Penyalutan Tablet
Bagian pertama
Hari ini aku praktikum penyalutan tablet. Penyalutan tablet adalah salah satu topik praktikum di mata praktikum Teknologi dan Formulasi Sediaan Padat (semester 4). Yuhuu, jadi dalam praktikum ini kami akan me-make over tablet biasa yang kurang memikat jadi tablet salut gula yang manisss :p
Kenapa sih tablet harus disalut segala? Menurut sejarah, penyalutan sediaan padat seperti pil (tablet dulu belum ada kali yaa) itu merupakan salah satu adaptasi dari pengawetan makanan. Emang kan, kalau permukaan luar tablet ketutup kan bagian dalamnya lebih terlindungi. Selain itu tujuan lainnya adalah menutupi rasa atau bau obat yang pahit atau nggak enak (seperti yang udah ditulis tadi…jadi lebih memikat). Oia, penyalutan tablet itu nggak harus pakai gula, bisa juga pakai film/lapisan tipis (namanya tablet salut film). Termasuk dalam jenis tablet salut film adalah tablet salut enterik (akan dibicarakan nanti). Sekarang, tujuan penyalutan bukan cuma buat melindungi tablet dan menutupi rasa n bau nggak enak, tapi juga untuk memberi identitas pada tablet itu. Jadi di bagian luar tablet bisa diprint logo perusahaan atau merek tabletnya. Tentu aja ngeprint-nya bukan pake tinta fotokopian atau tinta printer ya…hohoho. Selain itu, yang lebih canggih lagi, penyalutan tablet ternyata bisa mengontrol pelepasan tablet. Misalnya tablet salut enterik, tablet itu nggak akan pecah dan larut di lambung, tapi baru akan pecah di usus. Berguna banget kan buat bikin obat cacing, soalnya kan cacing kebanyakan hidup di usus, hiiii. Berguna juga kalau obatnya tu dirusak oleh asam lambung atau bikin “stomach upset” alias sedih lambung, hoho (karena obatnya mengiritasi lambung).
Tahap pertama dari penyalutan gula adalah sealing atau penyegelan. Maksudnya tabletnya disegel sama bahan-bahan tertentu (kalo menurutku, penyegelan tu hampir mirip sama dilaminating gitu, tapi lebih tipis dan segelnya bukan plastik!) biar bahan aktifnya nggak lari kemana-mana dan zat aktif obatnya nggak rusak. Harusnya sih penyegelan pake shellac dan alkohol yang dicampur. Tapi di praktikum ini kami nggak mengadakan penyegelan, soalnya tablet yang dipakai para farmasis pemula ini nggak mengandung bahan aktif atau bahan obat, saudara-saudara. Isinya cuma amilum (alias pati alias tepung) dan laktosa (gula susu). Jadi tabletnya nggak berkhasiat sama sekali. Yah namanya juga cuma buat belajar, dalam praktikum kali ini kandungan bahan aktif emang nggak penting. Jadi langsung aja kita menuju ke tahap kedua yaitu subcoating. Subcoating tujuannya membentuk biar tablet jadi secembung mungkin. Kenapa harus cembung? Kalau tabletnya cembung, nanti tablet itu akan mudah disalut dengan gula dan bahan pewarna. Kalau tabletnya nggak cembung (datar) nanti kalau kena larutan gula atau pewarna, ia akan mudah bertumpuk atau bergabung satu sama lain, jadi kayak burger. Coba bayangin, kalau beberapa koin yang permukannya datar ditumpuk, dia pasti membentuk tumpukan yang lebih stabil dibanding tumpukan yang dibentuk oleh bola bekel, kan? Bola bekel nggak bisa bertumpuk, karena permukaannya cembung banget (ini perumpamaan ekstrim lho). Kalau permukaan tablet datar, ia akan mudah membentuk tumpukan satu sama lain dan tumpukan itu akan diikat oleh cairan kental yang digunakan untuk menyalut tablet itu. Kalau cairan itu kering, tumpukan itu akan memfosil bersama-sama, nggak bisa dilepas dan terbentuklah burger tablet dengan isi cairan penyalut di dalamnya. Rugi dunk perusahaannya.
Untuk memulai tahap subcoating ini, pertama kita siapkan bahan yang diperlukan (udah kayak Farah Quinn aja ni lagaknya). Bahan yang diperlukan adalah tablet (yang akan disalut), gula pasir, gelatin, PGA, air, talk, dan kalsium karbonat. Takarannya? Rahasia perusahaan dunk…hahaha. Nggak ding! Sebelum mulai diapa-apain, tablet harus dibebas debukan dulu. Alias dihilangkan debu-debu yang ada di permukaannya. Kenapa harus bebas debu? Kalau ada debunya, nanti debu itu akan terjepit di antara tablet dan lapisan penyalut, sehingga tabletnya jadi nggak muluss. Di praktikum ini, biar tablet-tabletnya jadi bebas debu, tabletnya digelar di loyang gede terus ditutup sama kawat kassa yang lubangnya kecil. Terus, debunya disedot melalui kawat kassa itu, pake…vacuum cleaner! Hahaha.
Terus, sisihkan sedikit sampel tablet buat diuji. Uji-uji yang dilakukan yaitu uji keseragaman bobot, uji waktu hancur, uji kekerasan, dan uji kerapuhan. Ya gitu deh pokoknya. Hohoho. Terlalu teknis buat ditulis di blog. Tablet harus memenuhi syarat (variasi bobotnya nggak terlalu jauh, cukup keras, nggak rapuh/gampang remuk, tapi bisa hancur). Tablet yang akan disalut nggak boleh terlalu gampang hancur. Nanti jangan-jangan sebelum penyalutan selesai semua tablet remuk, rugi lah perusahaannya (proses penyalutan kan sadis, hehehe). Terus, sekarang mari kita racik suspensi penyalutnya. Yup, ini suspensi bukan larutan. Suspensinya terdiri dari dua komponen utama, yaitu larutan (isinya air, gula, PGA/Pulvis Gummi Arabici/serbuk gom Arab) dan serbuk (isinya talk dan kalsium karbonat) yang di-misce fac lege artis (dicampur dengan seni, hehehe). Pelarutnya air, terus ada talk dan kalsium karbonat yang jelas-jelas nggak larut air, tapi udah bisa nyampur lho sebelum diblender. Kok bisa? Farmasis gitu lho. Hihihi, nggak ding. Meskipun sudah terbentuk campuran yang merata di setiap bagian, tapi campuran tetep diblender biar gulanya hancur. Kalau nggak hancur nanti Kristal gulanya keliatan (besar-besar) gitu di tabletnya, tablet jadi nggak mulus. Soalnya gulanya 2 ons tapi airnya cuma 150 ml, jadi gulanya nggak larut semua, ada yang cuma nyebar aja. Tapi nyebarnya merata kok, hehe.
Setelah itu kita usapkan sedikit suspensi tadi ke panci penyalut. Suspensi jangan kebanyakan, nanti kalau kebanyakan, bukannya jadi tablet salut tapi jadi ampyang tablet. Tau ampyang? Itu lho gula Jawa yang dilelehin dan bertabur kacang tanah. Nanti suspensi akan membentuk lempengan dan tablet-tablet bertaburan di atasnya, hahaha. Bener-bener mirip ampyang. Panci penyalut bentuknya kayak gentong gitu, bisa digantungkan ke sebuah mesin yang menggerakkannya. Setelah panci terlapis semua dan lapisannya kering, tablet dimasukkan dan panci diputar. Terus…sebarkan sebagian suspensi penyalut ke tablet-tablet malang itu. Hahaha. Nah, segera setelah tablet ditaburi suspensi, masukkan tangan (yes tangan, your bare hand) ke dalam panci itu dan jangan sampai ada tablet yang nempel di panci dan atau saling berlekatan satu sama lain. Caranya? Sapukan tanganmu ke dinding panci berlawanan arah dengan arah putaran panci untuk melepas tablet-tablet sok berani yang nempel disitu. Terus tablet yang berjatuhan di dasar panci (pancinya muter ya jangan lupa) diremes-remes dengan tangan. Meremasnya pake seni ya, cukup kuat biar tumpukan tablet bisa lepas, tapi cukup lembut biar tablet nggak hancur :p kayaknya kalau ditulis gampang ya, padahal kalo melakukan sendiri berat dan bikin pegel lho, terutama pas ngelepas tablet yang masih basah dan lengket di dinding panci itu. Wah, bisa melatih otot di tangan nih. Hihihi. Jangan lupa pancinya dialiri udara biar cepet kering (hihihi, tadi pake kipas angin). Penyiksaan tablet ini dilakukan sampai tablet kering, nggak basah lagi. Dan tahap penyiksaan untuk tablet dan latihan otot tangan untuk praktikan, eh, maksudnya subcoating ini dilakukan 9-10 kali harusnya. Tapi karena keterbatasan waktu, cuma dilakukan 4 kali deh. Hoho, tabletnya beruntung ya. Soalnya baru 4 kali di-subcoating aja udah ada beberapa tablet yang berguguran alias remuk.
Tunggu kelanjutannya ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar