10/11/12

Catatan Kuliah Farmakoterapi Epilepsi

Beberapa minggu lalu aku sudah diberi kuliah tentang farmakoterapi epilepsi! Sepanjang kuliah itu aku tidak menguap sama sekali, rasanya begitu semangat menyimak dan mencatat apa yang disampaikan dosen kemudian mengkritisi dan menanyakannya. I really, really have a thing about this, and I care too. Coba saja semua kuliah terasa menarik seperti kuliah itu ya, hehe.

Dari kuliah itu, aku jadi tahu berbagai hal baru tentang epilepsi. Epilepsi merupakan gangguan sistem saraf pusat yang ditandai dengan suatu bangkitan, salah satunya berupa kejang (seizure)..ah kalau ini sih, udah banyak yang tahu ya. Tapi tahukah pembaca bahwa ada jenis epilepsi yang 'hanya' ditandai dengan sentakan otot tiba-tiba, terkulai tiba-tiba, bengong atau meringis tanpa sebab (bukan karena mengingat kekonyolan diri sendiri misalnya v^^), dan kejang hanya pada sebagian tubuh saja? Ya, ternyata manifestasi epilepsi berbeda-beda, dan pengobatan epilepsi yang tepat adalah pengobatan yang disesuaikan dengan jenis kejangnya, menggunakan satu jenis obat saja, dilakukan sesingkat mungkin dan diiringi dengan pengawasan yang ketat akan kadar obat dalam darah

Hmm, pengobatan epilepsi di Indonesia, seperti banyak hal lain juga, belum dilaksanakan dengan benar sesuai teori. Sayang sekali lho. Kenapa? Karena sebenarnya epilepsi merupakan penyakit yang angka kesembuhannya tinggi. 70-80% Orang yang pernah didiagnosis epilepsi dan diobati dengan benar bisa sembuh sama sekali alias tidak pernah kejang lagi sepanjang hidupnya dan bisa lepas obat. Kalau sudah minum obat anti epilepsi selama 2 tahun dan obatnya cocok (dalam arti penderita tidak pernah kejang selama 2 tahun minum obat dan tidak terlalu terganggu dengan efek samping obat tersebut), maka dosis obat anti epilepsinya bisa diturunkan dosisnya karena ia sudah dianggap sembuh.  Isn't that great? Allah kurang baik gimana coba? :D 

Oh iya, waktu kuliah aku tanya begini (sehubungan dengan info itu):
"Epilepsi kan disebabkan oleh ketidak seimbangan faktor eksitasi dan inhibisi di otak sehingga zzz zzzz zzzzzz (anggap saja tidak penting). Lalu apakah hanya dengan minum obat selama 2 tahun ketidak seimbangan itu bisa membaik selama seumur hidup?"

Lalu ibu dosen yang cantik pun menjawab:
"Kekambuhan epilepsi tergantung jenis kejangnya, ada jenis epilepsi yang tingkat kesembuhannya sangat tinggi*, ada juga yang agak rendah. Tapi prinsipnya, memang jika diobati dengan benar epilepsi bisa sembuh. Oh iya, selain dipengaruhi oleh jenis kejangnya, kesembuhan epilepsi juga dipengaruhi progresivitas penyakit dan apakah penderitanya pernah mengalami status epileptikus atau tidak (status epileptikus: serangan kejang pada seluruh tubuh disertai hilang kesadaran alias grand mal, berlangsung lebih dari 5 menit, bisa terjadi lebih dari 2 kali berturut-turut tanpa adanya pemulihan kesadaran di antara 2 kejang tersebut). Kalau sudah pernah status epileptikus, maka itu artinya sudah terjadi kerusakan saraf yang lebih parah"

Nah, begitu hebatnya para penemu obat-obatan anti epilepsi itu. Kalau boleh kubilang, obat anti epilepsi itu life-changing drugs. Bayangin dong, awalnya was-was bakalan kumat jadi bisa tenang dan percaya diri pergi kemana-mana, bukannya itu life-changing? Makanya aku mendoakan supaya orang yang menemukan obat-obatan epilepsi, terutama natrium valproat, di ujung hidupnya berada pada keadaan yang baik dan nantinya Dimasukkan ke surga, aamiin. Sudah pernah kutulis kalau aku kagum dengan valproat: tidak menimbulkan efek mengantuk (non sedatif), aman untuk anak, pokoknya secara keseluruhan valproat itu efek sampingnya minimal dibanding yang lain, meskipun masih punya efek toksik terhadap hati (liver), tapi itu masih lumayan kalau dibanding obat epilepsi yang lain. Tapi tiap penderita kan berbeda-beda ya...tidak semua cocok dengan valproat. Karena itu perlu dipertimbangkan rasio resiko dan manfaat masing-masing obat untuk masing-masing penderita. Perlu diingat juga kalau obat-obatan epilepsi itu hampir semuanya merupakan obat yang mempengaruhi obat lain di dalam tubuh (kami menyebutnya sebagai induktor enzim sitokrom P-450). Karena itu penderita epilepsi harus berkonsultasi dulu dengan apoteker sebelum minum obat lain. Dan seperti yang sudah pernah kutulis juga...oh i hate this, hampir semua obat epilepsi itu bersifat teratogenik alias berbahaya buat janin (bisa menimbulkan cacat bawaan pada bayi yang sedang dikandung, kalau penderita sedang hamil dan minum obat anti epilepsi).

Olala, lantas apakah penderita epilepsi tidak boleh hamil?
Kata dosenku, memang sebaiknya penderita menunda kehamilan dulu sampai ia benar-benar bebas kejang dan bisa berhenti minum obat. Namun jika ia memang sangat ingin hamil, itu pilihan pribadi dan tidak ada yang bisa melarangnya. Solusi dari apoteker adalah seperti ini: Sebelum hamil (saat mulai merencanakan kehamilan), penderita harus minum suplemen asam folat setiap hari karena asam folat dapat menurunkan resiko cacat pada bayi. Lalu pengobatan epilepsi dilakukan dengan satu jenis obat saja, dalam dosis serendah mungkin untuk mencegah efek yang tidak diinginkan pada bayi. Sekarang sudah ada beberapa obat epilepsi baru yang efek teratogeniknya lebih kecil, sayang belum semua beredar di Indonesia.

Ngomong-ngomong tentang epilepsi dan wanita usia subur, ada temuan menarik. Estrogen, hormon wanita, ternyata bersifat epiletogenik alias memicu timbulnya serangan epilepsi. Namun progesteron, hormon wanita yang lain, untunglah bersifat mencegah timbulnya serangan epilepsi. Nah, saat kadar estrogen jauh lebih tinggi  daripada progesteron, misalnya saat menstruasi, serangan epilepsi akan lebih sering terjadi pada penderita. Ini namanya catamenial epilepsy, serangan epilepsi saat masa menstruasi. Penderita wanita yang sering mengalami catamenial epilepsy harus hati-hati saat menopause kelak, karena saat menopause juga terjadi ketidak seimbangan hormon.

Sekian penggalan dari catatan kuliah farmakoterapi epilepsi tertanggal 30 September 2012. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di postingan selanjutnya yang masih bertemakan epilepsi. Sebenarnya tadi aku menulis untuk 1 posting saja, namun karena hasilnya terlalu panjang dan pembahasannya terlalu melebar aku membaginya jadi dua. Sekian, semoga bermanfaat :)



* Maafkan aku yang tidak sempat mencatat satu persatu jenis kejang mana yang paling mudah sembuh sampai yang paling susah sembuh; namun aku ingat kalau nilai kesembuhan untuk kejang grand mal itu ada di tengah-tengah dibanding nilai kesembuhan jenis kejang yang lain. Artinya, peluang masih baik.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar