Oh, iya juga ya...
Jika respon manusia terhadap satu jenis obat saja berbeda-beda, maka tidak ada jaminan bahwa mereka akan merespon suatu hal yang sama secara serupa.
Ambil contoh, taruhlah ada sebuah situasi di mana seorang pengendara motor, sebut saja X, disalip dari kiri oleh pengendara motor lain yang melaju kencang. Padahal saat itu si X hendak belok kiri (dia sudah memberi isyarat dengan lampu sein). Andai saja si X sedikit lebih ke kiri saat itu, pasti tabrakan tak terhindarkan. Apa respon si X? Dia marah dan mengeluarkan kata-kata kotor pada pengendara ngasal itu.
Sekarang gantilah aktor pada kejadian tersebut. Anggaplah sekarang si Y yang mendapat pengalaman 'near miss' itu. Berbeda dengan si X, si Y tidak marah. Memang ia sempat kaget, karena sedetik sebelum belok ia disalip dari kiri. Ketika ia sudah berhasil berbelok dengan selamat (walaupun dengan jantung yg serasa mau copot), ia mengucapkan syukur pada Tuhan karena telah Diberi keselamatan.
Lain si X, lain si Y, lain pula respon si Z jika ia mendapat pengalaman yang sama. Berbeda dengan mereka berdua, si Z justru ketakutan. Ia membayangkan, bagaimana jika tadi ia mengalami kecelakaan. Terbayang betapa kencangnya motor ngasal yang hampir menabraknya tadi. Selepas kejadian itu, ia mengendarai motornya dengan kecepatan maksimal 25 km per jam saja, bahkan untuk menyalip becak pun si Z merasa gemetaran.
Haha, the possibilities are endless...menurutku bisa jadi akan terdapat lebih dari 26 kemungkinan respon manusia seandainya mereka dihadapkan pada kejadian itu. Ada yang cuek aja (berpendapat "ah udah lah, gak kena juga ini"). Ada yg langsung mengingat plat nomor si pengendara ngasal dan bertekad untuk mengingatnya seumur hidup dan menuntutnya di lain kesempatan jika mereka bertemu. Ada yang mungkin gak jadi belok kiri dan memutuskan untuk mengejar si pengendara ngasal hanya sekedar untuk memberinya pelajaran (oke, ini contoh ekstrim, haha), dan lain sebagainya.
Sometimes, generalization won't work. Because people are different, so are the conditions. Sometimes it's best to look closely, understand the situation then tailor the best action to face it (aduh bawa-bawa tailor segala, jadi inget tailoring counseling deh...).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar