16/03/13

Industri Farmasi

(personal opinion) 
Aku belum pernah masuk sedalam ini ke industri farmasi lain. Jadi pendapatku bisa salah. Namun menurutku, industri farmasi itu merupakan sistem oke banget. Industri farmasi selalu rapi dan rinci untuk meminimalkan resiko, namun juga selalu bergerak untuk mencapai titik optimal.

Kalau kita pernah berpikir kita itu sudah tahu segalanya, atau jika kita merasa cukup dgn ilmu kita, maka masuklah ke industri farmasi. Kenapa? agar kita tidak menjadi orang yg sombong. Akan kita temui para ahli di bidangnya masing-masing: manager, supervisor, auditor, operator, staf, analis, cleaner, helper...di bidang keahlian mereka masing-masing, mereka selalu lebih tahu daripada kita.

Kita tidak akan punya alasan untuk sombong. Karena akan selalu ada orang-orang yang lebih pintar dan lebih mahir dari kita. Pengalaman juga lah yang membedakan kita dari mereka. Benar bahwa ilmu Allah itu tidak terbatas, karena untuk menyerap semua ilmu dari semua orang yg terlibat di suatu industri farmasi saja, menurutku aku akan butuh waktu yang sangat lama. Mungkin seumur hidup? :-)

Aku semakin percaya kalau industri farmasi itu adalah salah satu sistem terbaik yang bisa dirancang manusia. Terjemahan bebasku: pharmaceutical industry is a good example of humanly reachable level of 'perfection'. Sengaja aku menulis 'perfection' dengan tanda kutip, karena perfection alias kesempurnaan itu enggak ada di dunia ini. Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Namun industri farmasi harus selalu mengupayakan 'kesempurnaan' itu, karena industri farmasi itu adalah industri yang dituntut untuk menjadi sempurna.\

Sederhananya, kalau pasien tdk sembuh atau malah pusing setelah minum obat, mereka bisa menyalahkan si obat meskipun kondisi mereka tadi tidak disebabkan oleh obat. Akhirnya mereka menyalahkan industri farmasi. Selain itu, apakah ada orang sehat jasmani rohani yang tega memproduksi 100 kilogram obat gagal yang bisa membahayakan kesehatan sejuta peminumnya? Rasanya tidak ada. Karena itu industri farmasi dituntut untuk sempurna. Sebenarnya masih ada alasan-alasan lain.

Ya, begitu banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh industri farmasi. Industri farmasi hrs membuat obat yang aman, manjur, acceptable, murni dan stabil. Namun masyarakat akan marah kalau harga obat mahal. Andai saja mereka tahu, bahwa bahkan sendok plastik yang disertakan dalam box sirup obat itu harus diuji dulu sebelum dimasukkan dalam kemasan. Sebenarnya, apapun yang menjadi bagian dari suatu obat, apakah itu kemasan, leaflet, sendok maupun obatnya sendiri, semuanya harus diuji untuk memastikan bahwa semuanya berkualitas dan cocok dipakai sesuai tujuan penggunaannya. Agar tidak terjadi kesalahan guna maupun penyalahgunaan. Belum lagi mengingat licinnya dunia pemasaran obat di Indonesia, yang membuat biaya promosi membengkak. Namun pertimbangan ekonomi tidak boleh menjadi alasan untuk mengambil resiko.

Sampai di sini, mungkin pembaca merasa heran ya, kenapa sih kontrol yang dilakukan oleh industri farmasi itu sampai segitunya? Awalnya aku juga heran. Aku bukan orang yang sangat peduli pada detail. Namun di industri farmasi ini, aku belajar untuk menghormati, menghargai, menikmati dan menyukai detail. Karena dari detail itulah 'kesempurnaan' obat dibangun. Tanpa segala detail itu, apa jadinya dunia kesehatan saat ini.

Dengan segala hormat dan kagum kepada semua orang* yang terlibat dalam proses-proses di industri farmasi,

Amalia Widyaninggar




*mungkin ada orang yg beranggapan kalau kerja di industri itu matre, egois dan kurang berjiwa sosial. Namun menurutku, berperan aktif dalam menghasilkan obat yang berkualitas itu bukan ciri orang yang egois dan tidak berjiwa sosial. Kita bisa berjiwa sosial, di manapun kita bekerja (asal halal lho). Apoteker yang bekerja di industri, tidak kurang pengabdiannya dibanding mereka yang kerja di ranah farmasi komunitas. Bukan salahnya juga kalau dia dapat gaji besar. Kita enggak tahu seberapa besar tanggung jawab yang dia pikul. Apa kita akan membenci seseorang hanya karena dia mendapat fee yang layak untuk beban kerjanya? :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar