01/06/10

blogging

Aku selalu suka menuliskan pikiran-pikiranku, dan pendapatku tentang dunia yang aneh ini, beserta makhluk-makhluk unik yang berada di atasnya. Dengan menuliskannya, aku menuliskan sejarahku. Aku bisa membacanya suatu hari di masa depan nanti dan me-review bagaimana keadaan mentalku di masa saat aku menuliskan pikiran dan pendapatku itu (walaupun kenyataannya catatan-catatanku itu sering hilang, atau malah sengaja kubuang). Hmm, maklumlah, cita-cita masa kecil seorang Amalia adalah menjadi seorang psikolog (jedher!). iya, jangan kaget begitu dong. Aku selalu tertarik mengamati perilaku manusia, tentu saja secara diam-diam dan hasil pengamatan itu disimpan dalam memori sendiri saja, tidak usah disebarluaskan kepada orang lain. Aku selalu penasaran tentang bagaimana caranya pikiran kita bekerja. Bagaimana kita bisa bermimpi. Atau fenomena déjà vu. Bagaimana kita bisa jatuh cinta. bagaimana kita bisa membenci. Apa yang dapat melandasi pengorbanan seseorang. Hal-hal semacam itu.

Saat aku sedih sekali, menulis bisa menjadi media penumpahan perasaan. Aku tidak suka menemui siapapun saat aku sedih, apalagi saat aku menangis, aku tidak suka ada seorang pun di sampingku! “Leave me alone” itu kata yang pingin kukatakan. Mungkin itu disebabkan oleh gengsiku yang setinggi gunung sehingga aku enggan menunjukkan tanda kelemahan, tapi itu juga disebabkan oleh fakta bahwa kalau sedih aku tidak mampu menyusun kata-kata secara koheren. Biasanya, baru setelah aku sedikit tenang dan lega (dan mataku tidak bengkak, kalau aku menangis), aku bisa menceritakan kesedihan itu pada orang lain. Soal aku akan menangis lagi saat menceritakannya adalah perkara lain. Menubruk orang lain dengan air mata mengucur sambil meracau tentang kejadian pahit yang barusan kualami bukanlah nature-ku. Lagipula aku tidak ingin mengobral air mataku. Air mata kan harusnya dihabiskan untuk sesuatu yang benar-benar penting.

Demikian pula saat aku bahagia sekali. Aku tahu perasaan bahagia adalah sesuatu yang mahal, jadi aku akan mengingatnya dulu terus sambil tersenyum-senyum kecil. Yeah I know it sounds like a nuts. But happiness is life’s candy, right? Aku bahagia karena kebahagiaan itu, soalnya kebahagiaan itu adalah investasi, bisa diingat-ingat sebagai pemacu optimisme jika suatu saat nanti kita sedih. Dan menuliskan kebahagiaan yang kita alami seolah menambah kestabilan investasi itu. Memory fades, notes last! Kalau perlu aku bisa menuliskan tiap detail kejadian yang mengawali dan mengakhiri perasaan bahagia itu. Aku lebih suka ‘menubruk’ sahabatku untuk menceritakan kegembiraan dibanding kesedihan. Tentu saja.

Dan sekarang ada media baru selain buku atau kertas-kertas yang bisa kupakai sebagai diary! Media yang akan kusebut ini bahkan lebih hebat, meski kehebatan itu seperti pisau bermata dua. Media ini memungkinkan semua orang (dengan akses internet) membaca pemikiranku. Tapi kekurangannya, hal-hal yang terlalu menyangkut “orang lain” dalam hidupku, setidaknya yang secara jelas, nggak akan aku tulis di blog. Kasihan kan orang yang bersangkutan, kalau ia harus mendengar pendapatku tentangnya (yang belum tentu merupakan pendapat positif)? Pasti rasanya seperti dibicarakan di belakang punggungnya. Dan lebih buruk dari itu, dibicarakan di depan seluruh orang yang membaca blog kita. Demikian pula aku nggak mau terlalu tajam dalam mengungkapkan ketidaksukaanku di blog. Malah kalau bisa nggak usah mengungkapkan sesuatu yang negatif tentang sesuatu! Ntar malah kena kasus lagi. Kan lagi tren tuh. Hahaha.

Rasanya menyenangkan kalau membayangkan orang lain bisa mengambil sesuatu dari blog kita. Asal nggak ngopy-paste postingan kita tanpa izin dan tidak mencantumkan nama kita sebagai penulis aslinya aja! Yang kumaksudkan adalah mengambil hikmah atau ilmu gitu lho. Meskipun belum ada yang secara langsung memberiku komentar atau testimonial di blog, tapi pernah ada seorang temen Facebook-ku yang bilang kalau tulisanku di blog bikin dia terharu. Mungkin dia habis baca postinganku yang menceritakan tentang orang tuaku. Awalnya aku nggak percaya kalau sampai segitunya, maklum baru kali ini ada yang mengomentari tulisanku, komentarnya bernada positif pula (ya…seenggaknya dia bisa larut dalam emosiku saat menulis postingan itu, kedengarannya boleh juga). Makanya aku rada-rada nggak percaya, karena rada insecure, apakah tulisanku bener-bener worthy buat dibaca orang lain. Tapi waktu aku tanya apakah dia nggak salah alamat ngirim pesan dinding itu (hehehe, iya, aku sempet ngira gitu, saking nggak pedenya), dia bilang kalau dia enggak salah kirim dan emang tulisanku bikin dia terharu.

Waduh, membaca balasan pesan dinding darinya itu membuatku ikut terharu, hehehe. It really made my day. Nggak nyangka aja. Saat itu, I’d been writing and posting to fulfill my own need, to tell the world the real me, behind a close girl who seldom told people about her feelings. Belum terlalu kepikiran apa yang bisa kuberikan bagi orang lain yang membacanya. Tapi kalau tulisanku bisa mempengaruhi orang (dalam arti positif), kenapa enggak? Dari hobi berujung investasi (investasi amal maksudnya).

Semangat buat mem-posting tulisan yang bermutu dan bermanfaat! Cheers 

p.s : Buat “Tentara Cilik”, makasih yaa 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar