25/04/13

Kalau ada Orang yang Menjelek-Jelekkan 'Gurumu', Apakah Kamu Akan Marah*?


Buatku, menyebarkan aib dari pihak lain di hadapan khalayak bukanlah hal yang hebat. Justru sebaliknya. Hal itu hanya akan menumbuhkan ketidak percayaanku (untrust) kepada si penyebar aib. Karena sudah hukum alam bahwa who gossips with you, will gossip of you. Apa jaminan kalau mereka, para penyebar aib itu, tidak akan menyebarkan aib kita? Tidak ada, karena mereka sudah dasarnya suka menyebar aib. Siapa sih, yang mau percaya pada orang seperti itu? Aku sih tidak mau. Apalagi kalau aib yang disebarkan itu hanya diperoleh dari hasil pertukaran gosip dengan orang lain, bukan dari hasil pengamatan sendiri. Menurutku berita seperti itu sangat, sangat rendah nilai objektivitasnya karena tidak semua manusia Dikaruniai dengan kemampuan lebih dalam membedakan fakta dan opini dari perasaan pribadi. Lebih hina lagi kalau sebenarnya penyampaian aib itu tidak memberi manfaat apa-apa. 

Memang ada banyak kesempatan di dunia ini di mana kita harus bersikap obyektif, jujur dan tega mengungkapkan kenyataan (misalnya di forum ilmiah atau dalam penyelidikan). Namun kalau tidak? Buat apa sih? Biar dikira lebih informed karena tahu kesalahan-kesalahan pihak lain, begitu? Biar dikira gaul karena memiliki banyak stok gosip, begitu? Atau jangan-jangan....si penyebar aib menyebar aib orang lain untuk mengalihkan perhatian orang dari aibnya sendiri? Oh, betapa tegar dan open mindednya, kalau begitu...seperti betapa open-nya sinismeku barusan.

Bukannya lebih baik berhati-hati sebelum mengeluarkan kata? Bahkan Allah saja menjamin, barang siapa menutupi aib saudaranya maka Allah akan Menutupi aibnya di akhirat. Sebaliknya, siapa saja yang menyebarkan aib orang lain, aibnya akan Dibuka secara gamblang untuk dipertontonkan pada orang lain. Pada kesempatan lain, Allah bahkan berpesan agar manusia menjaga LISAN dan kemaluannya. Pernah mikir nggak, kenapa LISAN disejajarkan dengan kemaluan? Memang keduanya memiliki fungsi yang sangat berbeda, namun Allah Tahu pasti kalau dari kedua organ itulah sebagian besar dosa umat manusia berasal.

Do THINK. THINK a lot. MIKIR. Kritislah, tanya dan pikirkan: siapa sih yang memberikan informasi kepada kita (apakah orangnya kita kenal memiliki tindak tanduk yang mulia? Atau dia orang yang kecewa dan emosi saja, sehingga kata-katanya pun mungkin berupa setetes fakta yang digelembung-gelembungkan sangat berlebihan?); lalu pertimbangkan pula apa yang dia sampaikan. Apa memang begitu? Gunakan objektivitas kita, Allah sudah Mengkaruniakan logika ke setiap manusia, masak enggak dipakai sih? Apakah kita memang sudah mengetahuinya dengan mata dan kepala sendiri kalau kenyataannya begitu? Bahkan kalaupun kenyataannya begitu, pantaskah kita menyebarkan itu? Apa manfaat yang akan kita dapatkan? Sebandingkah dengan dosa yang kita tuai?

Semoga Tuhan selalu Memberikan idealisme pada kita untuk menyimpan aib orang dengan rapat tanpa menyebarkannya tanpa kepentingan yang valid. Semoga Tuhan Memelihara kita dari kegiatan gosip menggosip yang gak bener. Semoga Tuhan Memberikan kita kesabaran terhadap orang-orang yang menjelek-jelekkan sesuatu yang begitu kita hormati dan sayangi. Semoga Tuhan Memberikan kelapangan bagi kita untuk memaafkan mereka. Dan semoga Tuhan Menyayangi kita sehingga kita tidak perlu berurusan dengan orang-orang seperti itu, apalagi sampai jadi korban gosip. Aamiin.

*kalau aku? Aku marah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar