29/12/10

ANGIN (III)

Mawar digoyangkan angin
Ia bergidik, geli, lalu tersipu
Ia merengut ketika angin menggoyang tatanan daunnya yang anggun,
Ketika angin menggoda bunganya yang menarik

Ia heran, kenapa angin tak takut pada durinya yang mengancam
Tapi toh ia tak peduli

Karena sesungguhnya ia selalu merindukan angin
Angin...yang menyejukkannya ketika matahari yang galak menyengatnya
Yang mengingatkannya bahwa ia masih hidup,
setelah manusia memangkasnya tanpa perasaan
Ia merindukan angin yang menyingkirkan embun agar ia tidak kedinginan

Dan tiap kali angin meniupkan keresahannya, mawar kan selalu menyebarkan wanginya
Harapnya, angin kan merasa damai karena menciumnya

Mawar berdoa
Tuhan, jangan pernah ia berubah jadi topan
Aku tak ingin dicerabut oleh sesuatu yang aku sukai
Itu konyol sekali

Lalu, kenapa ketika angin pergi menyentuh tanaman lain mawar merasa tidak suka?
Padahal ia sudah pernah mengerti, angin ingin selalu bergerak
Padahal ia sudah meminta agar tidak dicerabut oleh angin yang disukainya

Tapi Tuhan lebih tahu
Jika terlalu sering terkena angin, mawar bisa rusak
Dan angin bisa mengusir kupu-kupu

Kupu-kupu yang tahu ada sesuatu yang lebih manis pada sang mawar, sesuatu yang lebih manis dari keharuman aromatiknya
Ada sesuatu yang lebih murni padanya, sesuatu yang lebih murni dari sekedar kemurnian kelopak bunga-bunga eloknya
Sesuatu itu yang tidak akan pernah diketahui oleh angin

Maka mawar telah memutuskan
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar