23/06/10

ANGIN (II)

Angin, bisakah aku menyimpan sebagian dirimu dalam sebuah stoples, yang bisa kubuka tiap kali aku menginginkanmu disini?
Sehingga kalau aku merindukan dan membutuhkanmu, aku cuma perlu membuka stoples itu?
Bagian dari otakku berkata, tentu saja kau tak bisa!
Karena jika ia kau masukkan dalam stoples, ia tidak akan menjadi angin lagi…
Ia hanya jadi udara
Ya, udara, seperti yang mengisi ruang hatimu itu; sebenarnya hatimu ada isinya, tapi terasa kosong, karena toh hanya berisi udara sekarang
Sekali lagi, ia hanya akan menjadi udara
Ia bukan lagi angin yang istimewa, yang bisa meniup peluh tipis di pelipismu dan membuatmu melupakan sejenak apa yang kurasakan
Maka jangan pernah bermimpi untuk dapat menyimpannya, memilikinya selamanya
Bukan hanya kau yang mengharapkannya untuk meniup peluh tipis di pelipis dan membuatnya melupakan sejenak apa yang kurasakan
Bukan hanya kau…
Kau toh hanya manusia biasa

ANGIN (I)

Aku telah terlalu terbiasa dengan kehadiran angin
Sehingga kadang tak kuhiraukan lagi kehadirannya
Kehadirannya, yang tanpa kusadari selalu kuharapkan
Kuharapkan untuk menghapus peluh tipis di pelipisku,
Kuharapkan tiupannya untuk membuatku melupakan sejenak apa yang kurasakan
Ya, aku merindukan angin
Yang menyapaku dengan lembut, dengan kata tak terucap yang dibisikkannya pelan, sehingga kadang ku tak bisa merasakannya kalau aku terlalu lelah
Sekarang ia berada di suatu tempat, sesuai kodratnya yang selalu bergerak
Takkan ia singgah terlalu lama
Dan tak bisa pula ia kugenggam, sehingga aku tak bisa menemuinya saat aku merasa kehilangan
Yang kubisa hanya membayangkan bagaimana rasanya…
Tiup pelannya yang menghanyutkanku

21/06/10

Pernyataan

Dengan posting ini, saya selaku pemilik blog http://amaliawho.blogspot.com menyatakan bahwa semua posting dalam blog ini adalah hasil karya saya sendiri; dan jika ada posting berupa artikel dan atau hasil karya saduran, secara langsung dan terbuka saya akan menyertakan nama pengarang dan atau sumber artikel yang saya sadur tersebut.

Yogyakarta, 21 Juni 2010
Amalia W.

19/06/10

Fireflies by Owl City

Check this out! Lagunya keren...theme song buat berinsomnia :)

03/06/10

My New Look!

Hari ini, maksudku kemarin [ini sudah dini hari] aku pakai jilbab segi empat! Ternyata aku bisa! Ya, kalau rata-rata orang-orang bisa, harusnya kita juga bisa kan?

Menghabiskan 10 menit lebih lama di depan cermin kesayangan, aku memutuskan berangkat ke kampus dengan penampilan baru. Sudah lama aku pingin memakai jilbab segi empat warna-warni aneka motif, baru kali ini kesampaian. Selama ini selalu pake jilbab bergo, jilbab buat on the go lifestyle, haha.
Aku membisikkan kata-kata "Don't be a coward!", aku harus pede, nggak boleh minder!

|Seperti sudah agak sedikit kuperkirakan mungkin akan terjadi| temen-temen pada pangling! Ya iyalah..
Tapi beberapa bilang aku tambah cantik, hmhmhm. Kalian sukses membuat wajahku bersemu merah..agak malu juga sih.
Walaupun mungkin lebih nyaman kalau aku diperlakukan biasa aja, tapi itu kan tandanya aku punya teman yang perhatian :)
Alhamdulillah ^^

Semangat buat terus mencoba sesuatu yang baru, karena dari sesuatu yang barulah, kita berkembang!

Oia, penampilan itu penting banget..
Seperti hari ini, kerudungku dan caraku memakainya, penting juga,
Tapi yang lebih penting adalah apa yang ada di dalam kerudungku, yaitu otakku.
Kalau ngomongin otak, bukan berarti aku hanya akan mementingkan kepintaran lho..tapi otak itu kan pusat pengendali pikiran dan tingkah laku kita..itu lebih penting, mungkin jauh lebih penting. Jadi, apapun tipe kerudungnya [selama menutup sesuai aturan], yang penting adalah apa yang ada di dalamnya!

Cheers..
Karena sungguh tidak ada setetes air pun yang jatuh ke bumi karena kebetulan! Itu yang kupelajari, dan mungkin hal itu memang benar...


***
Ah, hujan
Kamu telah menjadi latar dari beberapa kejadian
Serupa tirai di belakang panggung drama
Drama kehidupan anak manusia
Kehidupanku, yang masih samar isi manuskripnya
Tapi kamu mengiringiku dengan tetesanmu yang cantik, dan suaramu, dan samar aroma basah yang kau tinggalkan itu

Lalu jejak yang kutinggalkan, dengan senang hati kamu akan menghapusnya..

01/06/10

blogging

Aku selalu suka menuliskan pikiran-pikiranku, dan pendapatku tentang dunia yang aneh ini, beserta makhluk-makhluk unik yang berada di atasnya. Dengan menuliskannya, aku menuliskan sejarahku. Aku bisa membacanya suatu hari di masa depan nanti dan me-review bagaimana keadaan mentalku di masa saat aku menuliskan pikiran dan pendapatku itu (walaupun kenyataannya catatan-catatanku itu sering hilang, atau malah sengaja kubuang). Hmm, maklumlah, cita-cita masa kecil seorang Amalia adalah menjadi seorang psikolog (jedher!). iya, jangan kaget begitu dong. Aku selalu tertarik mengamati perilaku manusia, tentu saja secara diam-diam dan hasil pengamatan itu disimpan dalam memori sendiri saja, tidak usah disebarluaskan kepada orang lain. Aku selalu penasaran tentang bagaimana caranya pikiran kita bekerja. Bagaimana kita bisa bermimpi. Atau fenomena déjà vu. Bagaimana kita bisa jatuh cinta. bagaimana kita bisa membenci. Apa yang dapat melandasi pengorbanan seseorang. Hal-hal semacam itu.

Saat aku sedih sekali, menulis bisa menjadi media penumpahan perasaan. Aku tidak suka menemui siapapun saat aku sedih, apalagi saat aku menangis, aku tidak suka ada seorang pun di sampingku! “Leave me alone” itu kata yang pingin kukatakan. Mungkin itu disebabkan oleh gengsiku yang setinggi gunung sehingga aku enggan menunjukkan tanda kelemahan, tapi itu juga disebabkan oleh fakta bahwa kalau sedih aku tidak mampu menyusun kata-kata secara koheren. Biasanya, baru setelah aku sedikit tenang dan lega (dan mataku tidak bengkak, kalau aku menangis), aku bisa menceritakan kesedihan itu pada orang lain. Soal aku akan menangis lagi saat menceritakannya adalah perkara lain. Menubruk orang lain dengan air mata mengucur sambil meracau tentang kejadian pahit yang barusan kualami bukanlah nature-ku. Lagipula aku tidak ingin mengobral air mataku. Air mata kan harusnya dihabiskan untuk sesuatu yang benar-benar penting.

Demikian pula saat aku bahagia sekali. Aku tahu perasaan bahagia adalah sesuatu yang mahal, jadi aku akan mengingatnya dulu terus sambil tersenyum-senyum kecil. Yeah I know it sounds like a nuts. But happiness is life’s candy, right? Aku bahagia karena kebahagiaan itu, soalnya kebahagiaan itu adalah investasi, bisa diingat-ingat sebagai pemacu optimisme jika suatu saat nanti kita sedih. Dan menuliskan kebahagiaan yang kita alami seolah menambah kestabilan investasi itu. Memory fades, notes last! Kalau perlu aku bisa menuliskan tiap detail kejadian yang mengawali dan mengakhiri perasaan bahagia itu. Aku lebih suka ‘menubruk’ sahabatku untuk menceritakan kegembiraan dibanding kesedihan. Tentu saja.

Dan sekarang ada media baru selain buku atau kertas-kertas yang bisa kupakai sebagai diary! Media yang akan kusebut ini bahkan lebih hebat, meski kehebatan itu seperti pisau bermata dua. Media ini memungkinkan semua orang (dengan akses internet) membaca pemikiranku. Tapi kekurangannya, hal-hal yang terlalu menyangkut “orang lain” dalam hidupku, setidaknya yang secara jelas, nggak akan aku tulis di blog. Kasihan kan orang yang bersangkutan, kalau ia harus mendengar pendapatku tentangnya (yang belum tentu merupakan pendapat positif)? Pasti rasanya seperti dibicarakan di belakang punggungnya. Dan lebih buruk dari itu, dibicarakan di depan seluruh orang yang membaca blog kita. Demikian pula aku nggak mau terlalu tajam dalam mengungkapkan ketidaksukaanku di blog. Malah kalau bisa nggak usah mengungkapkan sesuatu yang negatif tentang sesuatu! Ntar malah kena kasus lagi. Kan lagi tren tuh. Hahaha.

Rasanya menyenangkan kalau membayangkan orang lain bisa mengambil sesuatu dari blog kita. Asal nggak ngopy-paste postingan kita tanpa izin dan tidak mencantumkan nama kita sebagai penulis aslinya aja! Yang kumaksudkan adalah mengambil hikmah atau ilmu gitu lho. Meskipun belum ada yang secara langsung memberiku komentar atau testimonial di blog, tapi pernah ada seorang temen Facebook-ku yang bilang kalau tulisanku di blog bikin dia terharu. Mungkin dia habis baca postinganku yang menceritakan tentang orang tuaku. Awalnya aku nggak percaya kalau sampai segitunya, maklum baru kali ini ada yang mengomentari tulisanku, komentarnya bernada positif pula (ya…seenggaknya dia bisa larut dalam emosiku saat menulis postingan itu, kedengarannya boleh juga). Makanya aku rada-rada nggak percaya, karena rada insecure, apakah tulisanku bener-bener worthy buat dibaca orang lain. Tapi waktu aku tanya apakah dia nggak salah alamat ngirim pesan dinding itu (hehehe, iya, aku sempet ngira gitu, saking nggak pedenya), dia bilang kalau dia enggak salah kirim dan emang tulisanku bikin dia terharu.

Waduh, membaca balasan pesan dinding darinya itu membuatku ikut terharu, hehehe. It really made my day. Nggak nyangka aja. Saat itu, I’d been writing and posting to fulfill my own need, to tell the world the real me, behind a close girl who seldom told people about her feelings. Belum terlalu kepikiran apa yang bisa kuberikan bagi orang lain yang membacanya. Tapi kalau tulisanku bisa mempengaruhi orang (dalam arti positif), kenapa enggak? Dari hobi berujung investasi (investasi amal maksudnya).

Semangat buat mem-posting tulisan yang bermutu dan bermanfaat! Cheers 

p.s : Buat “Tentara Cilik”, makasih yaa 