ayam negeri berukuran besar</li>
<li>Setengah sendok makan gula pasir</li>
<li>1,5 sendok teh baking soda (a.k.a Natrium Bikarbonat)</li>
<li>1 sendok teh vanili bubuk</li>
<li><i>Topping </i>sesuai selera</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alat:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Wajan antilengket</li>
<li>Sutil kayu</li>
<li>Baskom</li>
<li>Pengaduk (bisa pakai sendok makan, pengaduk spiral maupun <i>mixer </i>elektrik)</li>
<li>Sendok makan, sendok teh, sendok sayur dan gelas (sebagai alat ukur)</li>
<li>Kompor dan bahan bakarnya :p</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara Membuat:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Lelehkan margarin menggunakan api kecil, namun jaga agar jangan sampai mendidih karena pendidihan akan merusak aroma lezat margarin. Bila sebagian besar margarin sudah meleleh, matikan api. Sisa margarin akan meleleh di wajan. Biarkan sampai margarin agak mendingin.</li>
<li>Larutkan susu bubuk dan gula pasir dalam air. </li>
<li>Campurkan larutan gula-susu dan margarin leleh, aduk sampai rata.</li>
<li>Masukkan telur dan vanili bubuk, aduk sampai rata.</li>
<li>Masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit sambil diaduk rata.</li>
<li>Terakhir, masukkan baking soda, aduk sebentar saja asal rata.</li>
<li>Panaskan wajan anti lengket (kira-kira sepuluh detik) menggunakan api kecil (jangan menambahkan minyak ataupun margarin saat memasak pancake karena akan menyebabkan permukaan pancake tidak matang merata dan mulus). </li>
<li>Tuangkan satu sendok sayur adonan, biarkan sampai gelembung-gelembung udara terbentuk dari adonan dan naik ke permukaan (<i>enjoy watching the bubbles surface and pop. This is the most interesting part of making pancakes)</i></li>
<li>Ketika permukaan atas adonan mulai tampak mengering, balikkan pancake dengan sutil kayu.</li>
<li>Lanjutkan proses memasak selama 30 detik.</li>
<li>Pancake siap disajikan dengan <i>topping </i>sesuai selera.</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Foto-foto:<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmKc1OkD51kImB7mflsM47lIAApAdZNjpCHm0fukqRBOl08DoMDb7ARgRpQ9H8844DPoorbq0ZP7fGo3jljLHBwPeNvYVCBSHzK0j64PmWrOQXt2cIsGbNQIFkmoM6hpmwnMkgXgeGBCk/s1600/P_20150917_230022.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmKc1OkD51kImB7mflsM47lIAApAdZNjpCHm0fukqRBOl08DoMDb7ARgRpQ9H8844DPoorbq0ZP7fGo3jljLHBwPeNvYVCBSHzK0j64PmWrOQXt2cIsGbNQIFkmoM6hpmwnMkgXgeGBCk/s320/P_20150917_230022.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gunakan api kecil saja :)</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS3nFVfDtJ28Joc0z_0yalAsA5FPrD2sxajTpxUYPC8-XraERdxyoLmXaVxmyBR1wxWyhMLIaiBCzQkAWKoezakO0RAg_QUorRE7QtqCyNmg81lUF1uddr5cfTO4w2kJl8-Dk1noXqHPY/s1600/P_20150917_230031.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS3nFVfDtJ28Joc0z_0yalAsA5FPrD2sxajTpxUYPC8-XraERdxyoLmXaVxmyBR1wxWyhMLIaiBCzQkAWKoezakO0RAg_QUorRE7QtqCyNmg81lUF1uddr5cfTO4w2kJl8-Dk1noXqHPY/s320/P_20150917_230031.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gelembung-gelembung udara mulai naik ke permukaan, artinya anda berada di jalur yang benar :D<br />
<br /></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXPKu1iv06RcvX_itjy4xXwbFq0jnl86Pt76erg0Y_PDjyNOt82cpeUj05ML8qtRcun894gzAHYfcB7pEPhqVZjbBa0VIvVp_MDH8K6IjNYy2xearVrwLzwMuMcmAQT6qQZzIUK5bRj7o/s1600/P_20150917_230505.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXPKu1iv06RcvX_itjy4xXwbFq0jnl86Pt76erg0Y_PDjyNOt82cpeUj05ML8qtRcun894gzAHYfcB7pEPhqVZjbBa0VIvVp_MDH8K6IjNYy2xearVrwLzwMuMcmAQT6qQZzIUK5bRj7o/s320/P_20150917_230505.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Menurutku seperti inilah pancake yang "benar", warna cokelatnya relatif merata, tidak belang-belang<br />
.</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSqTU3fkNAOWdVY4ZCvty8KCvAeKcvCaAsECmpSxVAW3Itqv6r8oziE9JbFrd1J6neRkTtoR5F-L0Lpw4efIh_iWC_pb4kZm4jeO7_j3WzWgrcnWswEp6vwbfyGczRZxrUBYl4eE9B-nA/s1600/P_20150917_231416.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="191" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSqTU3fkNAOWdVY4ZCvty8KCvAeKcvCaAsECmpSxVAW3Itqv6r8oziE9JbFrd1J6neRkTtoR5F-L0Lpw4efIh_iWC_pb4kZm4jeO7_j3WzWgrcnWswEp6vwbfyGczRZxrUBYl4eE9B-nA/s320/P_20150917_231416.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Diolesi selai cokelat-kacang, hmmm :)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Kitchen Science:<br />
<i>Baking Soda</i>, alias natrium carbonat (NaHCO3), atau soda kue adalah suatu bahan kimia yang umum dipakai dalam pembuatan kue dan berfungsi untuk mengembangkan adonan. Saat larutan berair yang (misalnya adonan pancake) yang mengandung <i>baking soda</i> dipanaskan, akan terjadi reaksi penguraian <i>baking soda </i>menjadi karbon dioksida yang berwujud gas. Gas inilah yang kita amati saat proses pematangan pancake (gambar kedua). Karena kelarutan gas dalam air itu rendah, dan gas dalam air bersifat tidak stabil, maka aku selalu menambahkan baking soda di tahap akhir, tepat sebelum adonan dipanaskan. Setelah <i>baking soda </i>ditambahkan, jangan mengaduk adonan terlalu kencang karena hal tersebut akan mendesak gas terlarut dalam larutan untuk keluar ke udara, sehingga mengurangi gelembung-gelembung yang timbul.<br />
Bagaimana dengan keamanan bahan tambahan makanan ini? Jangan khawatir, baking soda aman kok :) dan insyaallah halal, lha wong cuma garam karbonat gitu, Biasanya disintesis dari garam dapur, ammonia dan kalsium karbonat (gamping). Jadi, <i>baking soda </i>tidak berasal dari makhluk hidup ya. Berikut ini ada beberapa <i>link </i>tentang <i>baking soda</i>, bisa diklik:<br />
<br />
<ul>
<li>Selayang pandang <i>baking soda </i>dan proses pembuatannya, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_bicarbonate" target="_blank">Wikipedia</a></li>
<li>Mekanisme kerja <i>baking soda </i>ketika digunakan dalam pembuatan kue, (<i>written by a PhD who i suppose, is great in kitchen too</i>)<i>, </i><a href="http://chemistry.about.com/od/foodcookingchemistry/a/How-Baking-Soda-Works-For-Baking.htm" target="_blank">dari chemistry.about.com</a></li>
</ul>
<br />
Seperti biasa terkadang <i>posting-</i>ku melebar kemana-mana, hehe. Sekian dulu ya, selamat mencoba dan semoga berkenan :)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-29981882476787722152015-09-16T01:39:00.000+07:002015-09-16T01:39:29.869+07:00HiVi - Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi (Personal Review)(1)<br />
Ketika ku mendengar bahwa, kau sudah tak lagi dengannya<br />
Dalam benakku timbul tanya<br />
Masih adakah dia, di hatimu bertahta?<br />Atau ini saat bagiku untuk singgah di hatimu?<br />
Namun, siapkah kau tuh jatuh cinta lagi? :)<br />
<br />
Meski bibir ini tak berkata, bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda di antara kita<br />
Dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena diriku tak mampu untuk bicara, bahwa aku inginkan kau ada, di hidupku<br />
<br />
(2)<br />
Kini ku tak lagi dengannya, sudah tak ada lagi rasa ;)<br />
Antara aku dengan dia<br />
Siapkah kau bertahta di hatiku, adinda?<br />
Karena ini saat yang tepat untuk singgah di hatiku<br />
Namun, siapkah kau tuk jatuh cinta lagi?<br />
<br />
Meski bibir ini tak berkata, bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda di antara kita<br />
Dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena diriku tak mampu untuk bicara, bahwa aku inginkan kau ada, di hidupku :)<br />
<br />
(1)<br />
Pikirlah saja dulu, hingga tiada ragu<br />
Agar mulus jalanku, melangkah menuju ke hatimu<br />
<br />
(1) (2)<br />
Pikirlah saja dulu, hingga tiada ragu<br />
Agar mulus jalanku, melangkah menuju ke hatimu<br />
Siapkah kau tuk jatuh cinta lagi?<br />
<br />
(1) (2)<br />
Meski bibir ini tak berkata, bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda di antara kita<br />
Dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena diriku tak mampu untuk bicara, bahwa aku inginkan kau ada, di hidupku<br />
<br />
(1) (2)<br />
Meski bibir ini tak berkata, bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda di antara kita<br />
Dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena diriku tak mampu untuk bicara, bahwa aku inginkan kau ada, di hidupku<br />
<br />
(1) (2)<br />
Meski bibir ini tak berkata, bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda di antara kita<br />
Dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena diriku tak mampu untuk bicara, bahwa aku inginkan kau ada, di hidupku<br />
<br />
(1) (2)<br />
Bila kau jatuh cinta, katakanlah, jangan buat sia-sia<br />
Bila kau jatuh cinta, katakanlah, jangan buat sia-sia<br />
Bila kau jatuh cinta, katakanlah, jangan buat sia-sia :)<br />
<br />
(1) (2)<br />
Siapkah kau tuk jatuh cinta lagi?<br />
:D<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
*****</div>
<div style="text-align: justify;">
Kali pertama mendengar lagu ini, aku sudah menduga kalau lagu ini pasti lagunya HiVi. <i>I think they nailed it again</i>, menurutku lagu ini keren banget. Liriknya, musiknya, dan tentu saja vokalnya. Rasanya aku bisa melihat dan merasakan si penyanyinya <u>tersenyum</u> kala selesai menyanyikan satu larik lagu. Persis seperti yang kurasakan saat mendengarkan lagu mereka yang berjudul "Mata ke Hati". Bener deh, suara mereka tuh, terkesan riang banget gitu. Seperti sedang menyanyi sambil tersenyum. Menimbulkan rasa ceria di hati dan bikin pingin senyum, hehe. Menurutku, karakter vokal dari kedua vokalis utama HiVi sangat cocok dengan <i>mood </i>lagu mereka yang sebagian besar bersifat riang gembira ala orang ketemu jodoh gitu, hahaha. Oh iya, video klipnya juga bagus lho. <i>They play with silhouettes.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/kX1O93X77d4/0.jpg" src="https://www.youtube.com/embed/kX1O93X77d4?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Enggak bosan-bosannya aku mendengar dan menyanyikan lagu ini. Sehabis mandi, sebelum berangkat ke kantor, saat bersiap-siap hendak pergi, saat memasak, saat mencuci, aku selalu memutar dan menyanyikan lagu ini, Dua kali karaokean, dengan orang-orang berbeda, inilah lagu pertama yang terlintas di otakku saat menyusun <i>playlist. </i>Saat berjalan kaki ke kantor, saat mandi, <i>i sing this song without thinking. </i>Siapkah kau tuk jatuh cinta lagi (dengan lagu HiVi)? Jawabannya, mengutip dari video klipnya, adalah #SIAP, hihi.</div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-80159692860270573512015-05-24T22:31:00.001+07:002015-05-24T22:31:17.048+07:00Matahari Terbit Lebih Awal<p>Bagiku, pada hari itu, matahari terbit lebih awal. Belum genap pukul dua dini hari, namun duniaku telah gegap gempita oleh sebuah cahaya yang aku tahu persis berasal dari mana.</p>
<p>***</p>
<p>Bagiku, pada hari itu, bintang tampak lebih awal. Belum genap pukul sebelas di pagi hari, namun sore yang menenangkan telah naik di duniaku. Berkilauan akan pendar bintang yang aku tahu persis berasal dari mana.</p>
<p>***</p>
<p>Matahari.<br>
Dan bintang.<br>
</p>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0Cimahi, Cimahi-6.8840814 107.541306tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-18671991788986909642015-03-27T14:15:00.000+07:002015-03-27T14:15:18.252+07:00Pixy Perfect Eyeliner<div style="text-align: justify;">
Sudah cukup lama aku tidak menulis <i>review </i>kosmetik. Apakah itu artinya aku semakin jarang menggunakan kosmetik? Hahaha...jujur, yang ada sih kebalikannya. Akhirnya, setelah 23 tahun hidup di dunia ini aku baru menyadari bahwa lipstik itu benda yang cukup ajaib. Sebelumnya aku hanya menggunakan <i>lip balm </i>saja. Pertama kali beli lipstik sendiri, aku agak terheran melihat hasilnya. Ya, sama seperti dulu ketika aku pertama kali menyadari keajaiban bedak <i>two-way cake </i><a href="http://amaliawho.blogspot.com/2012/10/pixy-ultimate-cake-make-up.html" target="_blank">seperti yang pernah kutulis pada posting terdahulu</a>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Make up tools really are an amazing tools. Tools to be used wisely. </i>Aku tetap pada pendirianku bahwa <i>make-up </i>itu sebaiknya jangan dipakai setiap hari. Menurutku <i>make up </i>itu cukup dipakai saat <i>hang out </i>dan pada saat menghadiri acara-acara tertentu saja. Kalau dipakai setiap hari, nanti jadinya enggak spesial. Kalau ke kantor atau cuma pergi sebentar saja, aku cuma memakai bedak tabur warna putih (bedak bayi juga bisa) dan <i>lip balm. </i>Tapi kalau akan pergi <i>hang out, </i>aku sekarang sering berdandan terlebih dulu, Menurutku, seorang wanita yang sehari-hari enggak pernah dandan cukup membutuhkan empat <i>tools </i>saja untuk terlihat "sudah dandan". Keempat tools itu adalah bedak, pensil alis/<i>eye shadow </i>warna hitam pekat (untuk membentuk alis, menurutku warna hitam lebih cocok untuk orang Indonesia, jika dibandingkan dengan warna cokelat), <i>eye liner </i>dan lipstik. Pada kesempatan kali ini aku akan menuliskan tentang <i>eye liner </i>favoritku yaitu Perfect Eyeliner dari Pixy.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLW4oFE53ToDkIbWd20X5XOKw9bJAm6i2dqtSu4FTHzL828VDxP81I9j2rUhepb5DeHG9Rol1mfCbzAbDBX-5-836Mai5RnvuimYoRM8XNY4wnanKmLOTcrNZVrcKnnev_bl7_lh7Wxqs/s1600/e125fc6daa6d8ace00d2118fde799672.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLW4oFE53ToDkIbWd20X5XOKw9bJAm6i2dqtSu4FTHzL828VDxP81I9j2rUhepb5DeHG9Rol1mfCbzAbDBX-5-836Mai5RnvuimYoRM8XNY4wnanKmLOTcrNZVrcKnnev_bl7_lh7Wxqs/s1600/e125fc6daa6d8ace00d2118fde799672.png" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pixy Perfect Eyeliner (diambil dari website resmi Pixy Indonesia, http://pixy.co.id/)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sudah menggunakan <i>eye liner </i>ini sejak tahun 2012, walaupun dulu aku cuma pakai <i>eye liner </i>pas datang kondangan dan pemotretan buku tahunan. Dulu kemasannya masih berwarna pink muda polos, kalau tidak salah pada pertengahan tahun 2014 Pixy meluncurkan desain kemasan baru. Bagus sih, kebetulan cocok dengan seleraku yang senang dengan perpaduan warna hitam dan pink. Terkesan feminin dan agak centil, tapi kokoh karena ada unsur hitamnya<i>. </i>Kenapa dulu aku membeli produk ini? Tidak salah lagi, aku bertanya dulu pada tante Google tentang <i>eye liner </i>yang bagus. Setelah membaca banyak <i>review </i>positif tentang produk ini, baru aku membelinya. Dan aku puas dengan hasilnya :D</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal pertama yang aku suka saat pertama kali menggunakan produk ini adalah bentuk aplikatornya. Aplikatornya berbentuk mirip tongkat, terlihat keras dan kaku dengan ujung yang meruncing. Walaupun demikian, ternyata ujungnya masih cukup luwes, bisa sedikit meliuk saat digunakan. Karena bentuk aplikator yang sedemikian rupa, menurutku Perfect Eyeliner ini relatif lebih mudah digunakan daripada <i>eye liner </i>lain yang aplikatornya serupa kuas. Menurutku aplikator kuas terlalu lentur sehingga lebih sulit digunakan, terutama saat kita perlu membuat garis yang tipis. Oh iya, aplikator Perfect Eyeliner ini cukup runcing kok, sehingga kita bisa menarik garis tipis dengan tingkat presisi yang bagus. Berbagai gaya memakai <i>eye liner </i>pun bisa kita dapatkan dengan <i>eye liner </i>ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBpR5U1iQ-14g21HCVFJ7nKpJgONzScfUyFZWHhW67Z8CzrD88xQ0Co0de02fUqs0hfNZltnReL0LziwDtTF_AdYV8RRgv-LP5A6tEgJplvL0twCXC76472_u7BdOtQWX2nXJaZCEZrGQ/s1600/a+little+winged.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBpR5U1iQ-14g21HCVFJ7nKpJgONzScfUyFZWHhW67Z8CzrD88xQ0Co0de02fUqs0hfNZltnReL0LziwDtTF_AdYV8RRgv-LP5A6tEgJplvL0twCXC76472_u7BdOtQWX2nXJaZCEZrGQ/s1600/a+little+winged.jpg" height="178" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Winged style..so wearable for daily look</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-ONV3hPcYySKQGUHMOMI3NTzK91FMyriQYaPKvrpogk8qGpYAwg1qLktUaGL41I6MYMtScha_SY1oVjK6TK8hbOUA3-4hhKIQ9DYyT3_b_D2jWBVbm245AnyW7WGEo0_3wrlWai2-Xhc/s1600/double+trouble.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-ONV3hPcYySKQGUHMOMI3NTzK91FMyriQYaPKvrpogk8qGpYAwg1qLktUaGL41I6MYMtScha_SY1oVjK6TK8hbOUA3-4hhKIQ9DYyT3_b_D2jWBVbm245AnyW7WGEo0_3wrlWai2-Xhc/s1600/double+trouble.jpg" height="182" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Double trouble bold style </i>(dipadu dengan <i>eye shadow </i>hitam)<i>...</i>sepertinya hanya cocok digunakan pada pesta <i>indoor </i>di gedung pada malam hari :p</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRlLK_pGr1uxMDkOAcfWKWUEtpPOFAk-ZyhvfkKuMwsX0bs0ARbDA3LjAQD13oVxZ05dgozFh6mdoSf3pbJOjNBNOBqbHraaevP6r_525-Q9Sx9eqfUOWHkGGm5np0fpYE_-s4T-f6nqY/s1600/tipis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRlLK_pGr1uxMDkOAcfWKWUEtpPOFAk-ZyhvfkKuMwsX0bs0ARbDA3LjAQD13oVxZ05dgozFh6mdoSf3pbJOjNBNOBqbHraaevP6r_525-Q9Sx9eqfUOWHkGGm5np0fpYE_-s4T-f6nqY/s1600/tipis.jpg" height="132" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Garis tipis yang presisi </i>(<i>eye liner </i>hanya sebagai komplemen untuk lebih menegaskan bentuk mata, karena pada foto ini sudah dipakai <i>eye shadow </i>dengan warna-warni yang cukup mencolok)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal kedua, dan sebenarnya merupakan hal utama yang membuatku begitu setia me-<i>repurchase </i>produk ini adalah stabilitasnya. <i>Eye liner </i>ini <u>sangat awet</u> ketika kupakai, mampu bertahan dari pagi sampai malam, padahal kulit wajahku berminyak. Pernah aku mencoba <i>eye liner </i>merek lain (merk internasional) yang harganya jauh lebih mahal, namun <i>eye liner </i>mahal tersebut sudah luntur ketika kupakai dari sore sampai malam. Tentu saja hal tersebut sangat mengganggu penampilan, mending enggak usah pakai <i>eye liner </i>sekalian. Kalau diamati, <i>eye liner </i>ini membentuk lapisan tipis (<i>film</i>) yang melekat di kulit kelopak mata. Ketika dihapus menggunakan <i>make up remover </i>(aku memakai Maybelline Make Up Remover Eye & Lip), lapisan tipis Pixy Perfect Eyeliner ini terkelupas menjadi lempengan-lempengan hitam. Hal ini berbeda dengan <i>eye liner </i>lain yang jenisnya menyatu dengan kulit dan larut menjadi kehitaman jika dihapus dengan <i>make up remover</i>. Aku menghindari jenis <i>eye liner </i>semacam itu karena <i>eye liner </i>semacam itu pasti akan larut oleh minyak yang dihasilkan oleh kulit (<i>smudge</i>). Oh iya, Pixy Perfect Eyeliner <i> </i>ini bersifat <i>water proof </i>juga ya :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu hal kecil yang agak kurang kusuka dari produk ini adalah warna hitamnya yang sangat intens dan mengkilap (<i>glossy</i>). Haha, ini merupakan pendapat yang sangat subyektif berdasarkan seleraku karena produk ini sengaja diformulasikan agar menghasilkan "warna hitam <i>glossy </i>yang pekat" (dikutip dari <a href="http://pixy.co.id/product/detail/26" target="_blank">website resmi Pixy Indonesia</a>). Hal ini semata penilaian subyektifku karena aku suka dengan tampilan alami, istilahnya tampilan "<i>my face but better" </i>gitu...jadi kalau pembaca juga sealiran denganku, sebaiknya aplikasikan produk ini tipis saja untuk penggunaan sehari-hari agar penampilan kita tidak terkesan lebai alias berlebihan sehingga ujung-ujungnya wajah kita jadi terlihat menyeramkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Terkait dengan hal tersebut di atas, seperti sudah membaca pikiranku, Pixy pun meluncurkan produk baru pada tahun 2014 lalu (ih aku kegeeran banget ya, hoho). Namanya Bold to Last Gel Eyeliner. Pertama kali aku tahu produk ini ketika berbelanja di <i>counter </i>Pixy. Petugas SPG menawarkan produk <i>eye liner </i>baru yang katanya, menghasilkan tampilan yang <i>matte, </i>tidak <i>glossy </i>seperti Perfect Eyeliner yang sudah biasa kupakai. Bentuknya gel dan aplikatornya berupa kuas, tapi kaku. Karena tertarik dengan iming-iming bahwa produk tersebut menghasilkan "hasil <i>matte </i>yang natural", aku pun membeli produk itu. Namun jujur, aku tidak terlalu suka dengan produk Bold to Last Gel Eyeliner. Mengapa? Produk tersebut lebih susah untuk dioleskan (aplikatornya tidak senyaman aplikator Perfect Eyeliner), lebih ribet (aplikatornya harus dibersihkan sehabis digunakan), dan warna hitamnya sama pekatnya dengan Perfect Eyeliner. Jadi, tujuan awalku membeli produk ini yaitu ingin mendapatkan hasil akhir yang tampak lebih natural, tidak tercapai. Justru aku agak kesulitan membentuk garis tipis menggunakan Bold to Last Gel Eyeliner. Memang tampilan paling natural didapat jika kita memakai <i>eye liner </i>pensil, namun <i>eye liner </i>pensil tidak seawet Pixy Perfect Eyeliner. Hiks-hiks, inilah akibatnya jika membeli peralatan <i>make-up </i>tanpa berkonsultasi pada tante Google terlebih dahulu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena eksperimen yang tidak sukses tersebut, jadilah aku tetap setia menggunakan Pixy Perfect Eyeliner dan tidak jadi beralih ke produk lainnya. <i>I think I will forever use this eye liner :) </i>Oh iya, harga produk ini cukup terjangkau lho. Seingatku harganya sekitar tiga puluh lima ribu rupiah saja :D tidak mahal kan? Menurutku harga yang mahal bukan jaminan kualitas suatu peralatan <i>make up. </i>Kalau membeli produk perawatan mahal masih oke lah, karena kebutuhan kulit dan tubuh kita berbeda-beda dan perawatan memang jalan agar tubuh kita tetap terjaga. Namun untuk membeli produk <i>make up</i>, aku lebih memilih untuk percaya pada rekomendasi tante Google daripada percaya pada harga yang selangit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari skala 1 sampai 10, aku memberikan nilai 9 untuk produk ini :) <i>This product is totally recommended.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-82352771084191203332015-03-02T20:54:00.000+07:002015-03-02T21:00:51.105+07:00Cooking is Fun! and Sweet :)<div style="text-align: justify;">
Sejak bekerja di sini, sejak tinggal di bangunan mess ini, aku jadi gemar berjalan-jalan dan memasak. Kegemaranku berjalan-jalan ke tempat baru dan menghafalkan peta sebenarnya sudah ada sejak dahulu, Bedanya kini aku sudah punya uang sendiri untuk membeli tiket perjalanan. Rasanya berjalan-jalan<i> </i>adalah cara ternikmat untuk menghabiskan sisa uangku yang mungkin tak seberapa, setelah dipotong tabungan rutin, ongkos makan dan ongkos-ongkos yang lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika sedang tidak berjalan-jalan di akhir pekan, aku gemar bereksperimen membuat masakan-masakan baru. Begitu juga ketika aku masuk kerja <i>shift </i>2 (masuk jam 3 sore), sebisa mungkin aku berusaha untuk membawa bekal makanan sendiri. Rupanya di zaman "kekinian" seperti sekarang, kemampuan dan kegemaran memasak dianggap cukup langka untuk dimiliki oleh seorang wanita berumur 24 tahun. Cukup banyak orang yang terkejut saat mengetahui bahwa aku sering memasak makananku sendiri. Cukup banyak orang yang terheran kala mendapatiku membawa suatu bekal makanan yang mungkin tampak tidak biasa. Dan tentu saja orang-orang heran kala mengetahui bahwa ternyata aku hafal harga terkini komoditas-komoditas pangan seperti beras, kacang hijau, udang, daging ayam, daging sapi dan lain sebagainya :p </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dahulu saat aku kuliah di Yogyakarta, aku sama sekali tidak pernah memasak di kost. Sebabnya, tidak ada kompor dan peralatan-peralatan memasak di sana. Lagipula, jauh lebih mudah untuk membeli makanan di warung-warung sekitar kost. Paling-paling aku hanya memasak ketika sedang pulang kampung, itupun hanya makanan sederhana seperti sayur bayam, spaggeti saus Bolognese, nasi goreng, ayam goreng, sup dan sayur asam. Namun di sekitar tempat tinggalku di sini, hanya ada sedikit pilihanku untuk "makan di luar", Warung-warungnya begitu-begitu saja, tidak ada warung makan yang benar-benar sesuai seleraku. Maka aku pun bertekad untuk memasak. Dengan kemampuan bahasa Sunda yang minimal saat itu (sekarang juga masih belum jago sih), aku mencoba berbelanja ke warung dan pasar tradisional. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai pemasak pemula saat itu, masakanku pun itu-itu saja. Tumis sayuran pertamaku rasanya tidak enak. Ya iyalah, mana ada orang lain yang memasak tumis sayuran berbumbu bawang putih, kecap dan jahe? Seharusnya aku memakai lengkuas. Mendoan pertamaku juga terasa aneh di lidah. Menu andalanku cuma 2: ayam dan udang saus asam manis. Itulah masakanku yang paling pantas dibanggakan. Selain itu aku hanya bisa memasak sayur bayam, sayur asam, sayur sop dan aneka lauk yang digoreng. Sampai akhirnya aku menemukan metode ampuh untuk menyelamatkan rasa masakanku: bertanya pada ibuku! Alhasil, setiap hari aku bertanya pada Ibuku, bumbu apa saja yang diperlukan untuk menghasilkan suatu masakan dengan rasa yang wajar. Perlahan-lahan, aku akhirnya bisa membuat tumis kangkung, tumis kacang panjang dan aneka masakan yang umum disajikan di meja makan keluarga Indonesia (keluarga Jawa pada khususnya). Rasa mendoanku pun mulai membaik, bahkan kini tempe mendoan buatanku sudah mendapat reputasi di kalangan penghuni mess, haha. Khasanah pengetahuanku juga bertambah kala Ibu petugas kebersihan di <i>mess </i>mengajariku untuk membuat tahu bacem, sayur bobor, bakwan dan lotek. Hmmm...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah beberapa saat aku memasak menu-menu "wajar" seperti itu, lama-lama aku merasa bosan juga. Maka aku pun mulai mencari-cari variasi menu untuk dimakan sehari-hari. Tempat pertamaku bertanya tentang resep-resep masakan aneh, tentu saja Chef Google. Cukup masukkan kata kunci seperti "resep spaghetti carbonara", "resep nasi goreng rempah", "resep ikan bakar teflon", dan lain sebagainya, dalam hitungan detik akan muncul resep yang kita inginkan. Berdasarkan pengalaman, resep <i>online </i>yang memiliki jaminan sukses tertinggi justru berasal dari blog-blog pribadi. Dengan masing-masing cerita personal tersendiri di tiap resep yang di-<i>publish</i>. Resep-resep itu pasti sudah berhasil di-<i>trial </i>dengan sukses oleh para penulisnya. Disertai dengan foto-foto (yang umumnya) sederhana, justru resep itu terkesan jujur dan meyakinkan di mataku. Semoga suatu saat aku bisa mengembalikan semua <i>knowledge </i>yang kudapat dari internet itu dalam bentuk <i>posting</i> resep.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya, memasak itu menyenangkan. Demikian juga menyusun menu untuk seminggu, berandai-andai mau makan apa seminggu ke depan. Berbelanja di pasar tradisional, meski kadang pasarnya becek dan bau. Makanan yang dulu kukira hanya bisa dimakan di "luar" seperti selat Solo, nasi goreng rempah, aneka macam pasta, penyetan, <i>chicken cordon blue,</i> <i>steam boat, pizza</i>, tahu aci, cireng, <i>pancake</i>, ikan bakar, martabak mini, nasi kuning, jamur <i>crispy</i> dan lain-lain, ternyata dapat dibuat sendiri di rumah. Memasak itu bagaikan <i>me time </i>buatku, saat memasak yang ada di pikiranku hanyalah berusaha untuk mengerjakan sesuatu sebaik mungkin dan tentu saja menebak-nebak, seperti apa rasanya nanti. Kalau hasilnya enak dan bagus, pasti senang sekali. Jika ternyata hasilnya tidak sesuai harapan, tentu saja agak kecewa. Namun tetap saja waktu-waktu memasak itu menenangkan dan mengasyikkan. <i>Just me and</i> <i>myself, with the stove and kitchen utensils, listening to the music in my headset and the fizzle of water forced out of the raw groceries. </i>Suara pisau memotong daun sawi, suara ulekan beradu dengan alasnya, suara bahan yang mendidih, suara sutil menggaruk penggorengan. Aroma bawang yang ditumis, aroma nasi yang baru matang, aroma ikan yang digoreng. Aroma tomat segar, aroma vanili yang terkena panas, aroma daun salam yang direbus. Begitu tenang dan perlahan, memungkinkan kita untuk menikmati setiap proses. <i>It is like i am in my own, quieter word. And I like it.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Kegemaranku memasak ternyata bersambut kala ada teman messku yang mengajakku membeli oven dan <i>mixer</i>. Semenjak itu, kami rajin membuat kue, dengan harapan tinggi bahwa suatu saat nanti kami akan menjadi juragan <i>bakery</i>. Terakhir pulang kampung, aku membawa kue sukade buatanku sendiri. Terakhir kali temanku berulang tahun, aku membuatkannya <i>cake </i>ulang tahun buatanku sendiri. Mungkin teman-temanku dulu juga tidak akan menyangka, ternyata aku yang dulu jarang sekali memasak sekarang begitu antusias turun ke dapur. Aku yang dulu baru hafal aroma kencur setelah melakukan praktikum di laboratorium Analisa Kandungan Tanaman Obat itu, kini mempunyai koleksi bumbu-bumbu yang cukup lengkap, mulai dari jahe, kunyit, lengkuas, temu kunci, bawang merah, bawang bombay, jeruk nipis, daun jeruk, daun salam sampai kembang lawang (<i>star anise</i>), kayu manis, kapulaga, jintan, ketumbar dan tentu saja merica berbentuk butiran-butiran utuh. Belum lagi bahan-bahan membuat kue yang cukup lengkap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekali lagi, masakanku tidak selalu sukses. Namun rasa <i>excited </i>sekaligus ketenangan yang kurasakan saat memasak begitu adiktif, sehingga aku tidak pernah kapok. Saking niatnya, aku membeli juga <i>pancake </i>dan <i>muffin </i>dari kafe dan <i>bakery </i>yang sudah cukup terkenal agar aku tahu, bagaimana sih rasa dan tekstur <i>pancake </i>dan <i>muffin </i>yang "benar" itu? Ternyata <i>pancake </i>harus cokelat merata bagian dasarnya, agar ketika dibalik tampak cokelat mulus nan cantik juga licin berkilap, bukan kuning berbintik-bintik hitam. <i>Pancake </i>juga harus mengembang<i>, </i>bukan bantat. <i>Muffin </i>harus cukup ringan dan berpori teksturnya, bukan padat seperti <i>pound cake. </i>Di dapur, aku dapat bertindak seperti formulator industri-industri farmasi <i>me-too </i>di Indonesia yang berusaha meniru persis produk inovator, haha. Membuat masakan <i>me-too </i>alias KW juga berguna untuk mengobati rasa kangen akan makanan-makanan kesukaanku yang susah kutemukan sekarang, misalnya capjay <i>ndeso </i>pakai kekian palsu (bukan cap cay Cina) ala warteg dekat kost-ku dulu; atau rujak kangkung yang di Jogja disebut sebagai "plecing kangkung", padahal ternyata keduanya merupakan dua jenis makanan yang berbeda. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu lagi hal yang kusadari setelah aku belajar memasak adalah, ternyata benar bahwa setiap orang yang mau belajar memasak, pasti akhirnya akan bisa memasak. <i>Practice makes perfect, </i>walaupun aku belum <i>perfect</i> banget juga haha. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh iya, kenapa umumnya orang menganggap bahwa orang-orang yang hobi belajar masak itu merupakan orang-orang yang sedang bersiap-siap berumah tangga ya? Bukan berarti mereka 100% salah sih, namun sepertinya dibutuhkan lebih dari sekedar kemampuan memasak untuk mengarungi kehidupan berumah tangga, bukan? Meskipun memang aku yang suka makan ini yakin bahwa ketersediaan dan kualitas makanan yang kita masukkan ke tubuh itu merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan ini :p <i>A great food awakes your sense of taste and your soul as well.</i> Makan enak aja sudah bisa bikin kita lebih <i>happy</i>, kan? Terus kan kasihan kalau anak-anak tidak mendapat asupan makanan yang halal, bergizi, bersih dan <u>enak</u> ("enak"-nya memang sengaja digaris bawah). Sedangkan menurutku memasak untuk suami adalah salah satu cara konkrit untuk menyatakan cinta. <i>Thing I'll do after marriage. </i>Soalnya, <i>I want him to be the first man I am cooking for</i> (selain adikku, ayahku dan mungkin beberapa orang lain yang beruntung kecipratan mencicipi masakanku walaupun tak pernah kubuatkan masakan secara khusus).<i> </i>Ternyata sebegitu pentingnya arti makanan buatku ya? Hehe...dasar aku suka makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memasak untuk seseorang itu benar-benar merupakan tanda cinta</div>
<div style="text-align: justify;">
Bukankah menyenangkan, pulang saat petang dan ditawari makanan hangat yang baru saja dimasak?</div>
<div style="text-align: justify;">
Bukankah rasanya dicintai, ketika dibuatkan camilan kesukaan di sore hari?<br />
Bukankah menentramkan, kala mengetahui makanan kita malam ini disiapkan secara teliti dan hati-hati oleh seseorang yang kita cintai?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan...sampai di akhir tulisan ini, tiba-tiba aku merasa lapar lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-76943192092182269702014-12-25T15:33:00.001+07:002014-12-25T15:45:53.617+07:00Subconscious<div style="text-align: justify;">
Ayahku menunggu di luar. Adikku juga, sepertinya. Mereka akan mengantarkanku menemui teman-teman kuliahku yang juga sudah menungguku di suatu kafe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun aku malah memasuki sebuah toko buku. Oh bukan, lebih tepat disebut toko alat tulis. Tas plastiknya yang berwarna kuning, bukan putih, langsung membuatku tersadar akan tempatku berada. Kenapa pula aku akan menemui teman-teman kuliahku di sini? Kenapa pula adik dan ayahku menungguku? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tahu mereka menungguku. Namun aku merasa aku harus tetap melangkah memasuki toko itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasanya aku tidak membawa apa-apa, namun kudapati petugas penitipan barang tersenyum ramah seraya menyerahkan kartu deposit padaku. Entah apa yang kutitipkan padanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terus melangkah. Hei, benarkah ini toko alat tulis? Karena kulihat banyak sepatu dan sandal diobral di bagian depan toko. Kuputuskan untuk melihat-lihat sebentar. Harganya murah-murah. Namun tak kutemui wedges bertumit rendah berwarna cream.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena barang yang kuinginkan tidak pernah diobral murah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menyerah, aku melangkah ke bagian tengah toko. Di sebelah kiri, kulihat tumpukan binder yang dipajang untuk ditawarkan. Sebenarnya yang kubutuhkan bukan binder, melainkan notes kecil untuk mencatat tugas-tugasku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun aku tetap berjongkok untuk melihat-lihat aneka binder itu. Kuambil binder di bagian pojok kiri, binder teratas. Entah kenapa, tanpa melihat covernya aku langsung membuka binder itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aneh, toko ini menjual binder baru berisi kertas bekas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada halaman acak pertama yang kubuka, kudapati sebuah grafik yang sepertinya menggambarkan nasib obat dalam tubuh. Samar-samar kubaca, "Brinzolamide" ada di judul grafik itu. Grafik itu terasa familiar: tarikan garisnya, cara penulisan angka 7, cara penulisan huruf b dalam satu tarikan garis lengkung. Bukankah ini tulisanku?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Caraku menuliskan tanggal di pojok kanan atas. Memberi judul. Menulis lugu apapun yang kupahami saat itu.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini catatanku. Dijual di toko ini. Tak kupikirkan fakta bahwa dulu semasa kuliah aku tak mencatat memakai kertas binder. Aku benar-benar yakin bahwa ini catatanku. Penasaran, kubuka lembar selanjutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan tertulis dengan spidol warna jingga, tulisan-tulisanku. Perasaan-perasaan yang temanya cukup baru. Berpuluh-puluh halaman. Aku tenggelam membaca curahanku sendiri. Benarkah aku pernah sampai seperti itu? Tanpa pikir panjang kumasukkan binder itu dalam kantong belanjaan yang tiba-tiba sudah ada dalam genggaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entah kenapa aku membuka binder lain. Masih tulisan-tulisan yang sama, ditulis dengan tinta jingga. Tulisanku juga! Buru-buru kumasukkan binder kedua itu dalam kantong belanjaan. Dengan panik aku membuka satu persatu semua binder yang dipajang. Aku tahu, aku harus membeli semua binder yang memuat tulisan-tulisanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlintas pemikiran untuk menuntut toko ini, karena telah menjual kertas-kertasku tanpa sepengetahuan dan izinku. Namun akhirnya aku membeli 2 binder tadi, sebuah pensil bermotif kulit zebra dan sebuah stabilo hijau berlambang angsa. Kubayar tunai. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku melenggang keluar, geli dan heran kenapa kertas-kertas berisikan tulisan-tulisanku bisa ada di toko ini. Untung aku cepat-cepat membelinya sebelum kertas-kertas keramat tadi jatuh ke tangan orang lain! Aku tersenyum mengingat keberuntunganku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kubuka tas belanja berwarna kuning yang kini kupegang. Kuambil dua binder yang kubeli, aku ingin membaca ulang tulisan-tulisanku. Namun senyum dan langkahku terhenti kala kusadari kedua binder itu hanya memuat kertas-kertas kosong. Pasti ada yang salah! Pasti belanjaanku tertukar. Cepat-cepat aku menuju kasir. Ini tak boleh terjadi. Tulisan-tulisanku tak boleh dibaca oleh siapapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kuingat mereka yang sudah menungguku. Entah sudah berapa lama mereka menungguku yang asyik sendiri di dalam toko. Namun aku harus mengamankan dua binder berisi tulisan-tulisanku itu. Terus aku berlari. Rasanya meja kasir terasa jauh sekali, namun akhirnya aku sampai juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tepat ketika akan kutanyakan perihal tertukarnya belanjaanku, aku terbangun. Ah.</div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0Cimahi, Cimahi-6.899541 107.53387tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-36166840322436685872014-11-30T23:25:00.001+07:002014-11-30T23:25:44.948+07:00My Life is a Movie<p>My life is a movie. I am the main actress but i haven't read all of the scripts. Everytime i get up in the morning, I look forward to see how the story continues. It has a lot of unexpected twist. I want to know all of my story, I desperately want to know. But God makes me wait. Just when I start to forget my curiosity, He gives me a hint. Then another twist.</p>
<p>And I still wait how my story goes. </p>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0Cimahi, Cimahi-6.899541 107.53387tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-62994329059839541122014-11-02T17:08:00.001+07:002014-11-02T17:14:26.254+07:00Himalaya<div style="text-align: center;">
(A song by Maliq & D'Essentials)</div>
<br />
<br />
Coba khayalkan sejenak, sepuluh tahun lagi hidupmu<br />
Coba bayangkan sejenak, misalkan ada aku yang menemani hari demi hari yang tak terhitung<br />
Misalkan itu aku yang terakhir untukmu<br />
<br />
Untuk itu kan kupersembahkan Himalaya<br />
Bahkan akan aku taklukkan tanpa cahaya di kegelapan<br />
Berbalutkan pelita hatimu di aku, di aku<br />
Dan kamu, pastikan kamu melihat aku, saat kugapai puncak tertinggi<br />
Bersama tujuh warna pelangi<br />
<br />
Misalkan semua terjadi<br />
Meski belum terjadi sekarang<br />
Kita renungkan sejenak cara agar semua bisa terjadi walau kutahu tak semudah itu<br />
Tapi coba sekali lagi, bayangkan aku...<br />
<br />
Untuk itu kan kupersembahkan Himalaya<br />
Bahkan akan aku taklukkan tanpa cahaya di kegelapan<br />
Berbalutkan pelita hatimu di aku, di aku<br />
Dan kamu, pastikan kau melihat aku, saat kugapai puncak tertinggi<br />
Bersama tujuh warna pelangi<br />
<br />
<br />
****<br />
Lagunya bagus, liriknya romantis, Sederhana tapi mengena.<br />
Aku paling suka pas bagian "dan kamu, pastikan kamu melihat aku, saat kugapai puncak tertinggi".<br />
:)AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-46029713605336737222014-10-22T23:31:00.001+07:002014-10-22T23:31:51.503+07:00Past and Present<p>Masa lalu takkan begitu menggiurkan, jika sekarang kita berbahagia.<br>
</p>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-9221210506081893602014-10-22T00:41:00.000+07:002014-10-22T00:53:57.281+07:00Kangen Kampus<div style="text-align: justify;">
Beberapa saat yang lalu aku membaca sebuah artikel di internet tentang sisi-sisi kehidupan anak UGM. Bagi yang berminat bisa membacanya <a href="http://www.hipwee.com/hiburan/berbagai-sisi-kehidupan-ini-cuma-kamu-anak-ugm-yang-bisa-ngerti/" target="_blank">di sini</a>. Setelah membaca artikel itu, mataku berkaca-kaca karena rindu. Huaaa, aku kangen sekali dengan masa-masa kuliah di UGM dulu. Bukan berarti aku tidak bersyukur atas keadaanku yang sekarang, tapi sampai saat ini aku masih merasa bahwa masa-masa kuliah adalah masa-masa yang menyenangkan. Ibarat bayi yang harus lahir dari rahim ibu, saat meninggalkan masa kuliah dan memasuki dunia kerja aku pun menangis. Sebabnya, aku seperti dipaksa untuk keluar dari rahim ibu, dari kenyamanan. Siapa lagi yang memaksa kalau bukan diriku sendiri, hehe.<i> But actually, I like to force myself like that :p</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke topik utama. Aku merasa beruntung dan senang sekali karena bisa belajar di UGM selama 5 tahun. Kuliah di UGM merupakan cita-citaku sejak SD. Saat ibuku kuliah S2, aku sering diajak pergi ke Jogja, sekalian untuk berlibur. Ibuku selalu mengajakku ikut ke kampusnya, kampus Fakultas Pertanian UGM. Saat memasuki kampus UGM yang luas, aku yang masih berusia 10 tahun langsung terkagum, Kampusnya sangat luas, bus kota masuk dengan bebas. Sejauh mata memandang, tampak para mahasiswa. Mereka tampak begitu dewasa dan pintar-pintar semua. Sepanjang jalan berdiri bangunan-bangunan sederhana yang papan namanya memuat nama-nama luar biasa, misalnya "Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam". Sungguh mengesankan. Dulu, perpustakaannya masih berupa bangunan lama, tapi tentu saja besar dan mengesankan. Sayang dulu, ketika aku masih kelas 5 SD, tak banyak buku-buku di sana yang bisa kubaca. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fakultas Pertanian kala itu pun tak kalah mengesankan. Di berbagai penjuru tampak kelompok-kelompok mahasiswa berdiskusi, entah apa yang mereka bicarakan. Aku tak mengerti karena mereka menggunakan banyak istilah teknis bidang keilmuan mereka. Teman-teman ibuku di pasca sarjana pertanian, seperti umumnya para mahasiswa di Jogja, juga ramah-ramah dan baik. Sembari menunggu ibuku mengurus entah apalah di suatu ruangan, aku memandangi rumput di bawah kakiku sembari bertekad. Besok kalau sudah besar, aku mau kuliah di UGM! Keinginan itu menancap benar di pikiranku. <i>I must and I will</i>. Meskipun saat itu aku belum tahu kalau aku akan ingin menjadi seorang Apoteker,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika tiba saatnya bagiku untuk memilih universitas tempatku melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA, dengan percaya diri aku memilih UGM, kampus impianku sejak kecil. Bukan, aku bukan murid terpintar di kelas, apalagi di sekolah, Tapi aku, yang selalu berusaha mengandalkan logika ini, ada kalanya bertindak berdasarkan intuisi. Intuisi "<i>I must and I know I will</i>" itu tadi. Seperti lagu Savage Garden yang judulnya I Knew I Loved You before I Met You, hehe. Menurutku, pada pandangan-pandangan pertama, kita telah memutuskan apakah sesuatu atau seseorang itu akan menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan kita. Berdasarkan pengamatan kita di awal-awal, kita sudah tahu, kelak kita akan menganggapnya sebagai apa. <i>When I saw UGM for the first times, I know that I must and I will, be there.</i> Intuisi. Walaupun soal UM (Ujian Masuk)-nya susah sekali, tapi entah kenapa aku tenang-tenang saja. Mungkin karena saat itu umurku baru 17 tahun? Bisa jadi.<br />
<br />
Aku merasa bahagia sekali ketika ibuku membangunkanku malam itu, dan memberi tahuku bahwa aku diterima di Fakultas Farmasi UGM. Saking bahagianya, aku tak bisa tidur lagi sampai pagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan tanpa terasa, sudah lebih dari setahun lalu aku lulus dari UGM. Waktu berjalan sangat cepat. <i>It feels just like yesterday when I first spending the night alone in Jogja. I was alone, but I didn't feel alone at all.</i> Semuanya mengalir saja. Senang, sedih, bahagia, galau, warna-warni lah. Semuanya mengalir saja. Beraneka mata kuliah datang dan pergi. Semuanya penting dan jujur, sebagian besar menarik buatku. Sekarang kusadari betapa nikmatnya berangkat pagi untuk kuliah dan praktikum seharian. Belajar dalam keadaan yang tenang dan nyaman. Di dunia kerja, belajar dilakukan sambil melakukan hal lain. Bahkan terkadang, untuk belajar tentang sesuatu yang sebenarnya berkaitan dengan pekerjaan kita, kita harus mencuri-curi waktu. I can't imagine a better place to pursue my bachelor and Apotechary degree, really. Just like I can't imagine to take another major besides pharmacy. <i>Maybe it's my intuition speaking again</i>, tapi beneran deh UGM itu keren banget. Googling sendiri sajalah, kenapa UGM itu keren, hehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh iya, aku sadar bahwa UGM, meskipun menurutku kerennya selangit, tetap saja mempunyai kekurangan, Kekurangan yang menurutku paling mengganggu dan mendesak untuk segera diperbaiki adalah kurangnya pengenalan terhadap dunia nyata. Dari percakapanku dengan beberapa teman sejawat Apoteker dari universitas lain, UGM (khususnya Fakultas Farmasi) memang lebih unggul di ranah teoritis. Mendalam sekali kami mempelajari orbital yang terlibat dalam reaksi kimia, proses pembelahan sel, proses terpicunya sistem imunitas spesifik, eksitasi elektron yang mendasari suatu analisa kimia, kinetika kimia dalam stabilita suatu zat aktif farmasi, apa yang terjadi antar molekul air dan minyak pada proses terbentuknya korpus emulsi. Mendalam sekali kami mempelajari teori <i>balance score card</i>, hierarki kebutuhan manusia, teori ciri-ciri profesi, teori komunikasi. Well, semua itu penting, namun waktu kami habis untuk mempelajari teori. Kurangnya persentuhanan kami dengan dunia nyata menjadikan kami sedikit kikuk dan terkaget ketika memasuki suatu industri, rumah sakit atau apotek. Maka sekarang aku setuju jika masa PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) di industri atau rumah sakit akan ditambah durasinya menjadi 6 bulan dari semula hanya 2 bulan. Aku pun setuju jika sebaiknya kuliah tamu dari berbagai golongan praktisi ditambah frekuensinya. Sedangkan bagi mereka yang memang tertarik untuk mendalami teori, dapat melanjutkan studinya ke jenjang master alih-alih mengambil program profesi Apoteker. </div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Praktikum-praktikum yang ada pun menurutku terlalu sederhana dan perlu diperbarui untuk menyesuaikan dengan perkembangan terkini di dunia nyata. Memang mahasiswa yang cerdas akan mampu menyari prinsip dari praktikum-praktikum yang ada untuk kemudian diterapkan dalam pengujian-pengujian lain yang lebih canggih di kemudian hari. Namun ada baiknya Farmasi UGM juga memperbaiki diri dengan memperbarui topik-topik praktikum yang telah ada. Akan lebih baik jika praktikum yang ada dirancang untuk lebih menggali kemampuan mahasiswa dalam berpikir mandiri, namun dengan tetap memelihara budaya <i>teamwork</i>. Mata praktikum yang telah menerapkan hal ini antara lain adalah praktikum Analisis Farmasi dan Analisis Obat, Kosmetika dan Makanan. Yang mana pada dua praktikum ini (<i>which I proudly had ever been working at, as a technical assistant, </i>hehe<i>), </i>praktikan harus mencari metode analisa untuk menganalisa suatu sediaan farmasi. Setelah itu, mereka harus mengkonsultasikannya pada dosen pembimbing sebelum menerapkan metode itu saat praktikum. <i>It was fun, really</i>. Meskipun ada juga yang masih mengandalkan laporan kakak kelas sebagai sumber metode analisa, tapi lumayan lah, enggak terlalu <i>copy-paste </i>banget. Karena kita harus mempertahankan metode itu di depan dosen pembimbing praktikum, jadi setidaknya kita harus paham tentang metode yang kita usulkan dan akan kita terapkan. Kira-kira seperti itu juga tahap pengembangan metode analisa di <i>the real laboratory.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, lagi-lagi tulisanku melebar kemana-mana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Intinya, aku akan membeli kalender UGM 2015 di Kopma, untuk kemudian dipajang di meja kantor sebagai penawar rindu (atau malah akan semakin menambah rindu?).<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Well,Have a nice day, readers :)</div>
</div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-89093660127349895392014-08-25T00:47:00.000+07:002014-08-25T00:56:53.529+07:00My Thoughts about My Job<div style="text-align: justify;">
I am thankful that I get this job before I was graduated. Sorry if this sounds rude, but honestly I can not imagine me being jobless and doing nothing everyday. My dream job was to be a quality-operational excellence specialist in a pharmaceutical industry. I was, and still am, quite interested on how to make a dependable system that is efficient yet able to assure the quality of the product produced. In other words, how to get higher quality yet higher yield with the same, or less, money, time and effort. It is both science and art because not only we have to <u>understand</u> the process, but we need to be able to <u>manage</u> people, machinery/instrument, starting material, environment and of course, the process itself.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
However, destiny brought me to be a analytical development pharmacist. This job was not my first choice, but I took it after a long and thoughtful contemplation. Will I like this job? Will I passionately talk about my job to my friends that actually have no idea about what analytical development is? And the most important question I asked myself was: If I face problems and obstacles when I am doing my job, will this passion enough to help me go through? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
As you should agree, in a pharmaceutical industry, all of starting materials that will be processed to be finished product (active pharmaceuticals ingredients, inactive pharmaceuticals ingredients and packaging meterials) should be chosen very carefully, then tested to assure their quality. Why? Because starting material is one of the 5 affecting the product quality. And it is impossible for a pharmaceutical company to make all of the starting materials by itself. So, we literally rely in other parties (other manufacturers) to provide us something that will greatly affecting the quality of our product. My job is to assure that my company choose the dependable manufacturer that provides the highest quality yet offers the most reasonable prices. How do I do that? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I correspondence with the starting material manufacturer, asking them about everything my company needs to know about their product quality and their company's reputability. I communicate with the Purchasing Department to make sure that my company get the most from the transactions we make future, or made in the past. I develop analytical methods to test the product. I validate, or verify the method. I communicate and work together with the Quality Control Department to make sure that those methods are applicable to be implemented in my company. Each of those activities can be broken into many sub-activities. That is why I am so busy in the office, because there are so many things to do and so many problems to solve. But hey, long before I decided to work in a pharmaceutical industry, I know that the pressure of working in an industry is enormous. But I decided to work here anyway. Why? Because I think I am still young. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yeah, I am full of youthfulness. I am in the peak of my physical and mental energy. I can work for 13 hours straight and still be okay when I get up in my bed the next morning. I can be pressured like this 5 days a week, yet I don't have to worry if I will get a -God Forbid- heart attack, major depression or any sort of mental illness. I literally don't have anybody depends on me financially. Alhamdulillah both of my parents are perfectly capable to support themselves and my brother. I can spend all of my salary to have fun every weekend, or maybe everyday, just to balance all of these pressure with leisure (but thank God I got enough financial education and still save a good amount of money every month and make an infestation plan). My parents and my brother are great. They always be my greatest inspiration, motivation and support in everything I do. I also have satisfying social relationship with some carefully selected people. Along with my parents, my brother and of couse my very own self, they are my true support system. They are people I love, depend to, and care about. With this level of energy, this amount of love from my support system and enough money in my youth, it is actually tempting to play safe-take an "easy" job. But why play safe? I don't want to play safe right now. My youthfulness is not going to stay forever. I want to make the most of it so I can enjoy it after my youth passes. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I want to make the most of these youth times so that someday when I start a family I don't have to abandon them just because I still have to work as hard as I do now. I don't want to abandon them just because I "wonder what I actually capable of in career", because I have pushed myself to the limit and taste it all before I have them as my family. I agree that a woman should get the highest education so she can raise smart children. But I also think that a woman should experience what it is like to work hard and be pressured at work, so she can be a great mom. I think being a mother is physically and mentally harder than work in an industry sometimes. So I'd like to think that my job is a sort of preparation in starting a family later. I always think that a husband and a wife should be best friends. A husband should understand and support his wife's dreams and ambitions, including her dream career (and a wife should understand and support his too, vice versa). But children? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Being a helpless creatures they are, they have to have their mother being with them. They need their mother to nurture them, feed them and play with them. They need their mother to assure the quality of the food they take, the clothes they wear, the air they breathe, the words they hear, and basically everything for them. They need their mother to They need their mother to teach them how to walk, to speak, to communicate, to go to the toilet by themselves, to eat their own meal and to believe in themselves. They need their mother to told them that they are special and loved. They need their mother to take them to school on their first day of school. They need their mother to take care of them when they are sick. They need their mother to listen to their first cry, their first word, their first stories and all of their stories. When that time comes, my job will not be my main focus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I would like to believe that I do everything by choice. My own choice. Actually this belief helps me a lot. I choose to be here. As someone that is still learning how to be a responsible adult that can hold herself together, I will do everything to well...to hold myself together :)</div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-58793617426292363102014-08-24T21:49:00.002+07:002014-08-24T21:55:16.803+07:00Terjawab (Owalah Moment*)<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kata mereka, Allah selalu
Menjawab permintaan kita. Dengan cara-Nya sendiri. Pada waktu yang sudah Ditentukan
oleh-Nya. Kalau kataku, Allah selalu Menjawab semua pertanyaanku. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Allah Menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Semua pertanyaanku, walaupun hanya pertanyaan sederhana seperti mengapa wortel berwarna jingga. Ternyata hal itu disebabkan karena wortel mengandung beta-karoten, suatu molekul yang memang berwarna jingga. Beta karoten ini bisa diubah menjadi vitamin A. Jadi benar bahwa makan wortel baik untuk kesehatan mata (agar beta karoten dalam wortel dapat diserap maksimal, sebaiknya wortel dipotong-potong kecil dan dimasak dengan sedikit minyak dahulu sebelum dimakan). Oh iya, sebenarnya dulu wortel itu bermacam warnany. Ada yang berwarna putih (wortel liar), kuning, merah dan ungu. Keanekaragaman warna wortel semakin beragam ketika seorang ilmuwan pintar, melalui rekayasa genetika, menghasilkan wortel berwarna jingga. Kemudian para petani negeri Belanda memilih untuk hanya menanam wortel berwarna orange sebagai bentuk kecintaan mereka pada kerajaan yang berkuasa saat itu. Jadilah wortel yang kita kenal sekarang hanya berwarna jingga.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Allah Menjawab pertanyaaan-pertanyaanku. Semua pertanyaanku, termasuk pertanyaan sulit seperti mengapa kita tidak bisa mendapatkan sesuatu di masa lalu. Pertanyaan itu menjadi suatu pertanyaan yang sulit, karena aku tahu pasti jawaban atas pernyataan itu tidak akan ada di internet. Aku tidak bisa meng-<i>google</i> pertanyaanku untuk mendapatkan jawabannya. Tidak ada <i>textbook</i> yang membahas hal yang kutanyakan itu. Pun aku tidak bisa menanyakan hal itu kepada orang lain. Pertanyaan itu juga menjadi pertanyaan yang membingungkan, karena saat itu kita sangat menginginkan hal itu. Ingin sekali sampai bersikeras. Hampir aku menarik kesimpulan bahwa ada memang akan ada satu atau beberapa pertanyaan yang tidak akan kita temui jawabannya di dunia ini. Ternyata tidak begitu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Allah akan Menjawab pertanyaan kita. Allah Menjawabnya pada waktu yang tepat. Saat kita telah siap untuk mendengarkan dan merasakan jawaban itu. Saat pikiran kita telah terbuka. Saat logika dan akal sehat kita telah kembali. Saat emosi pengundang subyektivitas telah mereda. Saat itulah Allah akan Membisikkannya pada kita.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Atau mungkin Allah telah Memberikan jawaban-Nya padaku beberapa waktu yang lalu. Melalui berbagai pertanda. Melalui kata-kata nasihat dari orang-orang tercinta. Melalui insting akan bahaya yang terkadang muncul. Namun mungkin saat itu pikiranku masih tertutup, logikaku sedang lumpuh dan akal sehat kita terkalahkan oleh emosi. Sehingga aku masih saja merasa tidak mengerti.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hari ini aku mendapatkan banyak pengetahuan baru. Hari ini, hampir tak terhitung kali aku mengalami <i>owalah moment*</i> karena aku membaca koran, main ke museum, berdiskusi, bercakap-cakap dan berjalan-jalan. Namun <i>owalah moment </i>sesungguhnya adalah ketika aku pulang, membuka pintu kamarku kemudian duduk untuk berpikir sebentar. Akhirnya aku mengerti. <i>And it feels good. </i>Terima kasih Allah, sudah Menjawab pertanyaanku. Pasti setelah ini aku akan menanyakan hal-hal lain.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*o<i>walah moment s</i>ama aja sih artinya dengan <i>Eureka moment, </i>tapi karena aku orang Jawa jadi aku memilih untuk menggunakan <i>owalah moment </i>saja.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-31774334203523417602014-06-20T00:31:00.001+07:002014-06-20T01:14:12.095+07:00Sepotong Ingatan<p>Rembang, medio 2012.</p>
<p>Jeans cokelat. Blus berbunga-bunga sewarna cokelat juga. Kerudung warna senada. Matahari bersinar terik. Angin menyejukkan di bawah pohon kawista. Buah-buah bulat sewarna kerudungku menggantung di dahan. Daun-daun yang kecil saling bergesek. Pantai di belakang rumah. Polisi tidur dari tambang kapal. Padang rumput.</p>
<p>Rumah makan berarsitektur khas hasil asimilasi Cina-Jawa. Sirup beraroma sedap, manis dan bercita rasa tak biasa, terasa tajam di lidah dan hidung. Bau garam, baru lautan, bau matahari. Deru roda kendaraan-kendaraan besar menggesek aspal. Dokar-dokar menunggu penumpang di pasar. Kelenteng. Jalan-jalan yang mulus dan lebar. Etalase-etalase kaca berisi kain-kain berwarna cerah: biru, kuning, hijau,jingga dan tentu saja, merah. </p>
<p>***</p>
<p>Rembang, akhir 2012.</p>
<p>Rok biru berbunga-bunga. Kaos putih dan kerudung berwarna serupa. Masih di dekat pantai belakang rumah.  Tambang-tambang besar masih siap memaksa siapapun pemakai kendaraan untuk melambatkan lajunya.</p>
<p>Masih di sebuah mobil yang sama, melintasi tempat yang sama. Berisi aku yang sama. </p>
<p>Namun aku membawa buku yang berbeda. Dan aku tidak sedikit pun merasa keberatan.</p>
<p>Langit Rembang makin cerah. Dan aksen khas penduduk setempat membuat mereka terdengar seperti bernyanyi. </p>
<p>***</p>
<p>Rembang, menjelang medio 2014</p>
<p>Tulisan, bagiku seperti halnya perkataan, adalah doa. Karena hanya beberapa hari setelah aku menuliskan Rembang pada tahun 2012, aku berkesempatan untuk mengunjunginya lagi. Tak kusangka, kupikir aku takkan lagi pernah melihat tambang kapal sengaja dibentangkan di jalan<u>.</u></p>
<p>Warung kecil yang menjual pepes telur rajungan. Kapal-kapal kecil tertambat di dermaga pinggir jalan raya. Kendaraan-kendaraan besar masih saja menderu melintas. Kolam garam, kincir garam dan gudang garam yang tentu saja beraroma garam. </p>
<p>Tak banyak yang berubah dari daerah ini. Aku memakai baju yang sama dengan yang kupakai hampir dua tahun lalu, pertama kalinya aku memasuki jalan di sebelah pasar itu, tempat dokar-dokar kosong menunggu penumpang. </p>
<p>Ingin rasanya memutar waktu menjadi 2 tahun lalu, saat aku dengan penuh rasa ingin tah<u>u</u> memesan jus buah beraroma tak biasa di restoran Jawa-Cina itu dan meminumnya. Saat aku terheran melihat tambang kapal dijadikan polisi tidur. </p>
<p>Saat aku tak membawa buku apapun ~</p>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-26036250701300173602014-06-19T23:43:00.001+07:002014-06-19T23:43:33.288+07:00Love is Not for The Faints of Hearts<p>Because love is giving someone the power to hurt you and hoping they won't. </p>
<p>And being naked is letting someone into your thoughts, hopes, fears and dreams.</p>
<p>*2 kalimat di atas kukutip dari beberapa posting di www.9gag.com*<br>
</p>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-21395725266208542232014-05-03T22:52:00.001+07:002014-05-03T23:02:57.590+07:00Dua Peri Gigiku<div style="text-align: justify;">
Sejak aku kecil, kira-kira kelas 1 SD, Ibu dan Bapakku sudah mengharuskanku menggosok gigi sebelum tidur. Sebagai anak kecil yang suka bermain sampai terlalu capek dan ingin langsung tidur, aku membenci keharusan itu. Aku belum mengerti manfaat menyikat gigi. Mungkin ibu dan bapak pernah menerangkannya padaku, tapi aku lupa. Pokoknya aku kesal sekali kalau diminta gosok gigi ketika sudah mengantuk. Apalagi ibuku hampir selalu mengawasi dan akan menyuruhku menggosok gigi dengan benar, tidak sekedar berbusa saja namun harus digosok cukup lama dan mencakup semua bagian gigi,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah suatu malam aku tertidur di ruang keluarga. Aku kelelahan karena seharian bermain bersama saudara-saudaraku dari luar kota. Namun ibu dan bapak benar-benar tak mau tahu, mereka tetap menyuruhku menggosok gigi. Malam itu aku menangis di kamar mandi karena capek, mengantuk dan tentu saja kesal. Saat itu aku benar-benar tak mengerti, buat apa sih? Kenapa mereka tidak membiarkanku tidur saja? Aku benar-benar tak mengerti, ibu dan bapakku yang tak pernah menyuruhku masuk peringkat 10 besar di kelas, tak pernah memaksaku membantu pekerjaan rumah, tak pernah menyuruhku les ini-itu, tak pernah melarangku berteman dengan siapa pun...selalu memaksaku untuk menyikat gigi sebelum tidur? Menurutku saat itu, menggosok gigi sebelum tidur itu enggak penting banget.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun aku malas-malasan seperti tiu, ibu dan bapakku tak pernah bosan memaksaku menggosok gigi sebelum tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun-tahun terus berlalu. Kadang aku masih malas menggosok gigi sebelum tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun-tahun kembali berlalu. Tanpa kusadari aku sudah tidak pantas disebut anak kecil lagi. Aku sudah berbeda. Satu hal yang paling kurasakan, ketika aku berada di tempat umum, orang-orang memanggilku "mbak" dan bukan lagi "dik".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa kusadari juga, menggosok gigi sebelum tidur sudah menjadi kebiasaan. Ketika aku merasa sudah waktunya buatku untuk tidur, maka tanpa berpikir lagi aku segera pergi ke kamar mandi, menyikat gigi. Sekarang ditambah dengan kebiasaan mencuci muka. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan bila tak sengaja aku tertidur tanpa sempat menggosok gigi (sangat jarang terjadi), maka aku akan terbangun dengan perasaan risih dan tidak enak. <i>As if I were a dragon breathing fire, </i>begitulah adikku membuat perumpamaan. Nafas naga, hahaha, menjijikkan sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebiasaan yang ditanamkan padaku itu ternyata kebiasaan yang sangat berguna. Satu-satunya sakit gigi yang pernah kualami adalah sakit ketika salah satu gigi susuku akan digantikan oleh gigi tetap, saat aku kelas 3 SD. Setelah itu, aku tak pernah merasakan sakit gigi lagi. Kunjungan ke dokter gigi adalah hal yang mudah dan tidak menakutkan, karena umumnya karang gigi terbentuk agak banyak hanya di belakang gigi bawahku saja (diakibatkan karena susunan gigi bawahku yang memang terlalu rapat). Selain itu, nothing. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah seorang mahasiswa kedokteran gigi akan membersihkan karang gigiku. Ketika dosennya memeriksaku, dosen itu bertanya, "oh, kamu sudah selesai membersihkannya?". Padahal mahasiswa kedokteran gigi itu belum melakukan apa-apa! </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kesempatan lain kira-kira dua tahun setelah kejadian itu (tepatnya hari selasa lalu), seorang dokter gigi, sembari memeriksa gigiku, bertanya "kamu pernah tambal gigi?", dan ketika aku menjawab tidak, ia tampak agak takjub. Ia dan rekan sejawatnya setuju, gigiku sehat sekali. Mungkin aku merasa gigiku tak rapi susunannya dan warnanya pun tidak putih pula, namun ternyata menurut mereka gigiku sehat. Kata seorang dokter gigi pula, hygiene mulutku baik dan hal itu harus dipertahankan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku yakin ceritanya akan berbeda jika dulu ketika aku kecil orang tuaku tidak bersikeras untuk menanamkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur. Oh iya, ibuku juga membiasakanku sarapan dulu sebelum mandi. Jadilah aku selalu menggosok gigi ketika mandi, seusai sarapan (bukan sebelum sarapan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, pagi itu, di tempat para dokter gigi berpraktik itu, aku mengerti betapa cintanya kedua orang tuaku padaku. Aku teringat kata-kata yang entah kubaca dari mana, yang berbunyi, "kala kau merasa bahwa orangtuamu sedang menggunting kedua sayapmu, sebenarnya yang mereka lakukan adalah menjaga sayap-sayap itu supaya tidak patah", dan kalimat itu sangat tepat diterapkan untukku dan gigiku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku janji, ketika aku punya anak nanti, aku akan membiasakannya untuk menyikat gigi seusai sarapan (bagusnya sih, 30 menit seusai sarapan). Dan tentu saja aku akan memaksanya untuk selalu menggosok gigi sebelum tidur! Biarlah ia menganggapku galak dan nggak penting, aku hanya ingin menjadi peri gigi yang melindungi giginya dari karies dan lubang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terima kasih ibu...terima kasih ayah, sudah menjadi peri gigiku :D</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-90228378540844701442014-05-03T21:57:00.002+07:002014-05-03T21:57:29.772+07:00WaktuBagiku, waktu tak pernah menjanjikan apa-apa<br />
Tidak menghapus semua luka, tidak pula menciptakan lupa<br />
Namun kadang, yang diperlukan hanyalah waktuAmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-84870881517740463442013-12-22T22:43:00.000+07:002013-12-22T22:45:53.276+07:00Ikhlas<blockquote class="tr_bq">
<blockquote class="tr_bq">
"Ikhlas itu seperti surat Al-Ikhlas yang bahkan tidak mengandung kata "ikhlas" di dalamnya"</blockquote>
</blockquote>
<br />
Well, sebenarnya aku kurang bisa menangkap makna kalimat itu. Mungkin maknanya adalah, ikhlas itu ada dalam hati. Ikhlas itu ketika kita bahkan tidak menyadari bahwa kita sedang mengikhlaskan sesuatu, karena kita begitu lapang hati atas semua yang terjadi. Sampai-sampai kita tidak sadar bahwa kita sedang dan telah ikhlas. Mungkin seperti itu.<br />
<br />
Menurutku, keikhlasan bisa dibangun perlahan-lahan. Sedikit demi sedikit. Mungkin ada orang yang langsung bisa ikhlas ketika kehilangan sesuatu. Namun rasanya banyak pula manusia yang perlu waktu untuk berproses menuju keikhlasan. Banyak yang perlu alasan untuk menjadi ikhlas, entah keyakinannya pada Tuhan, entah karena rasa cintanya pada diri sendiri, entah karena untuk kepentingan orang lain, entah karena apapun.<br />
<br />
Bagaimanapun tahapannya dan apapun alasannya, keikhlasan itu pasti terasa sangat membebaskan ketika telah dicapai. Ketika akhirnya kata-kata "aku ikhlas, ya Allah..." itu terucap, rasanya seperti melepaskan beban imajiner yang dipikul sekian lama. Seperti melepaskan seekor anjing yang telah meronta untuk dilepaskan tali kekangnya. Seperti melepaskan kaca mata buram yang kita pakai terlalu lama.AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-67260060719576271482013-12-14T22:16:00.004+07:002013-12-14T22:16:51.430+07:00Perasaan adalah Perasaan<div style="text-align: justify;">
Perasaan adalah perasaan. Hidup bersamanya bukan kemalangan (Tere Liye, 2013).</div>
<div style="text-align: justify;">
So, I was not blaming myself, when I was running my fingers through my hair this afternoon. Just like I was about a year ago. My hair was not as smooth as it was when I was in high school. But it still is. You were right. I touch my hair, and yes. It is smooth. And I cut it short.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perasaan adalah perasaan. Hidup bersamanya bukan kemalangan (Tere Liye, 2013).</div>
<div style="text-align: justify;">
I can now accept the fact that no matter how tiring my day is, sometimes I still feel kind of empty. No matter how many things I've been thinking of, my brain will never be too busy to try comprehending this <i>perasaan</i>. Sometimes I check my phone without even thinking. Then I put it down again. Unconsciously, because it was my routine. Everything was not the same, so I wonder why it is still be my routine. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perasaan adalah perasaan. Hidup bersamanya bukan kemalangan (Tere Liye, 2013).</div>
<div style="text-align: justify;">
People younger than me are telling me stories about their life. It hurts, not because I want to be young again like them. It hurts because I want to go back. For once, I want to be in the same life phase like they are going through right now. The most energetic times of my life, the best feeling in the world.. Times when I found out that human can experience that level of happiness. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perasaan adalah perasaan. Hidup bersamanya bukan kemalangan (Tere Liye, 2013).</div>
<div style="text-align: justify;">
I think I can take it all, the good and the bad, forever. But maybe I am wrong, so God Shift the way. Or so I thought. Maybe I was, and I am guilty for not trying hard. But I just can't. And I am sorry. I will not ask God for another chance anymore, because how many times He Gave me, and I messed it?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perasaan adalah perasaan. Hidup bersamanya bukan kemalangan (Tere Liye, 2013).</div>
<div style="text-align: justify;">
So I think it is okay to write about this. Maybe, letting out the feelings, instead of suppress it, will make it better, for real. Not just better for some occasions and make it worse at another, so...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perasaan adalah perasaan</div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup bersamanya bukan kemalangan</div>
<div style="text-align: justify;">
Hei, bukankah dia memberikan kesadaran betapa indahnya dunia ini?</div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya orang-orang terbaiklah yang akan menerima kabar baik</div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya orang-orang bersabarlah yang akan menerima hadiah indah</div>
<div style="text-align: justify;">
(Tere Liye, 2013).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-63106993506854286622013-12-10T22:31:00.002+07:002013-12-10T22:31:44.437+07:00Random Thought<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>I see myself as a student and I don't have any plan to change it.</li>
<li>I used to agree with the quote "puncak rindu adalah saling mendoakan". But I don't agree with it anymore.</li>
<li>Manusia bisa bahagia dengan pilihan kedua. Sungguh. I like my job.</li>
<li>When was the last time you said "I am awesome?" For me it was on saturday when I succeed making a really tasty dishes.</li>
<li>Teach me please, I am new here.</li>
<li>Turns out that the greatest thing you can ever feel can't be bought with money, nor be sold in stores.</li>
<li>Yes, the past is the farthest from us, because we can never go back. Oh hey, do you happen to know someone who rents a time machine?</li>
<li>If you can adore a woman that is actively pursuing her career, then why can't you adore them who wants to be a great mom, who wants to be an awesome wife? Because freedom means more than just having the greatest career. Freedom is to be free to choose what we, women, want to be.</li>
<li>NO. Am I losing it?</li>
<li>Attractiveness is far beyond the looks. Far, far beyond...</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-16248870256147150362013-11-30T22:24:00.001+07:002013-11-30T22:24:26.285+07:00Melepaskan KebiasaanAku pernah membaca bahwa diperlukan 21 hari bagi seorang manusia untuk memulai suatu kebiasaan baru. Dulu aku menganggap itu fakta yang biasa saja. Namun dalam upayaku memahami pemikiran dan tindakanku sendiri, fakta itu menjadi penting. Fakta yang seolah menertawakanku. Jadi cuma 21 hari yang kita perlukan untuk merasa terbiasa pada sesuatu. Pantas.<br />
<br />
Manusia adalah makhluk kebiasaan. Dulu fakta ini juga terdengar biasa-biasa saja bagiku. Namun sekarang aku tersenyum tak manis. Pantas. Terlepaskan dari suatu kebiasaan adalah hal yang tidak menyenangkan, bahkan bisa membingungkan. Pantas.<br />
<br />
Bingung, bingung hendak menulis apa. Kadang aku berharap aku seberani Andrea Hirata. Atau Ahmad Fuadi. Namun tali kekang ini akan terus kugenggam.AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8998458595921656882.post-47862866438392093602013-11-02T23:27:00.001+07:002013-11-03T00:01:31.307+07:00Random Chat with A Stranger -- Part 2<div style="text-align: justify;">
Postingan ini tentang berbincang-bincang dengan orang asing yang kita temui. Di manapun. Aku pernah bilang, <i>I like strangers</i>. Aku suka sama orang asing. Karena kita tidak tahu apa yang mungkin mereka bawa ke hidup kita hari itu. Sampai-sampai aku pernah bikin postingan tentang percakapanku dengan seorang stranger di Omegle judulnya <a href="http://amaliawho.blogspot.com/2011/04/random-chat-with-stranger.html" target="_blank">Random Chat with a Stranger</a>. Ketika membaca percakapanku dengan orang asing itu, seorang temanku berkomentar "ini strangernya beneran pinter atau cuma delusional ya Li? jangan-jangan dia gila?". Haha, delusional pun tak mengapa, yang penting <i>I had a good time and I got new knowledges.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang teman pernah bercerita tentang pengalamannya bertemu dengan seorang asing di perjalanan menuju kampung halaman. Ternyata mereka (ia dan orang yang dulu asing baginya itu) nyambung abis. Serasa bertemu <i>soul brother</i> di dalam bus antar kota deh jadinya. Tentu saja, temanku itu bisa tahu bahwa ia nyambung dengan si stranger itu setelah ia bercakap-cakap. Aku tidak akan bisa menulis cerita ini, seandainya dulu ketika mereka bertemu temanku itu malah curiga; atau asyik dengan smartphone-nya, bukunya, atau pikirannya sendiri sehingga malah mengabaikan orang asing yang mengajaknya ngobrol dan hanya menjawab sekedarnya ketika ditanyai. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sendiri, cukup sering menempuh perjalanan. Maklum, aku kuliah dan bekerja di luar kota kelahiran. Dan aku enggak terlalu tahan sama perasaan kangen, hehe. Jadi naik bus atau kereta selama berjam-jam sudah biasa buatku. Sebenarnya, <i>me being me</i>, adalah orang yang jarang membuka percakapan kecuali kalau benar-benar ingin atau terpaksa. Tapi kalau diajak bicara, apalagi oleh orang asing, biasanya aku langsung fokus ke si pengajak bicara. Alasan pertamaku melakukan itu adalah alasan kesopanan. Kedua, memang aku suka bercakap dengan orang asing, walaupun sering malu untuk memulai duluan. Pernah temanku heran melihatku bisa ngobrol begitu akrabnya sama seorang ibu-ibu di kereta, sampai ngomongin jodoh segala. Aku malah heran kenapa mereka merasa heran. <i>Really? It is not that hard</i>. Bahkan untuk seorang sepertiku. Makin asing orangnya, kadang justru percakapan menjadi semakin mudah, karena kita bisa menanyakan banyak hal ke orang itu. Seru deh. Pernah pula aku diberi durian monthong di atas kereta. Karena duriannya masih terbungkus rapi di stereofoam dan plastik berlabel sebuah supermarket, akupun menerimanya. Kalau enggak, pasti aku sudah menolaknya karena takut dijadikan korban pembiusan. Haha. Aku juga pernah ngobrol dengan seseorang yang maaf, agak kurang sehat jiwanya di dalam bus. Hmm, aku jadi menyelami pikiran mereka, mereka yang kata orang lain gila. Kasihan juga sih. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurutku percakapan dengan orang asing itu bisa sangat membuka wawasan, kalau kita memang mau dan bersedia membuka wawasan kita. Hidup terlalu singkat untuk menjadi orang yang membatasi dengan siapa kita mau bicara. Sikap berhati-hati memang diperlukan, <i>but just take care of yourself. I heard and read enough stories on how to be careful in public place. </i>Apalagi aku pernah kehilangan handphone-ku sampai nangis-nangis, jadi tahulah bagaimana harus menjaga diri dan milikku di tempat-tempat rawan. Pengalaman kehilangan HP ini juga bukan karena ngobrol dengan orang asing, tapi semata karena keteledoranku mengantongi HP di saku celana jeans. Bukan kebiasaanku untuk mengantongi HP seperti itu, tapi ndilalah...ya sudahlah alhamdulillah sekarang aku punya HP baru meskipun sempat bingung karena susah sekali mencari HP yang setara dengan HP-ku yang hilang itu. Intinya jangan lebai lah, kesimpulannya, ngobrol dengan orang asing gak akan membuat kita kecopetan selama kita hati-hati. Buktinya, pengalamanku itu. Walaupun gak ngobrol dengan orang asing, tetap saja aku kecopetan karena teledor. Sebaliknya, pada berbagai kesempatan lain aku sudah berbincang dengan puluhan orang asing dan tidak pernah kecopetan atau terlecehkan karena itu. Alhamdulillah karena Allah masih dan selalu Melindungiku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kuakui tidak semua orang asing datang dengan sopan, yang bersuit-suit dan menyapa di pinggir jalan dengan kurang sopan juga ada. Tapi seseorang pernah menasihatiku, bahkan bila kita disapa dengan sapaan "Assalamualaikum" yang bernada menggoda pun, kita harus menjawabnya demi keselamatan kita sendiri. Katanya, kalau salamnya tidak dijawab, orang yang berniat macam-macam sama kita justru akan semakin terpicu hasratnya utnuk berbuat jahat. Tentu cara menjawab salamnya bukan dengan nada menggoda pula, tapi dengan suara tegas yang terdengar oleh si pemberi salam. Atau cukup dengan gerakan bibir, asal si pemberi salam tahu bahwa kita sudah menjawab salamnya. Kalau kita tidak menjawab, hal itu justru akan semakin memicu niatan jahat dari si penggoda. Aku pernah baca trik-trik menghindari tindak kriminal, ya bener sih, justru kalau kita merasa ada seseorang yang mengincar kita sebagai korban, kita malah harus mengajaknya bicara. Cara paling mudah adalah dengan bertanya "jam berapa sekarang?". Konon dengan mengajaknya bicara, kita tidak akan menarik lagi sebagai korban. Nah! Katanya memang itu trik psikologi untuk mematahkan niat jahat seseorang. Hmm mohon dikoreksi bila aku salah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mengingat-ingat beberapa percakapan dengan orang asing yang hanya kutemui sekali itu...sekarang mereka ada di mana ya? Entahlah...but I wish them the best.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahukah kamu, bahwa ada bus cepat (via jalan tol) ke Cimahi dari daerah Jatinangor?<br />
Tahukah kamu, bahwa menjaga tubuh dan penampilanmu mungkin bisa menambah kebahagiaanmu?<br />
Tahukah kamu, bahwa tim marketing perusahaan X berpenampilan lebih glamor daripada sang pemilik perusahaan?<br />
Tahukah kamu, bahwa para penyedia jasa karoseri mobil sekarang berlomba-lomba memperebutkan pasar karoseri mobil untuk menjadi mobil ambulans?<br />
Tahukan kamu, rezeki selalu datang dari arah yang tidak diduga?<br />
Tahukah kamu, bahwa ternyata para alumni dari fakultas Y universitas X merasa malu karena ada beberapa orang alumni yang tersangkut kasus korupsi?</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahukah kamu, tugu Jogja diduga dipugar untuk menyimbolkan sesuatu?</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahukah kamu, pabrik Kimia Farma di Bandung sejak dulu digunakan untuk memproduksi obat dari tanaman kina?</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahukah kamu, jalan-jalan pintas di kota ini?</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahukah kamu, rutin bercanda dengan pasanganmu kelak akan membuatmu begitu bahagia untuk jangka waktu yang lama?<br />
Tahukah kamu, walaupun jarang ditunjukkan, sebenarnya seorang ayah sangat cinta dan bangga pada anaknya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahukah kamu perbuatan-perbuatan ekstrim apa yang dilakukan oleh seorang orang tua, hanya agar anaknya selamat dan bahagia?</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahukah kamu bahwa hidup ini tak seindah cerita di novel?<br />
Tahukah kamu betapa susahnya mencari uang?<br />
Tahukah kamu bahwa Malioboro itu masih dianggap sebagai tujuan wisata utama bagi orang yang jarang ke Jogja?<br />
Tahukah kamu bahwa banyak sekali kelompok pengajian di pulau Jawa yang rutin mengunjungi kota Kudus setiap tahun untuk melakukan ziarah Sunan Muria dan Sunan Kudus?<br />
<br />
Mungkin aku tak akan pernah tahu, atau tidak segera tahu akan hal itu, bila kalian tak menerangkannya untukku. Untuk semua orang asing yang telah mengajakku bicara di dunia ini, terima kasih :)<br />
<br />
<span style="color: white;">Aku percaya, kita bisa mendapat lebih banyak informasi lagi hanya dengan mau membuka telinga dan mulut untuk berkomunikasi dengan lebih banyak tipe manusia.Informasi di sini berarti fakta ya, bukan gosip atau opini gak jelas. Ya kan sudah kewajiban kita sebagai seseorang yang dikaruniai otak untuk selalu menyaring apa yang kita dengar dan memfilter apapun yang akan kita keluarkan dari mulut.</span><br />
<span style="color: white;"><br /></span>
<span style="color: white;">Have a good life, readers :)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
AmWidhttp://www.blogger.com/profile/07932283585082187007noreply@blogger.com0