Walaupun hari minggu ini aku awalnya merasa terpaksa untuk datang ke acara kuliah tamu di kampus, namun alhamdulillah aku suka dengan acaranya. Tadi diberikan materi tentang manajemen konflik dan kepemimpinan. Aku ingin menulis tentang materi sesi kedua saja (kepemimpinan).
Ya, tadi si trainer memberi tips kepemimpinan berdasarkan karakter masing-masing. Tentu saja sebelumnya ia memberikan tes untuk mengetahui karakter kami masing-masing. Seumur hidup, baru hari ini aku mengikuti sebuah acara di mana kepribadianku diungkap habis-habisan secara profesional, oleh seorang profesional pula (oleh seorang psikolog). Memang analisis kepribadian ini dilakukan secara massal, tapi acara itu sangat menarik buatku.
Ya, tadi si trainer memberi tips kepemimpinan berdasarkan karakter masing-masing. Tentu saja sebelumnya ia memberikan tes untuk mengetahui karakter kami masing-masing. Seumur hidup, baru hari ini aku mengikuti sebuah acara di mana kepribadianku diungkap habis-habisan secara profesional, oleh seorang profesional pula (oleh seorang psikolog). Memang analisis kepribadian ini dilakukan secara massal, tapi acara itu sangat menarik buatku.
- Pilih I untuk populer
- Pilih S untuk perasa
- Pilih C untuk teliti
- Pilih D untuk manipulatif
Kemudian di akhir tes kita disuruh menghitung jumlah poin masing-masing di tiap kelompok. Terus dilihat, poin mana yang paling banyak kita pilih. Menurutku memilih 1 diantara 4 pilihan itu gampang-gampang susah sih. Ada nomor-nomor yang bisa kujawab dengan mudah. Namun banyak juga nomor yang membuatku berpikir: poin mana ya yang paling dekat dengan kepribadianku? Semua pertanyaan harus dijawab. Kalaupun kita bingung, maka kita harus menjawabnya dengan poin yang paling sesuai dengan kepribadian kita dan paling sedikit ketidakcocokannya dengan kita. Oia, jujur saja...sewaktu mengerjakan soal-soal tes itu sebenarnya aku sudah membayangkan orang tipe D, I dan C itu seperti apa. Kalau D itu kayaknya orang yang gak mau tahu, kalau sudah punya kemampuan, apapun yang menghalangi pasti diterjang. Tipe I, tipe extrovert nan heboh. Tipe C, kayaknya merupakan orang yang sering dianggap aneh karena tidak banyak orang yang bisa mengerti kecerdasan dirinya. Hehe..don't get me wrong, itu cuma prediksi sok tahuku yang belum pernah mendapat pendidikan psikologi. Yaa, maklumlah, aku kan sok tahu, hehe. Aku langsung menganalisis beberapa orang yang kukenal dan mengira-ngira mereka masuk dalam tipe apa.
Namun aku merasa bingung, seperti apa ya orang yang berkepribadian S itu? Kayaknya si S itu paling tidak menonjol kalau dibanding dengan tipe I atau tipe D yang kepribadiannya kuat banget dan mudah ditebak. Di akhir tes, ketika nilaiku dihitung, ternyata justru aku tergolong dalam kelompok S. Nah lho, dari tadi aku itu menebak-nebak lho, tipe S itu orang yang seperti apa. Eeh, ternyata akulah orang tipe S itu. Udah gak sabar aja sih dengerin penjelasannya tentang kepribadianku. Tapi si trainer menjelaskan tipe kepribadian D dan I dulu, so aku harus bersabar.
Tipe D...dominant. Ini jenis orang dalam tim yang kita butuhkan kalau kita lagi dikejar deadline. Kenapa? Karena mereka bisa melakukan sesuatu dengan cepat! Mereka juga sering mendominasi, dalam arti ketika sedang diskusi misalnya, mereka selalu menjadi orang yang aktif dan kadang ngotot. Waktu tahu ada dua orang temanku yang tergolong dalam tipe D, aku sama sekali enggak heran. Blas ora gumun, I wasn't surprised at all! Aku tahu mereka memang seperti kereta api kalau sedang mengerjakan sesuatu: cepat, tepat waktu, dan siapapun yang menghalangi, siap2 aja...minimal pasti lecet, haha.
Tapi yang agak membuatku heran, ada satu temen deketku lagi yang tanpa kusangka tergolong tipe D, padahal dia itu, menurutku santai dan agak detail oriented. Apa bener? Atau aku saja yang kurang mengenalnya? Tapi kemudian kuingat, bahwa dia selalu punya pendapat tentang sesuatu dan meskipun enggak keliatan ngotot dari luar, dia selalu mempertahankannya. Kami sering beda pendapat, mulai dari selera berpakaian, pemahaman tentang materi perkuliahan, pemikiran tentang seseorang atau sesuatu, dan lain-lain. Aku juga sering bilang kalau aku gak setuju sama pendapatnya, dan kusadari sekarang bahwa dia enggak melakukan apa-apa, tetap menghormati pendapatku, namun juga tidak mengubah pendapatnya.
Tapi yang agak membuatku heran, ada satu temen deketku lagi yang tanpa kusangka tergolong tipe D, padahal dia itu, menurutku santai dan agak detail oriented. Apa bener? Atau aku saja yang kurang mengenalnya? Tapi kemudian kuingat, bahwa dia selalu punya pendapat tentang sesuatu dan meskipun enggak keliatan ngotot dari luar, dia selalu mempertahankannya. Kami sering beda pendapat, mulai dari selera berpakaian, pemahaman tentang materi perkuliahan, pemikiran tentang seseorang atau sesuatu, dan lain-lain. Aku juga sering bilang kalau aku gak setuju sama pendapatnya, dan kusadari sekarang bahwa dia enggak melakukan apa-apa, tetap menghormati pendapatku, namun juga tidak mengubah pendapatnya.
Kemudian dibahas orang tipe I (influencing). Haha, jelas banget lah, tipe I itu tipe-tipe pembawa keramaian. Mudah bagi tipe orang tipe ini untuk membuat orang lain bahagia, dan sebagai balasannya dia juga merasa harus dibikin bahagia oleh orang lain. Kalau terlanjur enggak suka dengan sesuatu, durasinya lama. Sebagai pemimpin, tipe I ini berpotensi jadi pemimpin yang asyik, yang tidak ragu mengerahkan seluruh energinya demi tujuan. Namun si I perlu sering diingatkan untuk mencegah luputnya hal-hal penting dari ingatan. Maklum, si I biasanya pelupa. Haha, ada juga nih temanku yang tipe I banget.
Kesimpulan sementara? Ya, menurutku orang tipe D dan I itu mudah dikenali di sekitar kita.
Akhirnya, si trainer selesai membahas si I dan melanjutkan dengan membahas tipe S (steady). Yes! Ini kan tipeku. Kata si trainer, tipe S itu sangat mudah menyesuaikan diri, meskipun mereka pendiam. Ternyata diamnya orang tipe S itu diam-diam mengamati, jadi bukan diam ndomblong alias bengong. Hehe, jadi malu...iya dong, kan cita-citaku jadi introvert sukses. Emang harus bisa menyesuaikan diri di mana dan dengan siapa saja kan, kalau mau sukses?
Namun, kekurangan utama si S adalah sering ragu-ragu. Akar utama dari masalah ini adalah karena orang tipe S itu sebenarnya tipe orang yang selalu 'mengorangkan orang' alias sangat menghormati orang lain. Akibatnya mereka takut menyakiti perasaan orang lain dan akhirnya terus aja berputar-putar di gelembung pikirannya sendiri dan akhirnya jadi lemot alias lambat dalam membuat keputusan. Hehe, rasanya jleb banget deh, karena menurutku itu benar. Ketakutanku adalah menyakiti perasaan orang. Sikap sopanku juga kadang dirasa lebai bagi sebagian orang. Temenku si tipe D pernah bilang "ih ngapain sih pake permisi-permisi segala, kan dia udah deket banget sama kita". Lalu aku menjawab "eh harus dong, meskipun udah deket tapi sopan santun standar kayak bilang permisi sama makasih itu harus". Saat itu dia cuma geleng-geleng aja. Hahaha..
Menurut si trainer, solusi untuk ketidak tegasan si S adalah dengan belajar bersikap asertif (mengungkapkan maksud dengan jelas tanpa menyakiti perasaan orang lain). Hmm, believe it or not, i'm trying to be assertive lho...kayaknya selama beberapa tahun terakhir aku udah mencoba untuk belajar mengungkapkan ketidak setujuan maupun kesetujuanku untuk beberapa hal. Belajar tegas. Udah berhasil belum ya? Hehe...wallahualam. Ya, itu tuntutan hidup juga sih..kalau manut-manut terus aku juga gak sanggup. Menantang diri sendiri itu menyenangkan sih. Sometimes, I live for that challenge malah..hidup tanpa tantangan artinya hidup tanpa keinginan untuk menggapai sesuatu, artinya tanpa passion, mana asyiknya? tapi ya kalau aku benar-benar enggak bisa, daripada hasilnya hancur, mending permintaan itu ditolak aja kan?
Terus kalau pas diskusi atau bercakap-cakap, masak iya aku harus setuju terus sama pendapat orang lain? Gak mungkin banget lah, gennya aja beda banget, lingkungan tumbuhnya juga. Aku kan punya pendapat sendiri, walau menurutku respect alias rasa hormat itu harus diutamakan saat berhubungan dengan siapapun, kapanpun dan di manapun. Kadang pendapat dan sikap orang lain itu bikin aku heran, geli, tersinggung, bingung banget atau malah kepingin koprol. Tapi tetep dong harus hormat sama orangnya. Maka sekarang aku merasa enteng saja bilang enggak setuju. Sikap tegas ini juga menurutku penting biar kita enggak dibully sama orang tipe D hahaha...Meskipun kadang, bawaan orang S enggak bisa dibohongi, tetep aja kadang enggak enakan sama orang. Misalnya, kalau menyanggah pendapat di muka umum pasti aku harus pakai basa-basi dulu. Dan jujur, setelah beberapa saat berbalas pendapat di hadapan umum dan sebenarnya aku belum puas, aku akan bilang kalau aku sudah puas dengan argumen lawan bicara.
Menurut si trainer juga, si S itu orang yang sensitif. Harus hati-hati, jangan sampai tersakiti perasaannya (emang kalau sampe tersakiti gimana ya? Kan orang S itu juga kelamaan mikir, kalaupun tersinggung juga pasti responnya lama, hihi). Selain sensitif dengan perasaan sendiri, mereka juga sensitif dengan perasaan orang lain, mau ngapa-ngapain banyak mikir karena itu tadi, takut menyakiti orang lain. Karena itu sangat disarankan agar orang tipe S banyak bergaul dengan orang tipe D. Tujuannya satu: Latihan buat bersikap tega sama orang lain! Haha, udah pas nih, lha ada 3 orang temen deketku yang tipe D. Salah satu dari mereka berkata, "Haha, untung kita sudah temenan agak lama". Jadi dia berlatih untuk memaklumi orang dan aku berlatih tega. Selain itu bisa juga orang S belajar dari orang tipe I, karena biasanya orang tipe S itu low profile (iyakah? Mungkin bukan low profile istilahnya, melainkan "punya penyaluran narsisme yang beda dari orang-orang tipe lain", hehe).
Menurut si trainer juga, si S itu orang yang sensitif. Harus hati-hati, jangan sampai tersakiti perasaannya (emang kalau sampe tersakiti gimana ya? Kan orang S itu juga kelamaan mikir, kalaupun tersinggung juga pasti responnya lama, hihi). Selain sensitif dengan perasaan sendiri, mereka juga sensitif dengan perasaan orang lain, mau ngapa-ngapain banyak mikir karena itu tadi, takut menyakiti orang lain. Karena itu sangat disarankan agar orang tipe S banyak bergaul dengan orang tipe D. Tujuannya satu: Latihan buat bersikap tega sama orang lain! Haha, udah pas nih, lha ada 3 orang temen deketku yang tipe D. Salah satu dari mereka berkata, "Haha, untung kita sudah temenan agak lama". Jadi dia berlatih untuk memaklumi orang dan aku berlatih tega. Selain itu bisa juga orang S belajar dari orang tipe I, karena biasanya orang tipe S itu low profile (iyakah? Mungkin bukan low profile istilahnya, melainkan "punya penyaluran narsisme yang beda dari orang-orang tipe lain", hehe).
Oia satu lagi, karena kelamaan mikir, orang S itu enggak bisa diburu-buru kalau mengerjakan sesuatu. Kalau diburu-buru malah bisa marah. Meskipun gaya marahnya orang S itu ya juga cuma dengan diam. Ya iyalah, mendadak diam itu bisa sama powerful-nya dengan menggebrak meja, haha...orang introvert menemukan kekuatan dalam diam, orang extrovert menemukan kekuatan dalam kata-kata. Ya, karena itu orang tipe S itu sering bentrok sama tipe D (makanya, harus latian tegas seperti yang sudah kutulis di atas, biar gak dibully :p). Aaaahhhh, emang beda ya orang yang belajar psikologi dari bangku kuliah kemudian menerapkannya di dunia nyata (dunia kerja). Merka gampang aja, baca kepribadian orang seperti kita baca buku.
Setelah merasa jlebbbbb banget mendengar penjelasan si trainer tentang orang kepribadian S (yang notabene banyak benarnya menurutku), si trainer melanjutkan dengan penjelasan tentang orang tipe C (cooperative). Nah, jujur aku enggak terlalu memperhatikan penjelasan tentang tipe C karena aku masih merasa jlebbb banget mendengar pemaparan kepribadian orang tipe S. Selain itu aku masih asyik membahas sensasi jlebbb tadi dengan teman akrab yang duduk semeja denganku (kebetulan kami sama-sama tipe S kalau menurut tes ini). Hmm, yang aku catat sih, orang tipe C itu merupakan orang yang detail oriented dan perfeksionis. Kadang mereka butuh waktu lama dalam mengerjakan sesuatu, karena ingin hasilnya benar-benar sempurna. Mereka juga biasanya lebih suka bekerja sendiri, karena...ya taulah, kalau kerja dalam tim itu kan seringnya ide kita enggak 100% bisa terlaksana kan, jadi kita harus memberi ruang bagi ide orang lain. Hal itu, menurut orang tipe C, akan mengganggu kesempurnaan kerja mereka.
Menurut trainernya juga, orang C sering bentrok dengan orang D. Bayangin dong, si C pingin mengerjakan pelan-pelan dan sedetail mungkin menurut seleranya. Sedangkan orang tipe D pingin cepat-cepat selesai. Namun ada juga lho orang yang imbang sifat C dan D-nya. Menurut si trainer, ini kombinasi yang oke banget. Artinya, orang itu bisa memilih kapan harus berfokus pada hasil dan kapan harus berfokus pada detail. Namun sisi negatifnya, ia sangat susah bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu orang tipe C/D harus mulai latihan untuk mempercayakan pekerjaan pada orang lain. Hihi, pasti rasanya berat banget tuh, bisa dibayangin. Tapi ya...demi kemaslahatan bersama lah ^^ Katanya, di Indonesia itu banyak orang tipe C. Perfeksionis dan suka kerja sendiri. Tapi aku kurang setuju dengan penuturan ini. Soalnya, enggak banyak sih orang seperti itu yang kutemui.
Oia, temanku bertanya, bagaimana kalau kita kuat di I, S dan D sekaligus, tapi lemah di C? Haha...ini kasusnya hampir mirip dengan kasusku nih, nilai di C paling rendah (meskipun bedanya enggak jauh banget sama poin D sih). Katanya sih, tipe seperti ini berpeluang untuk jadi pemimpin yang bisa mempengaruhi orang meskipun cukup perasa dan pintar mendengarkan. Namun orang seperti ini kurang mempertimbangkan hasil atau kualitas kerjanya. Untuk yang seperti ini, si trainer menyarankan agar orang itu lebih sering lagi bekerja dalam tim, latihan untuk lebih care lagi dengan orang lain dan latihan untuk memperhatikan detail.
Haha, tanpa terasa, tulisanku panjang juga ya...menginspirasi banget sih training tadi. Meskipun mengurangi waktu bersama keluarga dan aku jadi enggak baca-baca buat diskusi besok :0
Perlu diketahui, enggak ada tipe yang lebih baik dari yang lain. Dan sebenarnya enggak ada orang yang 100% punya kepribadian pemimpin D, misalnya...kita semua adalah kombinasi yang unik dari sifat-sifat D, I, S, C ini. Terus katanya tujuan hidup itu bukan untuk menutupi kekurangan masing-masing. Kalau tujuannya gini sih, cuma menghabiskan waktu saja. Mending bertujuan untuk meningkatkan kekuatan masing-masing aja. Misalnya, ya udah sih kalau kita tipe D, jadilah pribadi yang tegas. Namun jadilah tipe D yang bisa mendengar juga, karena seorang pemimpin juga bisa mendengar. Menurutku sih, kayaknya kesimpulannya adalah "Be Your Best Self" hehe.
Ok...let's be our best self.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar