22/12/13

Ikhlas

"Ikhlas itu seperti surat Al-Ikhlas yang bahkan tidak mengandung kata "ikhlas" di dalamnya"

Well, sebenarnya aku kurang bisa menangkap makna kalimat itu. Mungkin maknanya adalah, ikhlas itu ada dalam hati. Ikhlas itu ketika kita bahkan tidak menyadari bahwa kita sedang mengikhlaskan sesuatu, karena kita begitu lapang hati atas semua yang terjadi. Sampai-sampai kita tidak sadar bahwa kita sedang dan telah ikhlas. Mungkin seperti itu.

Menurutku, keikhlasan bisa dibangun perlahan-lahan. Sedikit demi sedikit. Mungkin ada orang yang langsung bisa ikhlas ketika kehilangan sesuatu. Namun rasanya banyak pula manusia yang perlu waktu untuk berproses menuju keikhlasan. Banyak yang perlu alasan untuk menjadi ikhlas, entah keyakinannya pada Tuhan, entah karena rasa cintanya pada diri sendiri, entah karena untuk kepentingan orang lain, entah karena apapun.

Bagaimanapun tahapannya dan apapun alasannya, keikhlasan itu pasti terasa sangat membebaskan ketika telah dicapai. Ketika akhirnya kata-kata "aku ikhlas, ya Allah..." itu terucap, rasanya seperti melepaskan beban imajiner yang dipikul sekian lama. Seperti melepaskan seekor anjing yang telah meronta untuk dilepaskan tali kekangnya. Seperti melepaskan kaca mata buram yang kita pakai terlalu lama.

14/12/13

Perasaan adalah Perasaan

Perasaan adalah perasaan. Hidup bersamanya bukan kemalangan (Tere Liye, 2013).
So, I was not blaming myself, when I was running my fingers through my hair this afternoon. Just like I was about a year ago. My hair was not as smooth as it was when I was in high school. But it still is. You were right. I touch my hair, and yes. It is smooth. And I cut it short.


Perasaan adalah perasaan. Hidup bersamanya bukan kemalangan (Tere Liye, 2013).
I can now accept the fact that no matter how tiring my day is, sometimes I still feel kind of empty. No matter how many things I've been thinking of, my brain will never be too busy to try comprehending this perasaan. Sometimes I check my phone without even thinking. Then I put it down again. Unconsciously, because it was my routine. Everything was not the same, so I wonder why it is still be my routine. 


Perasaan adalah perasaan. Hidup bersamanya bukan kemalangan (Tere Liye, 2013).
People younger than me are telling me stories about their life. It hurts, not because I want to be young again like them. It hurts because I want to go back. For once, I want to be in the same life phase like they are going through right now. The most energetic times of my life, the best feeling in the world.. Times when I found out that human can experience that level of happiness. 


Perasaan adalah perasaan. Hidup bersamanya bukan kemalangan (Tere Liye, 2013).
I think I can take it all, the good and the bad, forever. But maybe I am wrong, so God Shift the way. Or so I thought. Maybe I was, and I am guilty for not trying hard. But I just can't. And I am sorry. I will not ask God for another chance anymore, because how many times He Gave me, and I messed it?


Perasaan adalah perasaan. Hidup bersamanya bukan kemalangan (Tere Liye, 2013).
So I think it is okay to write about this. Maybe, letting out the feelings, instead of suppress it, will make it better, for real. Not just better for some occasions and make it worse at another, so...


Perasaan adalah perasaan
Hidup bersamanya bukan kemalangan
Hei, bukankah dia memberikan kesadaran betapa indahnya dunia ini?
Hanya orang-orang terbaiklah yang akan menerima kabar baik
Hanya orang-orang bersabarlah yang akan menerima hadiah indah
(Tere Liye, 2013).

10/12/13

Random Thought

  • I see myself as a student and I don't have any plan to change it.
  • I used to agree with the quote "puncak rindu adalah saling mendoakan". But I don't agree with it anymore.
  • Manusia bisa bahagia dengan pilihan kedua. Sungguh. I like my job.
  • When was the last time you said "I am awesome?" For me it was on saturday when I succeed making a really tasty dishes.
  • Teach me please, I am new here.
  • Turns out that the greatest thing you can ever feel can't be bought with money, nor be sold in stores.
  • Yes, the past is the farthest from us, because we can never go back. Oh hey, do you happen to know someone who rents a time machine?
  • If you can adore a woman that is actively pursuing her career, then why can't you adore them who wants to be a great mom, who wants to be an awesome wife? Because freedom means more than just having the greatest career. Freedom is to be free to choose what we, women, want to be.
  • NO. Am I losing it?
  • Attractiveness is far beyond the looks. Far, far beyond...






30/11/13

Melepaskan Kebiasaan

Aku pernah membaca bahwa diperlukan 21 hari bagi seorang manusia untuk memulai suatu kebiasaan baru. Dulu aku menganggap itu fakta yang biasa saja. Namun dalam upayaku memahami pemikiran dan tindakanku sendiri, fakta itu menjadi penting. Fakta yang seolah menertawakanku. Jadi cuma 21 hari yang kita perlukan untuk merasa terbiasa pada sesuatu. Pantas.

Manusia adalah makhluk kebiasaan. Dulu fakta ini juga terdengar biasa-biasa saja bagiku. Namun sekarang aku tersenyum tak manis. Pantas. Terlepaskan dari suatu kebiasaan adalah hal yang tidak menyenangkan, bahkan bisa membingungkan. Pantas.

Bingung, bingung hendak menulis apa. Kadang aku berharap aku seberani Andrea Hirata. Atau Ahmad Fuadi. Namun tali kekang ini akan terus kugenggam.

02/11/13

Random Chat with A Stranger -- Part 2

Postingan ini tentang berbincang-bincang dengan orang asing yang kita temui. Di manapun. Aku pernah bilang, I like strangers. Aku suka sama orang asing. Karena kita tidak tahu apa yang mungkin mereka bawa ke hidup kita hari itu. Sampai-sampai aku pernah bikin postingan tentang percakapanku dengan seorang stranger di Omegle judulnya Random Chat with a Stranger. Ketika membaca percakapanku dengan orang asing itu, seorang temanku berkomentar "ini strangernya beneran pinter atau cuma delusional ya Li? jangan-jangan dia gila?". Haha, delusional pun tak mengapa, yang penting I had a good time and I got new knowledges.

Seorang teman pernah bercerita tentang pengalamannya bertemu dengan seorang asing di perjalanan menuju kampung halaman. Ternyata mereka (ia dan orang yang dulu asing baginya itu) nyambung abis. Serasa bertemu soul brother di dalam bus antar kota deh jadinya. Tentu saja, temanku itu bisa tahu bahwa ia nyambung dengan si stranger itu setelah ia bercakap-cakap. Aku tidak akan bisa menulis cerita ini, seandainya dulu ketika mereka bertemu temanku itu malah curiga; atau asyik dengan smartphone-nya, bukunya, atau pikirannya sendiri sehingga malah mengabaikan orang asing yang mengajaknya ngobrol dan hanya menjawab sekedarnya ketika ditanyai. 

Aku sendiri, cukup sering menempuh perjalanan. Maklum, aku kuliah dan bekerja di luar kota kelahiran. Dan aku enggak terlalu tahan sama perasaan kangen, hehe. Jadi naik bus atau kereta selama berjam-jam sudah biasa buatku. Sebenarnya, me being me, adalah orang yang jarang membuka percakapan kecuali kalau benar-benar ingin atau terpaksa. Tapi kalau diajak bicara, apalagi oleh orang asing, biasanya aku langsung fokus ke si pengajak bicara. Alasan pertamaku melakukan itu adalah alasan kesopanan. Kedua, memang aku suka bercakap dengan orang asing, walaupun sering malu untuk memulai duluan. Pernah temanku heran melihatku bisa ngobrol begitu akrabnya sama seorang ibu-ibu di kereta, sampai ngomongin jodoh segala. Aku malah heran kenapa mereka merasa heran. Really? It is not that hard. Bahkan untuk seorang sepertiku. Makin asing orangnya, kadang justru percakapan menjadi semakin mudah, karena kita bisa menanyakan banyak hal ke orang itu. Seru deh. Pernah pula aku diberi durian monthong di atas kereta. Karena duriannya masih terbungkus rapi di stereofoam dan plastik berlabel sebuah supermarket, akupun menerimanya. Kalau enggak, pasti aku sudah menolaknya karena takut dijadikan korban pembiusan. Haha. Aku juga pernah ngobrol dengan seseorang yang maaf, agak kurang sehat jiwanya di dalam bus. Hmm, aku jadi menyelami pikiran mereka, mereka yang kata orang lain gila. Kasihan juga sih. 

Menurutku percakapan dengan orang asing itu bisa sangat membuka wawasan, kalau kita memang mau dan bersedia membuka wawasan kita. Hidup terlalu singkat untuk menjadi orang yang membatasi dengan siapa kita mau bicara. Sikap berhati-hati memang diperlukan, but just take care of yourself. I heard and read enough stories on how to be careful in public place. Apalagi aku pernah kehilangan handphone-ku sampai nangis-nangis, jadi tahulah bagaimana harus menjaga diri dan milikku di tempat-tempat rawan. Pengalaman kehilangan HP ini juga bukan karena ngobrol dengan orang asing, tapi semata karena keteledoranku mengantongi HP di saku celana jeans. Bukan kebiasaanku untuk mengantongi HP seperti itu, tapi ndilalah...ya sudahlah alhamdulillah sekarang aku punya HP baru meskipun sempat bingung karena susah sekali mencari HP yang setara dengan HP-ku yang hilang itu. Intinya jangan lebai lah, kesimpulannya, ngobrol dengan orang asing gak akan membuat kita kecopetan selama kita hati-hati. Buktinya, pengalamanku itu. Walaupun gak ngobrol dengan orang asing, tetap saja aku kecopetan karena teledor. Sebaliknya, pada berbagai kesempatan lain aku sudah berbincang dengan puluhan orang asing dan tidak pernah kecopetan atau terlecehkan karena itu. Alhamdulillah karena Allah masih dan selalu Melindungiku. 

Kuakui tidak semua orang asing datang dengan sopan, yang bersuit-suit dan menyapa di pinggir jalan dengan kurang sopan juga ada. Tapi seseorang pernah menasihatiku, bahkan bila kita disapa dengan sapaan "Assalamualaikum" yang bernada menggoda pun, kita harus menjawabnya demi keselamatan kita sendiri. Katanya, kalau salamnya tidak dijawab, orang yang berniat macam-macam sama kita justru akan semakin terpicu hasratnya utnuk berbuat jahat. Tentu cara menjawab salamnya bukan dengan nada menggoda pula, tapi dengan suara tegas yang terdengar oleh si pemberi salam. Atau cukup dengan gerakan bibir, asal si pemberi salam tahu bahwa kita sudah menjawab salamnya. Kalau kita tidak menjawab, hal itu justru akan semakin memicu niatan jahat dari si penggoda. Aku pernah baca trik-trik menghindari tindak kriminal, ya bener sih, justru kalau kita merasa ada seseorang yang mengincar kita sebagai korban, kita malah harus mengajaknya bicara. Cara paling mudah adalah dengan bertanya "jam berapa sekarang?". Konon dengan mengajaknya bicara, kita tidak akan menarik lagi sebagai korban. Nah! Katanya memang itu trik psikologi untuk mematahkan niat jahat seseorang. Hmm mohon dikoreksi bila aku salah. 

Aku mengingat-ingat beberapa percakapan dengan orang asing yang hanya kutemui sekali itu...sekarang mereka ada di mana ya? Entahlah...but I wish them the best.

Tahukah kamu, bahwa ada bus cepat (via jalan tol) ke Cimahi dari daerah Jatinangor?
Tahukah kamu, bahwa menjaga tubuh dan penampilanmu mungkin bisa menambah kebahagiaanmu?
Tahukah kamu, bahwa tim marketing perusahaan X berpenampilan lebih glamor daripada sang pemilik perusahaan?
Tahukah kamu, bahwa para penyedia jasa karoseri mobil sekarang berlomba-lomba memperebutkan pasar karoseri mobil untuk menjadi mobil ambulans?
Tahukan kamu, rezeki selalu datang dari arah yang tidak diduga?
Tahukah kamu, bahwa ternyata para alumni dari fakultas Y universitas X merasa malu karena ada beberapa orang alumni yang tersangkut kasus korupsi?
Tahukah kamu, tugu Jogja diduga dipugar untuk menyimbolkan sesuatu?
Tahukah kamu, pabrik Kimia Farma di Bandung sejak dulu digunakan untuk memproduksi obat dari tanaman kina?
Tahukah kamu, jalan-jalan pintas di kota ini?
Tahukah kamu, rutin bercanda dengan pasanganmu kelak akan membuatmu begitu bahagia untuk jangka waktu yang lama?
Tahukah kamu, walaupun jarang ditunjukkan, sebenarnya seorang ayah sangat cinta dan bangga pada anaknya?
Tahukah kamu perbuatan-perbuatan ekstrim apa yang dilakukan oleh seorang orang tua, hanya agar anaknya selamat dan bahagia?
Tahukah kamu bahwa hidup ini tak seindah cerita di novel?
Tahukah kamu betapa susahnya mencari uang?
Tahukah kamu bahwa Malioboro itu masih dianggap sebagai tujuan wisata utama bagi orang yang jarang ke Jogja?
Tahukah kamu bahwa banyak sekali kelompok pengajian di pulau Jawa yang rutin mengunjungi kota Kudus setiap tahun untuk melakukan ziarah Sunan Muria dan Sunan Kudus?

Mungkin aku tak akan pernah tahu, atau tidak segera tahu akan hal itu, bila kalian tak menerangkannya untukku. Untuk semua orang asing yang telah mengajakku bicara di dunia ini, terima kasih :)

Aku percaya, kita bisa mendapat lebih banyak informasi lagi hanya dengan mau membuka telinga dan mulut untuk berkomunikasi dengan lebih banyak tipe manusia.Informasi di sini berarti fakta ya, bukan gosip atau opini gak jelas. Ya kan sudah kewajiban kita sebagai seseorang yang dikaruniai otak untuk selalu menyaring apa yang kita dengar dan memfilter apapun yang akan kita keluarkan dari mulut.

Have a good life, readers :)




29/10/13

Jogja Memang Istimewa

Lima tahun lamanya aku menetap di Jogja untuk kuliah. Pulang ke Kudus sekali-sekali. Waktu hendak pertama kali pergi ke Jogja untuk menetap, sama sekali tidak ada rasa takut. Entah kenapa. Mungkin karena aku sangat excited untuk kuliah di fakultas impianku, di kampus impianku. Aku tidak terlalu memikirkan, bagaimana kalau aku homesick, bagaimana kalau aku tidak bisa menyesuaikan diri, dan bagaimana-bagaimana yang lain. Aku mantap-mantap saja berangkat. Mungkin karena di sana aku mendapat teman-teman yang bener-bener tulus dan baik, karena ibu kosku care, atau karena Jogja memang kota yang menyenangkan, aku langsung merasa kerasan. Ternyata jadi mahasiswa yang ngekos itu enggak susah kok. 

Lima tahun di Jogja, banyak sekali kenangan yang kubuat bersama orang-orang di sana. Tidak semuanya indah sih, sekali lagi tidak semuanya indah, tapi pasti secara keseluruhan, kenangan-kenangan itu manis buatku dan aku enggak yakin apakah aku bisa melupakan semuanya. Di kampus, di kos-kosan dan di berbagai sudut di seluruh penjuru Jogja, aku membuat kenanganku sendiri bersama orang-orang yang kukenal di sana. Kadang pula aku pergi sendirian, tak jadi masalah. Aku kangen pada beberapa jalan di Jogja, kangen sekali. Thanks to ingatanku yang kadang enggak penting, setiap kali melewati jalan tertentu, kadang ingatanku tentang kejadian-kejadian yang terjadi di jalan itu muncul sedetail-detailnya di otakku. Lengkap dengan ingatan exact tentang hal yang kupikirkan dan kurasakan saat itu. Ah! 

Jogja benar-benar istimewa buatku.

Mungkin orang yang belum pernah tinggal beberapa lama di Jogja dan tidak menjalin hubungan dengan orang-orang di Jogja, tak akan bisa mengerti keistimewaannya.

Jujur saja, menjelang kepergianku dari kota ini, berhari-hari lamanya aku cuma tidur kurang dari 5 jam sehari (rekor banget buat aku). Aku susah tidur dan ketika terjaga, mataku langsung melek semelek-meleknya menyadari bahwa aku akan segera pergi dari Jogja. I was crying on the train that taking me away from Jogja. Perjalanan yang berat buatku. Bukan karena aku malas atau takut memulai pekerjaanku, tapi...meninggalkan sesuatu yang telah lama kita pegang itu berat sekali, kan? Makin menjauhi Jogja, kurasakan makin kuat cengkeraman daerah itu padaku. Aku ingin turun di stasiun terdekat dan asal naik saja kereta apapun yang menuju ke timur, aku mau tinggal di Jogja saja. Tapi aku enggak punya pilihan itu, kan.

Sekarang sudah sebulan lebih dua puluh hari aku tidak menginjak tanah Jogja. Rekor terlamaku, bahkan dulu ketika aku mendapatkan libur akhir semester selama dua bulan, aku masih mencari alasan untuk pergi ke Jogja. Sekedar untuk mengisi KRS dan tentu saja menemui teman-teman. Sekedar tidur semalam di kosku yang nyaman. 

Tak bisa kupungkiri bahwa hal yang membuatku sangat mencintai Jogja adalah orang-orang yang kutemui di sana. Aku bersyukur banget karena aku mendapatkan beberapa (lumayan banyak) sahabat dan teman baik selama kuliah di Jogja. Persahabatan yang dalam dan tulus itu benar-benar ada, persahabatan-persahabatan itu bersemi dan tumbuh di Jogja. Entah kenapa, persahabatan yang kubentuk dari bangku kuliah itu terasa lebih dalam dan mengasyikkan. Mungkin karena aku makin bertambah usia, sehingga aku makin memerlukan orang untuk berbagi. Untuk bercerita dan menceritakan sesuatu padaku. Mengenal orang sedalam-dalamnya sehingga akhirnya kita bisa mengenalnya lebih dari sekedar "yang terlihat dari luar" itu ternyata menyenangkan dan fulfilling. Serasa hidup lebih berarti deh, hehe. Ah, beruntungnya aku sudah mengenal mereka. Namun kenapa ya, ketika satu persatu dari mereka mulai meninggalkan Jogja sepertiku, aku masih cinta dan kangen sekali sama Jogja? Mungkin Jogja itu memang merupakan setting yang pas untuk kenangan-kenangan indah. 

Menurutku, kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul (3 kota dan kabupaten yang paling sering kukunjungi di provinsi DIY), semua relatif bersih dan teratur. Seperti Kudus juga, enggak jorok lah kotanya. Tidak semua kota dianugerahi ke-tidak-jorok-an seperti itu lho. Di Jogja, kita bebas berjalan kaki kemanapun tanpa takut akan menginjak sampah atau terkena lumpur hitam yang baunya enggak enak. Walaupun sekarang mulai sering macet, tapi jalanan di Jogja masih relatif teratur. Makanan di Jogja juga enak-enak dan masih relatif murah. Aku enggak suka gudeg, tapi itu bukan halangan, masih banyak pilihan lain. Terus orang Jogja itu mayoritas ramah-ramah banget. Ya ada juga sih yang judes, tapi mereka yang judes itu adalah para outlier yang jumlahnya enggak banyak, haha. Di Jogja, mau cari apa-apa juga gampang. Dari barang paling sederhana sampai paling canggih, bisa didapat. Maklumlah, Jogja kan kota pelajar sekaligus kota pariwisata. Jadi para pengusaha kreatif di Jogja pun berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan para pendatang maupun para turis yang maunya kadang aneh-aneh, hehe. 

Parahnya, sepertinya aku lebih hafal tempat-tempat di Jogja daripada di Kudus :o Ya, buatku Kudus itu akar, asal. Sejauh apapun aku melangkah hari ini dan nanti, aku akan selalu ingat akarku. Dasarku. Kudus juga rumah buatku, kan ayah dan ibuku ada di sana (meskipun sekarang ibu dan adikku pun sedang menuntut ilmu di Jogja, ahhh beruntungnya mereka). Kudus adalah tempat aku akan selalu kembali. Kudus yang tenang dan simpel, Kudus yang kecil dan nyaman untuk ditinggali. Kudus itu ibarat orang tua. Namun Jogja ibarat teman. Teman yang selalu menyambut kita kapanpun kita meninggalkan rumah. Teman yang selalu siap sedia menemani kita bersenang-senang, juga menampung kesedihan kita. If Kudus is calm and reserved, then Jogja is fun and friendly.

Aku enggak tahu siapa yang menciptakan slogan "Yogyakarta Berhati Nyaman", mungkin ia seseorang yang lama tinggal di Jogja kemudian pernah pergi meninggalkan Jogja; kemudian tiap kali kembali ke Jogja, hatinya terasa nyaman kembali. Mungkin. Bukan cuma aku lho yang kangen sekali sama Jogja, banyak teman-teman kuliahku yang sekarang sudah meninggalkan Jogja sepertiku juga merasakan hal yang sama. Jogja memang istimewa. Jogja selalu menarikku untuk kembali. Tak lama lagi, insyaallah. Walau sekedar tuk memuaskan mata, hati dan telingaku akan suasana Jogja. Dan tentu saja untuk menemui sahabat-sahabat :)

Akhir kata, aku ingin menutup postingan lebai penuh kerinduan ini dengan sebuah lagu dari band Everyday, judulnya "Kapan ke Jogja Lagi". Ah, lagu ini aku banget.


Kapan ke Jogja Lagi
(Everyday)

Berbagi manisnya secangkir teh hangat
Menikmati canda dan tawa di sudut jalan
Duduk dan santai, sekedar cerita bersama sahabat
Hatiku senang, hatiku nyaman, dududududu

Oh, kali ini aku jatuh cinta
Bukan pada orang, tapi pada suasana dan kota
Kenangan indah dan manis hias tawaku penuh riang
Hatiku nyaman, hatiku senang, dududududu

Seribu kenangan dan kisah buatku ingin kembali
Nikmati lagi, jatuh cinta lagi
Hati indah dan ceria kan selalu aku rindukan
Hatiku senang, hatiku nyaman, dududududu

Dan hatiku bertanya, kapan ke Jogja lagi? 
Kapan ke Jogja lagi?
Kapan ke Jogja lagi?
Kapan ke Jogja lagi?
Kapan ke Jogja lagi?
Kapan ke Jogja lagi?
Kapan?

Jogja menyimpan banyak cerita
Kisahku, kisahmu dan mereka....

:))))

27/10/13

YOU are Still Here

Terima kasih Tuhan, telah Mempertemukanku dengan beberapa orang hebat dalam hidupku.

Kenapa dari sekian milyar orang di dunia ini, aku bertemu dengannya? Atau dengannya? Dengan mereka?
Kenapa dari sekian banyak tempat di dunia, ini, kami bisa berada di sana?
Kenapa dari sekian banyak kesempatan yang mungkin bisa terjadi, Kau pertemukan kami?
Kenapa dari sekian banyak pemikiran yang bisa timbul, Kau percikkan pikiran-pikiran itu?

Kubuktikan lagi kuasa-Mu, ketika kusadari betapa orang-orang dalam hidupku telah mengubah caraku memandang dunia, memandang diriku sendiri, juga mengubah caraku memandang-Mu.

Tapi aku memutuskan untuk mencoba mensyukuri semua itu. Karena setelah mereka pergi, atau menghilang sejenak, atau tak ada di sampingku, Kau tetap ada di sini. 
Mereka yang kau kirimkan dalam hidupku itu, ternyata telah membantuku mencintai-Mu lebih dalam lagi.
Dan atas semua itu, aku menjadi semakin yakin...bahwa Kau benar-benar Mencintaiku. 

Kau benar-benar mencintaiku.
Dengan cinta-Mu yang unik dan sempurna. Yang melebihi kemampuan logikaku dalam mencerna sesuatu.
Apapun yang terjadi, kumohon, jagalah cintaku ini pada-Mu...

:")

14/10/13

Kejujuran

Mungkin,
Makin besar kepedulian kita pada seseorang, seharusnya makin besar pula keberanian kita untuk jujur dan terbuka padanya..dengan segala resiko yang timbul atas kejujuran tersebut.

Kita bisa berbasa-basi selama 1-2 hari, 1-2 bulan..tapi selama seumur hidup? aku sih, tidak bisa.

Mungkin

15/09/13

Rantau 1 Muara by Ahmad Fuadi (A Far From Professional Review by Me)

I am so into Indonesian auto-biography novels. I had ever written how much i like Laskar Pelangi and Negeri Lima Menara series. I love to read or listen other people's success stories: how they struggled and succeed, their ups and downs. I like real stories better than fiction. 

So, right after my big exam some months ago i bought a really, really good novel. It is the last novel of Negeri Lima Menara Trilogy. I think this book is the best between the three books of the trilogy. And i am so thankful that i read that book at the right time, right at the time i needed it the most. This book is so inspiring for me. Ahmad Fuadi, the writer, wrote his hope on writing his last novel:

"Bagi anda yang sedang heboh mencari kerja, yang sedang harap-harap cemas menanti jodoh dan yang sedang berjuang mencari makna hidup. Mungkin novel ini bisa jadi penggelora pencarian-pencarian besar itu" (Fuadi, 2013).

Well, I can say that his hope is coming true, at least for one of his readers. Me :)
I want to emphasize again that i think i read (verb-2) this novel at the right time. That times, I was about to graduate from university and i was questioning many things. Some big, fundamental things regarding my future and I was confused. This novel was kind of..inspiring and saving me, haha. 

This novel, just like the two previous novel, tells us about Alif's life, adapted from Ahmad Fuadi's real life stories. This novel tells his life after he finished his glorious university years (due to his hard work and determination he had been joining student exchange program and earned some great experiences and achievements). Yep, he had to go back to Indonesia to get a job because he should support his mother and his sister financially. Unfortunately for him, he graduated in the wrong time. The time that Indonesia had a monetary crisis and political instability, so it was so hard to find a job. He caught in debt. Once a multinational company would hire him, but before he even started working, he was fired due to economic and political instability. I could imagine how he felt at that time. I think I know exactly how he felt, haha. He was the best student in his class, yet he got rejected everywhere. He had to face rejection, desperation and debt collector...reading his story, I couldn't help but think that I am luckier, at least my financial condition is better than his. My parents are perfectly capable of supporting me. But to get a job is not just about the money and financial independence, right?

Well, everything happens for a reason. For Alif, the reason why he didn't make it to that multinational company was because Allah had made a beautiful scenario for his life. He ended up got a job as a journalist in a well-known idealist media. A job that brought him to the love of his life. Yup, he met Dinara, a woman journalist and fell in love with her. The first time he looked into her eyes, he couldn't get his mind off her. They came from different background. Alif was a new journalist whose salary had to be shared with his mother and sisters; yet Dinara was a rich people's daughter. But they had tons of meaningful yet fun conversations and got to know each other better. Alif then found out that Dinara was not another trendy girl. She was different. Tons of conversations later brought them closer than ever and eventually everyone in their office knew that there was something special between them. 

Just when everything about them seemed right, Alif had to go to United States to pursue his dream to study there. Knowing he was about to go to US, Dinara pulled back from him. She didn't even talked to him and acted so aloof until his last day in Indonesia. Honestly, I cried on the last paragraph of page 193, haha. Does everyone in their 20-s have to experience that feeling? Galau, ragu, takut, bingung, ingin menyerah? Maybe.

Thank God, just before he left for his flight, DInara told him, "call me!". He thought about her and her last message on his flight and called her right after he landed in US. Long story short, Alif said that he felt so close to her regardless the fact that they were on two different sides of the world. They communicated via e-mail, chat and phone call. But deep down, Alif felt unsure about their relationship. He called their relationship by "Undefined Long Distance Relationship", a phrase he coined by himself. That was until he attended a pengajian in Indonesian Embassy titled "Lima Langkah Mencari Jodoh dan Memulai Rumah Tangga". Allah has always make a way to make something happens. Allah will grant our wishes, at his own time, by his own style. Kun Fayakun, Alif proposed to DInara via webchat and after negotiating with Dinara's parents, they got married in Indonesia. 

After marriage, Alif and Dinara went to US. Ahmad Fuadi conveyed that marriage is not easy. Life doesn't magically turn beautiful, fairy tale-like stories after marriage. After their first fight, Alif found out that marriage really is about sharing and understanding, not about asking and hoping. Together, they faced everything in their life. Just like Billy Joel's song, they took the good times and bad times. Together, they live their live for one purpose, God. The Entirely Merciful, The Sovereign. Muara segala muara.

"Hidupku kini ibarat mengayuh biduk membelah samudra hidup. Selamanya akan naik-turun dilamun gelombang dam ditampar badai. Tapi aku tidak akan merengek pada air, pada angin, dan pada tanah. Yang membuat aku kukuh adalah aku tahu ke mana tujuan akhirku di ujung cakrawala. Dan aku tahu aku tidak sendiri. Di atas sana, ada Tuhan yang menjadi tempat jiwa ragaku sepenuhnya bertumpu. Di sampingku ada Dinara. Temanku merengkuh dayung menuju muara. Muara di atas muara. Muara segala muara" (Fuadi, 2013).

I have read this novel several times, over and over again everytime I feel like I need. Sometimes, I compare my own stories with Alif's stories. I haven't reached my final conclusion about my life, and I probably won't reach it immediately. But I will keep walking for my life, or keep running for that matter, if it is what it takes. Because "man saara ala darbi washala", siapapun yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan. Whoever walks in his/her way will eventually reach his/her destination. 

Thank you Ahmad Fuadi, for sharing your life stories through this beautifully written novel. I might not have reached my destination(s) yet, but I am sure I will. Because I will keep walking and I have Allah With me :)



References:
Fuadi, A., 2013, Rantau 1 Muara, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

06/08/13

Tipe Kepribadian menurut Helen Fischer

Aha, sudah cukup lama aku enggak menulis tentang sesuatu yang bertemakan pop-science. Lebih tepatnya, sudah cukup lama aku enggak menulis tentang apa-apa di blog ini, huhu. Oke, kali ini aku ingin menulis tentang tipe-tipe kepribadian lagi. Sebelumya aku sudah pernah menulis tentang tipe kepribadian juga, yaitu tentang Tipe Kepeminpinan (model DISC). Nah, kalau penggolongan kepribadian menurut model DISC dibuat untuk memudahkan kita melihat tipe kepemimpinan seseorang, kali ini aku ingin menulis tentang penggolongan tipe kepribadian Love Type menurut Helen Fischer. 

Helen Fischer berteori bahwa tipe kepribadian seseorang sangat menentukan dengan siapa ia akan jatuh cinta. Beliau juga berteori bahwa ada empat kelompok persarafan (neural system) utama yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Aktivitas saraf yang paling dominan pada seseorang akan menentukan kepribadian orang tersebut. Empat kelompok neural system itu adalah sistem dopamin, serotonin, testosteron dan estrogen/oksitoksin.

Tipe pertama, orang dengan sistem dopamin yang dominan. Orang-orang tersebut memiliki kecenderungan untuk selalu mencari sesuatu yang baru. Mereka suka berpetualang, spontan, pemberani (suka mengambil resiko), berenergi tinggi tapi cepat bosan. Mereka kadang mengalami kesulitan untuk 'berpikir panjang' alias sangat impulsif sehingga sering terkesan sembrono dan boros. Oh iya, mereka juga Dianugerahi daya konsentrasi yang unik, yang mana mereka bisa begitu cepat mempelajari sesuatu dalam sekejap. Kemampuan yang juga dimotori oleh dopamin ini memang mendukung hobi mereka untuk mencoba sesuatu yang baru dan keberanian mereka untuk mengambil resiko. Kita bisa menemukan mereka di puncak gunung tertinggi, menyelam di laut lepas, main paralayang, atau sedang blusukan di daerah asing. Helen Fischer menyebut mereka sebagai "the Adventurer".

Berteman dengan mereka bisa menyenangkan, aku punya dua teman akrab yang menunjukkan ciri-ciri the Adventurer ini. Mereka selalu bersemangat dan jarang banget terlihat loyo kecuali kalau lagi sakit. Pokoknya kalau dekat-dekat dengan mereka tuh jadi ikut semangat juga, walaupun mereka tidak bisa mentoleransi kebosanan dan kadang-kadang memaksakan kehendak, wkwkwk. Sifat mereka yang random dan unpredictable juga kadang menjadi hiburan tersendiri bagiku (loh?? haha). Ya, alam berpikir mereka sangat berbeda dengan alam pikirku. Mereka hobi memutuskan sesuatu dengan sangat cepat (bahkan terkesan tanpa pertimbangan logis yang cukup di mataku), tapi kuakui, dalam keadaan-keadaan tertentu kita membutuhkan orang seperti mereka dalam kelompok :) Misalnya kita lagi travelling bareng, menurutku akan sangat menyenangkan kalau ada satu atau dua orang the Adventurer dalam kelompok kita.

Menurut Helen Fischer, the adventurer cenderung jatuh cinta dengan sesama adventurer juga. Kalau poin ini sih aku setuju banget, secara logika dan secara aktual memang poin ini benar. Temanku yang tergolong the adventurer bilang kalau dia ingin seseorang yang bisa diajak berpetualang bersama. Memang menurut Helen Fischer, the adventurer ini mencari "playing mate" alias teman bermain. Berdua bersama, mereka sama-sama menjelajahi dunia.

Berlawanan dengan the adventurer, tipe kedua yaitu orang dengan sistem serotonin yang dominan, lebih suka memastikan keamanan dan berusaha meminimalkan resiko. Helen Fischer menyebut mereka sebagai si pembangun, the builder. The builder ini sangat patuh dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. The builder selalu terlihat tenang, stabil, kalem dan terkendali. Mereka juga selalu mengkalkulasi setiap resiko dari apapun yang mereka kerjakan dan menerapkan manajemen resiko untuk meminimalkan resiko itu. Sayangnya sifat itu menjadikan mereka terkesan lambat berpikir. Mereka ingin terlihat wajar di mata orang lain, selalu menuruti peraturan dan rencana yang sudah dibuat. Pokoknya mereka itu enggak neko-neko meski kadang jadi terkesan kolot dan kaku. Tampilan mereka sehari-hari klasik dan konvensional. Oh iya, mereka juga suka membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain. Menurutku the builder itu tipe-tipe orang yang mengangguk sopan dan minta izin ke aku sebelum mereka duduk di sebelahku ketika aku naik bus umum. Atau orang-orang yang mau repot-repot menghubungi teman-temannya untuk reuni. Mereka memang tidak keberatan untuk go out of their way untuk memelihara jaringan sosial mereka dan mereka selalu tampak sopan.

Hmm, aku kenal juga sih dengan orang-orang tipe the builder ini. Ya, mereka memang tidak keberatan untuk repot, untuk ribet, untuk rempong, asal hubungan sosial mereka terpelihara dengan baik. Pilar masyarakat, begitu Helen Fischer mendeskripsikan the builder. Menurutnya pula, the builder cenderung untuk jatuh cinta dengan sesama the builder juga. Soalnya, the builder itu mencari teman bermasyarakat, social mate. Berdua bersama, mereka bisa membangun social network yang lebih luas dan lebih stabil lagi.

Kesimpulan sementara? The adventurer dan the builder cenderung jatuh cinta pada orang-orang yang sejenis dengan mereka. Like dissolves like.

Tipe ketiga, orang yang banyak dipengaruhi oleh testosteron. Testosteron memang dikenal sebagai hormon laki-laki, tapi hormon ini ada juga pada wanita. Helen Fischer menyebut mereka sebagai the director (diterjemahkan sebagai "pengarah"). Menurutnya, otak para director banyak terpapar testosteron sehingga umumnya para director itu memiliki kemampuan spasial dan matematika yang oke. Namun mereka memiliki kemampan sosial dan berbahasa yang kurang baik. Mereka pandai memahami sistem-sistem yang didasari aturan teratur (rule-based systems), misalnya tata surya, sistem pencernaan manusia, musik, mesin, komputer, bursa efek dan lain sebagainya. Daya konsentrasi mereka sangat dalam, sekali terfokus pada suatu hal mereka akan sulit untuk mengalihkan konsentrasinya pada hal lain. Ditenggarai mereka memiliki hasrat seksual dan agresivitas yang lebih tinggi pula, mengingat seperti itulah efek testosteron pada tubuh manusia. Sebagian besar director memang laki-laki, tapi ada juga wanita yang peka terhadap pengaruh testosteron tersebut dan berkembang menjadi seorang director. Kata Helen Fischer, seorang director bisa saja berwujud sebagai seorang wanita yang terkesan lembut dan feminin di luar, namun sebenarnya ia adalah seseorang yang menuntut kesempurnaan dan sangat logis di dalam, karena otaknya sudah terlanjur terpapar testosteron. Ngomong-ngomong, jejak paparan testosteron dalam tubuh seseorang bisa dilihat dari jari jemari di tangan kanannya. Orang yang terpapar testosteron selama masih dalam kandungan, akan memiliki tangan kanan dengan jari manis yang lebih panjang daripada jari telunjuknya. Tapi tidak semua director memiliki ciri fisik itu, bisa saja otak mereka baru terpapar testosteron ketika mereka menginjak masa remaja.

The director merupakan orang yang apa adanya, tak suka berbasa-basi, praktis dan pragmatis. Mereka membanggakan diri sebagai orang yang logis. Mereka memiliki standar yang tinggi dan rela melakukan apapun untuk memperjuangkan standar itu, walaupun harus bersaing. The director memang tidak takut dengan persaingan, perdebatan atau perselisihan, karena mereka memang sangat percaya diri dengan kemampuannya.  Justru mereka menyukai perdebatan yang logis untuk mencapai suatu kesimpulan. Kata Helen Fischer, merekalah sang penggapai bintang, penggerak kemajuan berpikir dalam suatu peradaban manusia. Ciri lain dari seorang director adalah "an almost perfect separation of emotion and logical thought", mereka bisa mengambil keputusan tanpa terpengaruh oleh emosi alias bisa sangat objektif. Masih menurut Helen Fischer, mereka adalah individu-individu yang memiliki kemampuan sangat tinggi dalam menahan dan mengesampingkan rasa sakit, baik sakit fisik maupun sakit hati. Pengaruh testosteron juga menjadikan mereka seorang altruis yang suka menolong dan melindungi orang lain secara spontan. Walaupun begitu, mereka memiliki kemampuan sosial dan verbal yang lebih rendah dibandingkan tipe kepribadian lain. Mereka bisa tampak tega menjurus kejam, asyik dengan pikirannya sendiri, enggan berbasa-basi dan tidak terlalu peduli pada orang lain. Mereka kadang tampak mengintimidasi dan tidak ramah. Mereka juga tidak peka terhadap sinyal-sinyal emosi dari orang lain. Emosi membuat mereka kebingungan dan akhirnya, ketika emosi mereka benar-benar memuncak, mereka bisa saja kehilangan kontrol dan meledak dalam kemarahan. 

Menurut Helen Fischer, the director berpendapat bahwa berkencan adalah suatu tugas (bukan suatu kesenangan), dan setelah 'tugas' itu selesai mereka ingin segera beralih menyelesaikan urusan lain. Maklumlah, mereka tidak terlalu lihai melakukan multi-tasking. Karena mereka tidak terlalu memperhatikan emosi, mereka juga enteng saja meninggalkan hubungan yang tidak sesuai standar mereka. Walaupun begitu, sekali menemukan orang yang cocok, mereka akan mengarahkan fokusnya yang dalam dan luar biasa pada orang itu. The director mendambakan pasangan yang cerdas sebagai pendamping berpikir (thinking mate).

Tipe keempat adalah the negotiator. Mereka adalah orang yang banyak dipengaruhi oleh estrogen dan oksitoksin. Memang estrogen dikenal sebagai hormon wanita, namun pria juga memiliki hormon estrogen. Beberapa pria sejati menunjukkan cir-ciri dominan the negotiator ini karena mereka terkena paparan estrogen semasa dalam kandungan. Dalam sebagian besar hal, the negotiator sangat berlawanan dengan the director. Pengaruh estrogen menjadikan mereka memiliki kemampuan sosial dan verbal yang baik. Mereka lihai berkata-kata, ekspresif dan pandai membaca emosi orang lain. Mereka berusaha mencari arti dari setiap gestur, nada bicara dan ekspresi lawan bicara. Mereka pandai berbasa-basi dan suka menyenangkan orang lain, meskipun itu artinya mereka harus mengorbankan pendapat dan kepentingan mereka sendiri. Mereka tidak keberatan untuk berubah dan menyesuaikan diri demi orang lain. Hal tersebut berlawanan dengan sifat the director.

Gaya berpikir mereka konsentris dan menjaring, bukan linear seperti the director. Artinya, mereka bisa melihat berbagai kemungkinan, dari berbagai sudut pandang, untuk memecahkan suatu masalah. Mereka juga lihai melakukan multi tasking. Namun mereka agak lemah dalam hal-hal teknis seperti membaca peta atau memahami cara kerja mesin-mesin. Mereka juga sering terlihat ragu-ragu dan tak tegas, serta terlalu sensitif akan perasaannya sendiri maupun perasaan orang lain.

The negotiator berpendapat bahwa jatuh cinta adalah penyerahan diri sepenuhnya pada orang yang dijatuh cintai. Mereka imajinatif dan romantis meskipun kadang tak logis. Menurut Helen Fischer, the negotiator mencari teman jiwa alias soulmate.

You know what, menurut Helen Fischer, director cenderung jatuh cinta pada negotiator, begitu juga sebaliknya. Mungkin terdengar aneh ya? Sifat mereka sangat berlawanan...tapi kenyataannya mereka memang saling menarik dan tertarik kepada satu sama lain. Mungkin ini yang namanya opposite attracts, yin-yang, perbedaan yang melengkapi, atau apalah itu istilahnya. Rupanya, baik director maupun negotiator sama-sama mencari percakapan yang berbobot dan teoritis. Mereka tidak menyukai percakapan yang dangkal tanpa substansi. Bedanya, director meninjau suatu hal dari satu perspektif dan negotiator meninjau suatu hal dari berbagai perspektif. Menurut Helen Fischer juga, dengan perbedaan gaya berpikir ini, mereka justru bisa bersinergi untuk memecahkan masalah apapun, they make a great team gitu deh. Melalui percakapan, mereka saling menarik satu sama lain. Kalau menurut Helen Fischer, fenomena ketertarikan antara dua pribadi berlawanan ini disebabkan oleh insting biologis manusia untuk mencari pasangan yang dapat melengkapi gen-gennya. Sehingga ketika nanti mereka mempunyai anak, anak mereka nantinya bisa menjadi orang yang lebih kuat dan lebih baik dibanding mereka. Saling melengkapi begitu, kali ya?

Penasaran dengan tipe kepribadian ini? Coba ikut tesnya di sini. Aku sudah dua kali mencoba tes itu, kali pertama memakai bukunya Helen Fischer (judulnya Why Him, Why Her?) dan yang kedua memakai kuis online di link yang aku tampilkan di kalimat sebelum kalimat ini. Hasilnya sama kok, so aku menyimpulkan bahwa tes ini cukup robust dan precise ^.^ aku sama sekali tidak kaget ketika mengetahui hasil tesku. Bener banget sih menurutku, haha. Perlu diketahui, selain tipe kepribadian utama, menurut Helen Fischer tipe kepribadian kedua juga cukup mempengaruhi kepribadian seseorang. Jadi nanti hasil tes kita akan disajikan dalam format tipekepribadian1/tipekepribadian2, misalnya negosiator/petualang, atau pengarah/pembangun. Iya sih, menurutku tidak ada seorang pun yang murni seorang adveturer, builder, director atau negotiator. Kita adalah kombinasi yang khas dari keempat traits itu.

Akhirnya..aku ingin mengakhiri tulisan ini dengan "percaya enggak percaya, terserah anda", hoho. Iya sih Helen Fischer mengemukakan teori-teori yang kukemukakan di atas berdasarkan penelitiannya yang dilakukan bertahun-tahun dan melibatkan ribuan responden. Menurutku hasil penelitiannya masuk akal kok. Tapi sekali lagi, mau percaya atau tidak, semuanya terserah anda.

Semoga tulisanku ini bermanfaat. Have a good life, reader!

21/07/13

Maju Terus

Impian kita memang indah. Namun aku tahu bahwa rencana Allah pasti lebih baik bagi kita.

Allah telah Merencanakan sesuatu yang sempurna untuk kita. Dan Allah akan Mengeksekusi rencana itu secara sempurna pula, someday.

Tugasku adalah berusaha dan berdoa. Kemudian memasrahkan semua usahaku pada-Nya. Semua tanpa terkecuali. Sampai aku merasa tak punya apa-apa dan siapa-siapa lagi.

Mimpi, ambisi, hasrat, cinta, keinginan, kebutuhanku untuk menjadi hebat.
Kodrat.

Usaha, kerja.
Doa.

Doa memohon kekuatan, kecakapan dan kesabaran sampai Allah Mengeksekusi rencana terbaiknya untukku.

Doa memohon keikhlasan, agar aku dapat menerima eksekusi itu sepenuhnya, ketika saatnya telah tiba.

Sampai bertemu lagi semuanya..sampai bertemu dalam keadaan yang lebih baik :)

08/06/13

It Helps to Know God Will Be There Tomorrow

Aku teringat percakapanku dgn seseorang beberapa tahun yang lalu...antara aku (A) dan seseorang (S).


A: Mbak, bener po kalau Allah cemburu saat kita lebih menyayangi makhluk-Nya daripada menyayangi Allah? 

S: Iya dek..kekasih manapun akan cemburu saat kekasihnya lebih sayang pada orang lain, kan? 

A: Tapi mbak, Allah kan sudah punya banyak hamba yg taat..ngapain Allah cemburu akan kedekatanku dengan makhluk-Nya kalau Allah punya banyak kekasih lain berupa hamba yg lebih taat? Maksudku, "siapa gue" gitu lho mbak, sampai-sampai Allah perlu cemburu padaku...

S: kapasitas Allah untuk Mencintai kekasihnya itu sangat berbeda dgn kapasitas manusia dik.. 

A: Maksudnya mbak?

S: Allah bisa Mencintai makhluknya satu persatu tanpa kecuali, dengan kadar cinta yang sedemikian besarnya dik. Mungkin manusia hanya bisa mencintai satu kekasih saja. Ia hanya akan cemburu jika satu kekasihnya itu bersama dengan orang lain. Ia tidak peduli jika ada orang lain yang berkasih-kasih dengan orang lain, asal mereka tidak melibatkan kekasihnya saja. Namun kapasitas cinta Allah sungguh besar. Ia Mencintai setiap hamba-Nya dengan kadar yang sedemikian tingginya. Sehingga meskipun Allah punya banyak kekasih, Ia akan tetap Cemburu jika salah satu diantara mereka lebih mencintai makhluk-Nya daripada Ia...

A: (mengalami Eureka moment


I ask myself why
I sleep like a baby through the night
Maybe it helps to know YOU'll be there tomorrow
Don't open my eyes
I'll wake from the spell I'm under
Makes me wonder how
Oh, tell me how
I could live without YOU now ;)
(disadur dari lagunya Lea Salonga dan Brad Kane berjudul We Could Be in Love)

Love is a Big Word

02/06/13

Strawberry Milkshake

We can taste a hundred taste a day, yet in the end of the day we can still be craving for something. Something so familiar and well-known, yet it's still...captivating. Like a glass of strawberry milkshake. I will never get bored of it, doesn't matter if i am 8 or 22. 

25/04/13

Kalau ada Orang yang Menjelek-Jelekkan 'Gurumu', Apakah Kamu Akan Marah*?


Buatku, menyebarkan aib dari pihak lain di hadapan khalayak bukanlah hal yang hebat. Justru sebaliknya. Hal itu hanya akan menumbuhkan ketidak percayaanku (untrust) kepada si penyebar aib. Karena sudah hukum alam bahwa who gossips with you, will gossip of you. Apa jaminan kalau mereka, para penyebar aib itu, tidak akan menyebarkan aib kita? Tidak ada, karena mereka sudah dasarnya suka menyebar aib. Siapa sih, yang mau percaya pada orang seperti itu? Aku sih tidak mau. Apalagi kalau aib yang disebarkan itu hanya diperoleh dari hasil pertukaran gosip dengan orang lain, bukan dari hasil pengamatan sendiri. Menurutku berita seperti itu sangat, sangat rendah nilai objektivitasnya karena tidak semua manusia Dikaruniai dengan kemampuan lebih dalam membedakan fakta dan opini dari perasaan pribadi. Lebih hina lagi kalau sebenarnya penyampaian aib itu tidak memberi manfaat apa-apa. 

Memang ada banyak kesempatan di dunia ini di mana kita harus bersikap obyektif, jujur dan tega mengungkapkan kenyataan (misalnya di forum ilmiah atau dalam penyelidikan). Namun kalau tidak? Buat apa sih? Biar dikira lebih informed karena tahu kesalahan-kesalahan pihak lain, begitu? Biar dikira gaul karena memiliki banyak stok gosip, begitu? Atau jangan-jangan....si penyebar aib menyebar aib orang lain untuk mengalihkan perhatian orang dari aibnya sendiri? Oh, betapa tegar dan open mindednya, kalau begitu...seperti betapa open-nya sinismeku barusan.

Bukannya lebih baik berhati-hati sebelum mengeluarkan kata? Bahkan Allah saja menjamin, barang siapa menutupi aib saudaranya maka Allah akan Menutupi aibnya di akhirat. Sebaliknya, siapa saja yang menyebarkan aib orang lain, aibnya akan Dibuka secara gamblang untuk dipertontonkan pada orang lain. Pada kesempatan lain, Allah bahkan berpesan agar manusia menjaga LISAN dan kemaluannya. Pernah mikir nggak, kenapa LISAN disejajarkan dengan kemaluan? Memang keduanya memiliki fungsi yang sangat berbeda, namun Allah Tahu pasti kalau dari kedua organ itulah sebagian besar dosa umat manusia berasal.

Do THINK. THINK a lot. MIKIR. Kritislah, tanya dan pikirkan: siapa sih yang memberikan informasi kepada kita (apakah orangnya kita kenal memiliki tindak tanduk yang mulia? Atau dia orang yang kecewa dan emosi saja, sehingga kata-katanya pun mungkin berupa setetes fakta yang digelembung-gelembungkan sangat berlebihan?); lalu pertimbangkan pula apa yang dia sampaikan. Apa memang begitu? Gunakan objektivitas kita, Allah sudah Mengkaruniakan logika ke setiap manusia, masak enggak dipakai sih? Apakah kita memang sudah mengetahuinya dengan mata dan kepala sendiri kalau kenyataannya begitu? Bahkan kalaupun kenyataannya begitu, pantaskah kita menyebarkan itu? Apa manfaat yang akan kita dapatkan? Sebandingkah dengan dosa yang kita tuai?

Semoga Tuhan selalu Memberikan idealisme pada kita untuk menyimpan aib orang dengan rapat tanpa menyebarkannya tanpa kepentingan yang valid. Semoga Tuhan Memelihara kita dari kegiatan gosip menggosip yang gak bener. Semoga Tuhan Memberikan kita kesabaran terhadap orang-orang yang menjelek-jelekkan sesuatu yang begitu kita hormati dan sayangi. Semoga Tuhan Memberikan kelapangan bagi kita untuk memaafkan mereka. Dan semoga Tuhan Menyayangi kita sehingga kita tidak perlu berurusan dengan orang-orang seperti itu, apalagi sampai jadi korban gosip. Aamiin.

*kalau aku? Aku marah...

15/04/13

You Don't Know My Name - Alicia Keys

Malam-malam menikmati musik Alicia Keys, asyik juga. Aku  suka lagunya yang berjudul "You Don't Know My Name". Silakan lihat liriknya di sini. Haha, menurutku arti lagunya itu enggak bangetlah, tertarik ke seseorang hanya karena melihat fisiknya saja padahal belum pernah berinteraksi secara real sedikit pun. Mana imajinasinya sudah sampai mana-mana gitu. Liriknya polos banget, agak lucu sih. Walaupun benar-benar tidak sesuai adat ketimuran, haha. Namun musiknya benar-benar bagus. Itu bunyi piano ya? Terus suaranya Alicia Keys bagus banget, dan menjelang akhir lagu, dia membacakan sebuah monolog gitu, it's awesome :D

Ini potongan liriknya yang kusuka. Selain artinya yang lucu (dia merasa kalau seseorang yang ditaksirnya itu melewatkan dia begitu saja, orang itu akan rugi banget), suaranya juga bagus banget pas bagian itu.

Doing more than I've ever done for anyone's attention
Take notices of what's in front of you
Cause did I mention you're about to miss a good thing
And you'll never know how good it feels to have all of my affection
And you'll never get a chance to experience my lovin'
Cause my lovin' feels like ooooow
You don't know my name
(round and round we go, will you ever know?)

12/04/13

Outfit Effect

Jujur ya, menurutku kuliah profesi itu lebih membosankan daripada kuliah s1. Really, kecuali untuk beberapa mata kuliah seperti farmakoterapi, kadang aku ingin membuang handout dan berkata "Forget these theories, I will do it my way".  Tapi tenang aja, aku enggak pernah benar-benar melakukannya kok. Haha, enggak usah ditiru ya. Untunglah ada kegiatan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) yang walaupun awalnya menakutkan untuk dibayangkan namun ternyata sangat memberikan warna pada  kuliah profesi ini.

Oh iya, aku itu orang yang suka mencari-cari alasan untuk tetap semangat dan bahagia. Mmm, sebenarnya salah satu hal yang membuatku lebih semangat dan tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk kuliah profesiku ini adalah....my outfit alias pakaian yang aku pakai untuk kuliah. Hahaha, I sound so shallow, ain't I? Tapi enggak apa-apa dong. Meskipun mungkin alasanku itu konyol, tapi selama tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, kenapa tidak? :)

Nah, di kuliah profesi ini, aku tidak diperbolehkan memakai jeans dan kaos. Awalnya aku merasa agak sedih. Berakhir sudah masa-masa kuliah yang indah dalam balutan celana jeans (lebai deh, haha). Tapi lama kelamaan aku menikmatinya. Toh kalau main kan masih bisa pakai jeans. Saat memakai pakaian buat kuliah profesi, kayaknya aku terlihat lebih rapi dan lebih dewasa. Begitu pula dengan teman-temanku. Kelihatan beda deh. Tapi meskipun aku terlihat lebih serius, who was I lying to, the girl in office outfit that bought ice cream and Chiki balls after class? Hahaha, habis es krim dan 'jajan anak kecil' itu enak sih. Kayaknya berapapun umurku, jajanan semacam itu akan tetap menjadi guilty pleasure-ku.

Style favoritku selama kuliah profesi sangatlah simpel:
  • Blouse bermotif bunga-bunga berbahan katun yang nyaman dan bagus menurutku
  • Jilbab polos yang berwarna senada dengan blouse bunga-bungaku
  • Long skirt polos berbahan tebal dan kaku (aku enggak tahu jenis kainnya)
  • Creamy-colored wedges

Simpel kan? Aku emang enggak mau memakai pakaian yang membuatku ribet saat duduk, jalan atau berlari. Enggak, memakai rok tidak membuatku jadi lemot kalau jalan kok. Bahkan berlari atau loncat-loncat pun masih bisa, haha. Awalnya ribet juga pakai rok, harus pakai legging segala, tapi lama-lama terbiasa juga. Dan enggak tahu kenapa, efek berpakaian ala wanita karir saat kuliah itu unik juga. Rasanya aku ingin menjadi lebih baik. Malu dong kalau pakaian sudah rapi dan elegan begitu tapi enggak bisa jawab pertanyaan dosen. Atau dapat nilai jelek. Atau ketauan bengong di kelas. Pokoknya kalau sudah berpakaian niat banget gitu, rasanya ada tambahan semangat buat berusaha dengan lebih baik selama kuliah deh :)

BTW, aku jadi sadar kalau aku belum pernah foto sendirian dengan style favoritku ini. Selalu aku berfoto bareng teman-teman. Seringnya sih, aku yang jadi fotografernya, haha. Foto ini aja hasil cropping.


Menurutku, sedikit banyak pakaian itu punya kemiripan dengan makanan. Iya, keduanya memang sama-sama merupakan kebutuhan pokok. Namun pilihan yang kita buat atas keduanya juga memberikan dampak bagi kita. Makanlah sesuatu yang sehat, dan kita akan menjadi dan merasa sehat. Pakailah suatu pakaian yang bagus menurut kita dan kita akan merasa bersemangat :D

10/04/13

Vaseline Complete Care - Body Lotion That Works

Disclaimer: Posting ini dibuat untuk kepentingan review saja, tidak dimaksudkan untuk kepentingan promosi. Produk yang diulas dalam postingan ini dibeli dengan uang pribadi saya. Untuk masalah kulit yang lebih serius, berkonsultasilah secara langsung dengan dokter spesialis kulit dan apoteker anda :)

Tanpa terasa, sudah cukup lama juga aku tidak menulis review kosmetik. Kenapa ya? Aku sendiri juga heran. Padahal mengamati kosmetika yang beredar di pasaran itu sebenarnya minatku. Melihat-lihat komposisi kosmetik yang dipajang di rak supermarket itu menyenangkan, apalagi kalau supermarketnya lagi sepi sehingga aku tidak perlu menolak tawaran para sales girl kosmetik yang mempromosikan produknya, hehe.

Kali ini aku akan menulis tentang body lotion Vaseline Complete Care.



Body lotion ini diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia, Cikarang, Bekasi. Namun Vaseline sendiri merupakan merk internasional yang telah ada sejak tahun 1870 dan sekarang berada di bawah bendera Unilever Global. Vaseline Complete Care merupakan salah satu varian body lotion Vaseline di Indonesia selain Vaseline Healthy White Healthy White, Vaseline Total Moisture Aloe Fresh, Vaseline Cocoa Glow, Vaseline Firming dan lain-lain.

Aku mulai memakai lotion ini kira-kira setelah ujian skripsi terbuka (inget banget ya, haha). Kenapa aku tertarik untuk membeli Vaseline Complete Care ini? Dulu aku merasa kulit tangan dan kakiku lumayan kering. Ya enggak sampai bersisik atau mengelupas sih, tapi kalau dipegang dan dielus kok kurang licin menurutku. Kalau dibandingkan dengan kulit tubuh yang lembab, halus dan licin, wah jauh banget. Padahal sudah teratur pakai body lotion lho. Maka aku pun berpikir untuk mencoba body lotion baru yang lebih ampuh untuk melembabkan dan menghaluskan kulit.

Tak lama setelah itu aku melihat body lotion yang dipakai ibuku di rumah. Saat itu beliau memakai Vaseline Complete Care ini. Dari tulisan di kemasannya, aku jadi tahu bahwa body lotion ini mengandung AHA dengan kadar 8,6%. Cring! Aku jadi ingat kuliah kosmetologi. AHA (Alpha Hydroxy Acid) atau asam alfa-hidroksi sebenarnya adalah nama golongan senyawa kimia. Menurut ilmu kimia organik yang kuketahui, AHA merupakan asam karboksilat yang memiliki tambahan gugus hidroksil di atom karbon pertama setelah atom karbon hidroksilnya, zzzzz ya pokoknya gitu deh (skip aja penjelasan ini, haha). Salah satu anggota golongan senyawa AHA yang digunakan dalam perawatan kulit adalah asam laktat, dan asam laktatlah yang terkandung dalam Vaseline Complete Care.

Lantas kenapa asam laktat dalam Vaseline Complete Care ini membuatku mau membeli dan memakai body lotion ini? Adakah hubungan antara struktur kimia asam laktat dengan aksinya dalam menghaluskan kulit? Haha, tentu saja ada, tapi aku enggak mencari tahu sampai segitunya kok. Yang jelas, sudah banyak penelitian in vivo yang membuktikan efektifitas asam laktat dalam menghaluskan dan meningkatkan kelembaban kulit. Hal ini antara lain dikarenakan oleh sifat asam laktat yang suka air (dapat menarik molekul air). Jadi, kelembaban di kulit kita tidak akan mudah hilang jika kita memakai lotion yang mengandung asam laktat. 

Asam laktat juga berfungsi sebagai chemical exfoliant alias zat yang dapat mempercepat pergantian sel kulit mati dengan sel kulit baru. Efek exfoliant dari asam laktat ini dapat menjadikan kulit lebih halus, lebih lembut, lebih ‘licin’ (istilahku sendiri, haha), membantu mencerahkan kulit dan menghilangkan noda-noda hitam di kulit. Sebenarnya secara tradisional kita juga bisa pakai lulur sebagai physical exfoliant, tapi selain memakan waktu, kadang butiran lulur juga terlalu kasar sehingga dikhawatirkan terjadi iritasi. Selain itu menurutku efek melembabkan dan menghaluskan dari lulur hanya bertahan singkat, tidak sebanding dengan waktu yang dikeluarkan untuk luluran, hehe. Hmm, kalau aku pingin efek halus dan licinnya aja sih, aku sudah suka dengan warna kulit tubuhku ini kok. Meskipun enggak putih tapi kan warnanya sudah merata, hoho.

Oh iya, hampir lupa, selain berperan dalam melembabkan kulit dan mempercepat pergantian sel kulit (exfoliant), asam laktat juga dapat mempercepat pembentukan kolagen. Oleh karena itu asam laktat kadang dipakai dalam formula kosmetika anti-aging alias kosmetik yang ditujukan untuk memperlambat proses penuaan. Kalau pembentukan kolagen dipercepat, kulit akan menjadi lebih kencang dan akan lebih lambat menua, soalnya penuaan kulit itu antara lain disebabkan oleh menurunnya produksi kolagen.

Walaupun begitu, semua zat tetap merupakan racun jika tidak digunakan dengan tepat. Asam laktat juga begitu. Walaupun menurut para ahli perawatan kulit asam laktat digolongkan sebagai AHA yang lumayan smooth alias enggak galak alias lembut untuk kulit, namun tetap saja ada efek tidak dikehendaki yang timbul pada orang-orang yang memang sensitif. Efek tidak dikehendaki itu antara lain timbulnya rasa panas, merah atau gatal pada kulit. Memang sedikit rasa panas atau gatal itu wajar saat awal-awal pemakaian, karena asam laktat itu kan exfoliant. Kadang kalau habis luluran juga kan terasa agak perih kan? Ibaratnya, kulit kita sedang digosok untuk melepaskan sel kulit matinya, kan wajar kalau timbul sedikit rasa panas atau pedih. Namun kalau gejala kemerahan, panas, perih dan gatal pada kulit dirasakan mengganggu dan terjadi terus-menerus setelah pemakaian, berarti orang tersebut memang tidak cocok dengan asam laktat dan tidak boleh memakai lotion ini.

Selain itu, asam laktat juga dapat menyebabkan hipersensitivitas terhadap sinar matahari. Maksudku, asam laktat dapat menyebabkan kulit jadi lebih peka terhadap sinar matahari, misalnya jadi kulitnya akan lebih cepat memerah dan terbakar setelah terkena sinar matahari dibandingkan dengan kulit yang tidak memakai asam laktat. Oleh karena itu, menurutku sebaiknya kita pakai lotion ini di sore hari saja. Sebaiknya jangan memakai lotion ini sebelum kita beraktivitas di bawah sinar matahari. Kalau kita sudah teratur memakai lotion ini pun, sebaiknya hindari paparan sinar matahari dengan cara memakai baju tertutup, payung, slayer dan sarung tangan.

Wah panjang juga ya penjelasanku tentang asam laktat, alasan utamaku memakai lotion ini. Aku memakai lotion ini sehari sekali, yaitu sehabis mandi sore. Saat kulit masih lembab, oleskan body lotion ini agar kelembaban sehabis mandi itu dikunci oleh asam laktat yang terkandung dalam lotion. Aku tidak memakainya di pagi hari sebelum beraktivitas untuk meminimalkan efek sensitif terhadap sinar matahari (padahal kulit tubuhku itu ala badak banget alias gak sensitif, haha..tapi jaga-jaga sajalah). Pada pagi hari aku pakai lotion atau body butter lain sesuai kebutuhan, merk-nya ganti-ganti tidak jadi masalah. Kalau sedang banyak beraktivitas di ruang ber-AC ya pakai body butter. Kalau sedang sering naik motor atau beraktivitas di luar ruangan ya pakai lotion yang mengandung tabir surya (misalnya yang mengandung etil parametoksi sinamat). Kalau lagi kumat pelitnya ya pakai lotion yang murah aja -_- haha.

Bagaimana hasilnya?
Menurutku hasilnya bagus sih. Kulitku jadi lebih halus dan tidak kering lagi. Berarti benar kalau asam laktat memang bagus untuk memperbaiki kelembaban dan kehalusan kulit. Tapi aku baru ingat kalau kulit tangan dan kakiku itu berbulu halus namun lebat dan panjang...hahaha, jadi walaupun pakai body lotion sehebat apapun ya tetap gak bisa licin banget kecuali kalau di-shave, haha. Tapi setidaknya kulit jadi lembab, halus dan tidak kering. Suka deh :D efek melembabkannya awet, bukan sekedar lembab di awal tapi beberapa jam kemudian kering lagi.

Oia, terakhir aku membeli body lotion ini seharga Rp. 21.300,- untuk kemasan 200 ml (aku beli di supermarket dekat kawasan UGM). Harganya memang sedikit lebih mahal daripada kompetitiornya, namun mengingat manfaatnya aku merasa harga segitu wajar deh buat body lotion ini. Menurutku, daripada beli body lotion merk terkenal yang mahal namun belum teruji manfaatnya, mending beli ini lah. Kandungannya jelas, asam laktat, sudah terbukti efektifitasnya. Haha, jangan-jangan manfaat yang kudapatkan setelah empat tahun lebih belajar ilmu farmasi adalah bisa memilih body lotion that works alias body lotion yang efektif ya? ;p

Dari skala 1-10 aku memberikan nilai 8,8 untuk body lotion ini. Dan aku akan selalu membeli lagi body lotion ini alias repurchase over and over again mengingat dia punya manfaat anti aging juga. Begitulah review-ku tentang body lotion Vaseline Complete Care. Semoga bermanfaat :)

09/04/13

I Took The Good Times, I'll Take The Bad Times...

Awalnya aku tidak begitu suka dengan lagu “Just The Way You Are”-nya Billy Joel. Aku pernah  mendengarnya sekilas dan enggak terlalu suka dengan lirik lagunya. Kok ada kata-kata, ‘don’t go changing some new fashion, don’t change the colour of your hair”? Menurutku perubahan itu bagian tidak terpisahkan dari kehidupan. Kalau kita terus stagnan, terus apa artinya hidup? Bukankah kita harus selalu melakukan langkah-langkah continous improvement? Dan orang tercinta sudah seharusnya mendukung langkah-langkah kita itu, bukan malah membuat kita stagnan, apapun alasannya.


Namun pendapatku tentang lagu itu agak berubah saat beberapa bulan lalu aku les conversation bahasa Inggris. That evening, my teacher made the class listen to a song and he asked us to write down the verbs from the lyric. Ternyata lagu “Just The Way You Are” itulah yang diputarnya. Lagunya diputar dua kali. Saat diputar untuk yang pertama kalinya, aku enggak terlalu memperhatikan musik dan liriknya, aku cuma fokus mendengarkan verb-nya saja. Saat diputar untuk kedua kalinya, aku mulai memperhatikan liriknya dengan sungguh-sungguh, juga memperhatikan musiknya. Oh iya, liriknya bisa dilihat di sini.

Setelah didengarkan dengan saksama, ternyata musiknya asyik juga. Menenangkan banget. Enak juga duduk di pojok kelas sambil menikmati musik. Rasanya di situ cuma ada aku, yang lain cuma ngontrak, haha...bercanda ding. Musiknya bikin rileks, dan aku benar-benar suka sama bunyi-bunyian dari brass section di bagian menjelang akhir lagu.

Selain itu aku menemukan sebuah kalimat yang bagus banget di situ.
"I took the good times, I'll take the bad times"

How sweet :)
Seolah-olah makna dari kalimat sederhana nan powerful itu begini: 
"I really enjoy your companion and I think you are very awesome. Borrowing a sentence from a novel i have ever read: Every language in this world would fail in saying how much and with what disinterested passion I am ever yours. But I know that you are a human. Therefore, like me, you are not perfect. And if you ever lose your cheerfulness and your coolness -things that made me fall for you for the first time- remember that i will be here to cheer you up. To let you know that you are still the very same person i fall in love with, person that I will always like and appreciate. You are still the same person behind all of your problems and I believe that you can face it".

Hehehe memang sotoy banget ya aku ini. Yah, itu tadi interpretasiku sendiri tentang potongan lirik lagu Just The Way You Are-nya Billie Joel sih. Suka-suka aku dong ;p namun aku tidak setuju 100% dengan lirik lagu itu, hanya saja aku benar-benar suka dan setuju dengan kalimat "I took the good times, I'll take the bad times" itu :) Lagu lain yang memiliki lirik yang hampir semakna dengan "I took the good times, I'll take the bad times"-nya Just The Way You Are adalah lirik dari lagu I'll Stand by You dari grup The Pretenders (lirik bisa dilihat di sini).

"I'll Stand by You. Take me into your darkest hour, and I'll never desert you"

Seperti pula lagu Just The Way You Are, aku pun tidak bisa setuju 100% dengan keseluruhan lirik lagu I'll Stand by You. Namun aku setuju dengan kalimat itu :)
What do you think, readers?

16/03/13

Industri Farmasi

(personal opinion) 
Aku belum pernah masuk sedalam ini ke industri farmasi lain. Jadi pendapatku bisa salah. Namun menurutku, industri farmasi itu merupakan sistem oke banget. Industri farmasi selalu rapi dan rinci untuk meminimalkan resiko, namun juga selalu bergerak untuk mencapai titik optimal.

Kalau kita pernah berpikir kita itu sudah tahu segalanya, atau jika kita merasa cukup dgn ilmu kita, maka masuklah ke industri farmasi. Kenapa? agar kita tidak menjadi orang yg sombong. Akan kita temui para ahli di bidangnya masing-masing: manager, supervisor, auditor, operator, staf, analis, cleaner, helper...di bidang keahlian mereka masing-masing, mereka selalu lebih tahu daripada kita.

Kita tidak akan punya alasan untuk sombong. Karena akan selalu ada orang-orang yang lebih pintar dan lebih mahir dari kita. Pengalaman juga lah yang membedakan kita dari mereka. Benar bahwa ilmu Allah itu tidak terbatas, karena untuk menyerap semua ilmu dari semua orang yg terlibat di suatu industri farmasi saja, menurutku aku akan butuh waktu yang sangat lama. Mungkin seumur hidup? :-)

Aku semakin percaya kalau industri farmasi itu adalah salah satu sistem terbaik yang bisa dirancang manusia. Terjemahan bebasku: pharmaceutical industry is a good example of humanly reachable level of 'perfection'. Sengaja aku menulis 'perfection' dengan tanda kutip, karena perfection alias kesempurnaan itu enggak ada di dunia ini. Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Namun industri farmasi harus selalu mengupayakan 'kesempurnaan' itu, karena industri farmasi itu adalah industri yang dituntut untuk menjadi sempurna.\

Sederhananya, kalau pasien tdk sembuh atau malah pusing setelah minum obat, mereka bisa menyalahkan si obat meskipun kondisi mereka tadi tidak disebabkan oleh obat. Akhirnya mereka menyalahkan industri farmasi. Selain itu, apakah ada orang sehat jasmani rohani yang tega memproduksi 100 kilogram obat gagal yang bisa membahayakan kesehatan sejuta peminumnya? Rasanya tidak ada. Karena itu industri farmasi dituntut untuk sempurna. Sebenarnya masih ada alasan-alasan lain.

Ya, begitu banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh industri farmasi. Industri farmasi hrs membuat obat yang aman, manjur, acceptable, murni dan stabil. Namun masyarakat akan marah kalau harga obat mahal. Andai saja mereka tahu, bahwa bahkan sendok plastik yang disertakan dalam box sirup obat itu harus diuji dulu sebelum dimasukkan dalam kemasan. Sebenarnya, apapun yang menjadi bagian dari suatu obat, apakah itu kemasan, leaflet, sendok maupun obatnya sendiri, semuanya harus diuji untuk memastikan bahwa semuanya berkualitas dan cocok dipakai sesuai tujuan penggunaannya. Agar tidak terjadi kesalahan guna maupun penyalahgunaan. Belum lagi mengingat licinnya dunia pemasaran obat di Indonesia, yang membuat biaya promosi membengkak. Namun pertimbangan ekonomi tidak boleh menjadi alasan untuk mengambil resiko.

Sampai di sini, mungkin pembaca merasa heran ya, kenapa sih kontrol yang dilakukan oleh industri farmasi itu sampai segitunya? Awalnya aku juga heran. Aku bukan orang yang sangat peduli pada detail. Namun di industri farmasi ini, aku belajar untuk menghormati, menghargai, menikmati dan menyukai detail. Karena dari detail itulah 'kesempurnaan' obat dibangun. Tanpa segala detail itu, apa jadinya dunia kesehatan saat ini.

Dengan segala hormat dan kagum kepada semua orang* yang terlibat dalam proses-proses di industri farmasi,

Amalia Widyaninggar




*mungkin ada orang yg beranggapan kalau kerja di industri itu matre, egois dan kurang berjiwa sosial. Namun menurutku, berperan aktif dalam menghasilkan obat yang berkualitas itu bukan ciri orang yang egois dan tidak berjiwa sosial. Kita bisa berjiwa sosial, di manapun kita bekerja (asal halal lho). Apoteker yang bekerja di industri, tidak kurang pengabdiannya dibanding mereka yang kerja di ranah farmasi komunitas. Bukan salahnya juga kalau dia dapat gaji besar. Kita enggak tahu seberapa besar tanggung jawab yang dia pikul. Apa kita akan membenci seseorang hanya karena dia mendapat fee yang layak untuk beban kerjanya? :-)

06/03/13

Wolves

We are like a pack of wolves. Female wolves. We help each other through painful times. We got each other's back. We send warnings. We smell dangers. For ourself and for each other.

And you really can't imagine how we send our codes. I think you won't understand. We are sending danger code about you, wolf.

02/03/13

Movie Quotes

John Tyree : You're starting to make me a little nervous.

Savannah Curtis : Why am I starting to make you nervous?

John Tyree : Because I'm starting to think you might be too good of a person for me.

Savannah Curtis : Oh. No, I'm not that good of a person.

(some conversation later)

Savannah Curtis : No, I have faults, John. Trust me, I have plenty of them. You'll see.

John Tyree : I hope so.

(Dear John, 2010)

10/02/13

Senyum di Mata

Menurutku ada satu jenis senyum yang indah. Namanya senyuman di mata. Ia tak dapat dilihat dengan mata biasa. Untuk dapat melihatnya kita tidak memerlukan alat bantu lain selain pengetahuan mendalam tentang orang itu lengkap beserta kabar orang itu saat ini. Mungkin jika dilihat sekilas, akhir-akhir ini hidupnya penuh dengan berbagai alasan untuk bersedih dan ia agak terimbas dengan lingkungan sekitarnya yang agak keras sehingga ia agak lupa caranya tersenyum. Namun bisa saja sebenarnya, matanya sedang tersenyum.

Dan aku melihat senyum saat kutatap sepasang mata hitam di depan cermin, beberapa saat terakhir ini :)

24 Jam

24 jam itu sangat sebentar ya?
Aku masih ingin melakukan beberapa hal, aku pun masih punya banyak hal untuk diceritakan. Namun jam-jam itu berlari mengejarku.

24 jam itu sangat panjang ya?
Aku ingin ini berakhir, aku ingin berlari menembus batas jarak ruang ini. Namun jam-jam itu masih ingin menahanku.

29/01/13

Catatan Sebelum PKPA

(PKPA: singkatan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker; semacam magang buat mahasiswa program Profesi, salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Apoteker. Kalau di kampusku sih, kami diwajibkan untuk melakukan PKPA di industri farmasi/rumah sakit selama 2 bulan, di puskesmas selama 2 minggu dan di apotek selama 1 bulan., Red.).

Saat ini aku sedang mencari e-books tentang farmasi industri, sekedar untuk menyibukkan pikiran dan mencoba menutupi beragam rasa yang campur aduk di kepalaku. Besok aku akan berangkat ke Bogor (lokasi PKPA-ku) dan mulai besok Jumat PKPA-ku sudah dimulai. Kukira aku itu orang yang cuek dan akan enteng saja meninggalkan orang-orang di sekitarku kalau memang aku perlu. Namun memang manusia itu sering salah dalam memperkirakan dan melakukan sesuatu. Haha, iya sih, bahkan dalam proses-proses di industri, kesalahan manusia itu sangat dimaklumi, kan? Walaupun kesalahan itu memang harus diminimalkan dan dideteksi secepat mungkin.

Ngomong-ngomong tentang meninggalkan zona nyaman kita, aku pernah baca sebuah buku berjudul Negeri Lima Menara. Menurut buku itu, hendaknya kita jangan pernah merasa enggan atau takut untuk merantau. Di perantauan akan kita temukan teman-teman baru. Bukan teman baru saja sih, tapi pengalaman dan ilmu baru juga, yang akan membuat hidup semakin fulfilled.

Ya, teorinya sih seperti itu...tapi kenyatannya? 
Sampai kemarin sore, memang aku belum merasa khawatir sama sekali. Aku datang ke Bogor untuk belajar kok, aku akan berusaha sebaik mungkin. Kalaupun aku berbuat salah, ya udah enggak apa-apa, aku yakin  semuanya akan baik-baik saja. Manusia kan sudah dirancang untuk menghadapi masalah. Pokoknya aku mantap banget mau berangkat ke sana. Bahkan, aku sudah menentukan sound track yang sesuai untuk PKPA-ku besok, yaitu lagu "New York" yang diciptakan dan dibawakan oleh Alicia Keys (penting banget ya? hahaha). Namun kemarin sore, saat berkumpul bersama teman-teman dan seorang 'kakak wanitaku' di Jogja, aku jadi sadar bahwa menjalani PKPA industri di bulan Februari-Maret (seperti yang akan kujalani ini) artinya harus siap untuk tidak bertemu dengan teman-temanku itu selama 4 bulan, bahkan mungkin lebih. Kenapa? Karena semua, ya, SEMUA teman-teman akrabku itu (yang seangkatan dengan aku) akan menjalani PKPA di luar kota pada bulan April dan Mei. Artinya, saat PKPA industriku selesai dan aku kembali ke jogja, gantian mereka yang meninggalkan Jogja. PKPA baru selesai di akhir Mei. Bahkan ada teman akrabku yang PKPA sampai pertengahan Juni karena memang tempat PKPA-nya mempersyaratkan demikian :( 

Menyadari hal itu, saat itu aku enggak menangis, aku enggak bilang apa-apa. Aku cuma terdiam. Mikir. Oh my God....Januari belum berakhir dan paling cepat aku baru bisa ketemu mereka di awal Juni? Semakin lama memikirkan kenyataan itu, aku jadi sedih. Jangan-jangan, selama PKPA ini aku akan jadi sibuk sekali dan mereka juga akan jadi sibuk sekali dengan aktivitas masing-masing? Begitu sibuk sehingga kami enggak akan sempat untuk saling menanyakan kabar, bercanda, saling meledek atau sekedar ngobrol? Aku tahu sih, kalau PKPA di tempat lain itu artinya kami enggak akan bisa jalan-jalan atau kumpul bareng. Tapi kalau untuk sekedar ngobrol saja enggak sempet? I know, the last thing I wanna do is to disturb them. Aku enggak ingin mengganggu mereka, jangan-jangan mereka lagi sibuk. Sedih banget kan. 

Kubilang di awal, kukira aku itu orang yang cuek dan akan enteng saja meninggalkan orang-orang di sekitarku kalau memang aku perlu. Namun sekarang, aku tahu kalau ternyata aku itu enggak cuek-cuek banget. Buktinya aku takut. Aku takut, selama masa PKPA nanti, apakah kami masih bisa keep in touch? Aku takut, setelah PKPA industriku selesai dan aku kembali ke Jogja, nanti aku main sama siapa? Aku ngobrol sama siapa? Siapa yang kuajak bercanda? Siapa yang bisa kuajak jogging bersama di sabtu atau minggu pagi? Siapa yang ngajak aku jalan-jalan? Secuek-cueknya dan seintrovert apapun aku, aku juga masih punya kebutuhan sosial dong. Masih lumayan sih, begitu aku balik Jogja awal April besok masih ada temen-temen dari PIO yang tidak seangkatan denganku. Namun jangan-jangan mereka juga sibuk dengan skripsi masing-masing? Aaaahh, sungguh aku takut >,<

Hmm, begitulah catatanku sebelum PKPA. Memang agak bernuansa galau sih, harusnya kuberi peringatan di awal tulisan bahwa sebaiknya pembaca mengabaikan saja tulisan ini karena tulisan ini hanyalah ungkapan ketakutan dan kekhawatiran saja. Tulisan ini mungkin tidak memberi manfaat apapun untuk para pembaca, malah jangan-jangan tulisan ini menyeret pembaca ke perasaan negatif. Aku tahu, bagaimanapun PKPA ini harus dijalani dengan baik, enggak peduli apakah kita PKPA bareng temen-temen akrab atau tidak. Aku berdoa aja, semoga di sana aku bertemu dengan orang-orang baru yang juga tulus dan baik hari, namun bisa  tetap akrab dengan teman-temanku yang sekarang. Semoga semuanya lancar sesuai harapanku. Semoga ya Allah :')




23/01/13

Setiap Orang itu Berbeda

Oh, iya juga ya...

Jika respon manusia terhadap satu jenis obat saja berbeda-beda, maka tidak ada jaminan bahwa mereka akan merespon suatu hal yang sama secara serupa. 

Ambil contoh, taruhlah ada sebuah situasi di mana seorang pengendara motor, sebut saja X, disalip dari kiri oleh pengendara motor lain yang melaju kencang. Padahal saat itu si X hendak belok kiri (dia sudah memberi isyarat dengan lampu sein). Andai saja si X sedikit lebih ke kiri saat itu, pasti tabrakan tak terhindarkan. Apa respon si X? Dia marah dan mengeluarkan kata-kata kotor pada pengendara ngasal itu. 

Sekarang gantilah aktor pada kejadian tersebut. Anggaplah sekarang si Y yang mendapat pengalaman 'near miss' itu. Berbeda dengan si X, si Y tidak marah. Memang ia sempat kaget, karena sedetik sebelum belok ia disalip dari kiri. Ketika ia sudah berhasil berbelok dengan selamat (walaupun dengan jantung yg serasa mau copot), ia mengucapkan syukur pada Tuhan karena telah Diberi keselamatan. 

Lain si X, lain si Y, lain pula respon si Z jika ia mendapat pengalaman yang sama. Berbeda dengan mereka berdua, si Z justru ketakutan. Ia membayangkan, bagaimana jika tadi ia mengalami kecelakaan. Terbayang betapa kencangnya motor ngasal yang hampir menabraknya tadi. Selepas kejadian itu, ia mengendarai motornya dengan kecepatan maksimal 25 km per jam saja, bahkan untuk menyalip becak pun si Z merasa gemetaran. 

Haha, the possibilities are endless...menurutku bisa jadi akan terdapat lebih dari 26 kemungkinan respon manusia seandainya mereka dihadapkan pada kejadian itu. Ada yang cuek aja (berpendapat "ah udah lah, gak kena juga ini"). Ada yg langsung mengingat plat nomor si pengendara ngasal dan bertekad untuk mengingatnya seumur hidup dan menuntutnya di lain kesempatan jika mereka bertemu. Ada yang mungkin gak jadi belok kiri dan memutuskan untuk mengejar si pengendara ngasal hanya sekedar untuk memberinya pelajaran (oke, ini contoh ekstrim, haha), dan lain sebagainya. 

Sometimes, generalization won't work. Because people are different, so are the conditions. Sometimes it's best to look closely, understand the situation then tailor the best action to face it (aduh bawa-bawa tailor segala, jadi inget tailoring counseling deh...).