Aku akan jadi orang pertama yang mengakui kalau aku itu takut nonton film horor. Alasannya sederhana, aku enggak pingin jadi orang penakut yang takut pergi ke kamar mandi sendirian kalau malam, atau pergi kemana-mana sendirian. Pokoknya aku pingin menghilangkan ketakutan pada hal-hal tidak rasional seperti takut tidur di tempat gelap (sekarang sudah enggak lagi, ternyata tidur dalam kegelapan itu baik untuk kesehatan lho), takut cacing (eww, kalau ketakutan tidak rasional yang ini sih belum sembuh benar), dan takut-takut enggak penting yang lain. Menurutku nonton film horor itu bikin paranoid enggak jelas.
Tapi, aku suka Detective Conan. Walaupun menurutku gambarnya itu creepy alias nyeremin abis, sadis dan bisa menimbulkan ketakutan tidak rasional seperti yang sudah aku ceritakan diatas. Tapi ceritanya bikin penasaran! Aoyama Gosho is a genius. Berarti kecerdasan setara Conan (Shinichi) itu benar-benar ada di dunia ini, lha wong ada orang yang bisa bikin ceritanya kok, lengkap dengan skenario cara membunuh korban segala, hiii serem!
Kesimpulannya, secara teori, semua pembunuhan dan kematian di dunia ini bisa dijelaskan penyebabnya. Tapi ternyata ada banyak unsolved deaths di dunia nyata yang menyeramkan ini. Hmm, dunia ini butuh lebih banyak orang yang bisa berpikir seperti Shinichi Kudo.
Saat ini, baru saja aku membaca salah satu kisah unsolved death tentang kasus kematian 9 orang pendaki pada bulan Februari 1959, di Dyatlov Pass, Pegunungan Ural, Rusia. Siapa yang bisa memecahkan kasus ini? berikut data dari kejadian tersebut:
- Ketika tenda para korban ditemukan, tampak bahwa tenda itu dirusak dari dalam, seolah mereka sangat terburu-buru untuk keluar dari tenda tersebut.
- Mereka ditemukan dalam keadaan (maaf) tidak berpakaian lengkap, bahkan ada yang ketika ditemukan hanya memakai pakaian dalam. Padahal suhu saat itu sekitar -15 derajat celcius alias dingin sekali.
- 2 Korban yang ditemukan pertama kali dinyatakan meninggal karena hipotermia. Ada sedikit retak di tulang tengkorak, namun itu bukan luka fatal. Namun, tanpa ada bekas-bekas penganiayaan dan pembelaan diri, korban ketiga sampai keenam ditemukan dalam keadaan patah tulang dan mengalami internal injuries yang sangat parah. Anehnya, tidak ada kerusakan pada jaringan lunak. Menurut tim forensik, kerusakan seperti itu disebabkan oleh terkena benda kecil yang bergerak sangat cepat. Perkiraan lain menyatakan bahwa diperlukan kekuatan setara sebuah mobil yang bergerak cepat untuk menimbulkan kerusakan seperti itu. Yang paling menyeramkan, salah seorang diantara mereka ditemukan dalam keadaan tidak berlidah lagi (hiii!).
- Tidak ada jejak kaki yang ditemukan di TKP, kecuali jejak kaki kesembilan korban. Dan jejak kakinya itu seperti jejak kaki orang berjalan, bukan jejak kaki orang yang sedang berlari. Ingat, mereka berada pada suhu -15 derajat celcius tanpa pakaian lengkap. Kalau dilogika kan seharusnya mereka berlari-lari cari tempat yang lebih hangat. Yang lebih aneh lagi, jejak kaki itu mengarah ke arah tenda mereka, seolah mereka ingin kembali ke tenda.
- Ditemukan radioaktifitas dalam intensitas tinggi pada pakaian mereka, namun tidak ada jejak radioaktif ditemukan di TKP.
- Kulit mereka terlihat sun-kissed, alias tanned, alias warnanya berubah kecoklatan seperti orang yang baru saja berjemur di bawah sinar matahari. Padahal, sekali lagi, saat itu musim dingin bersuhu -15 derajat celcius!
- Kelompok pendaki lain yang berada sekitar 50 kilometer dari tenda kelompok ini melihat ada lingkaran berwarna jingga di langit, dari arah TKP (ada yang bilang ini cuma gosip, bikinan orang-orang yang pingin membuat cerita ini jadi lebih menakutkan dari yang sebenarnya).
Cukup membingungkan, pembaca? Untuk poin nomor 2, ada sebuah fenomena perilaku yang sepertinya bisa menjelaskannya. Namanya paradoxical undressing (link dari wikipedia: klik ini). 20-50% orang yang meninggal akibat hipotermia ditemukan melakukan hal ini. Jadi alih-alih mencari pakaian lain untuk dipakai agar mereka tidak semakin kedinginan, mereka justru berusaha melepaskan semua pakaian yang melekat di badan. Akibatnya, mereka semakin kehilangan panas tubuh, dan akhirnya meninggal dunia. Penyebab fenomena ini belum diketahui pasti, namun diduga orang yang hipotermia parah itu hipotalamusnya (bagian otak yang mengatur suhu) mengalami malfungsi sehingga mereka melakukan hal tersebut. Teori lain menjelaskan bahwa ketika kedinginan, otot akan menyempitkan pembuluh darah agar tubuh tidak semakin kehilangan panas tubuh. Pada keadaan hipotermia, otot-otot itu kelelahan, sehingga akhirnya otot-otot tersebut akan berelaksasi secara spontan dan menjadikan pembuluh darah yang semula menyempit jadi melebar kembali. Selanjutnya terjadi aliran darah dan panas yang sangat mendadak, dan hal ini dipersepsikan sebagai sensasi kepanasan. Akibatnya orang yang hipotermia tadi ingin melepaskan baju hangatnya. Ya, sesuai namanya, paradoxical undressing, benar-benar sebuah paradoks.
Opini lain menyatakan, bisa saja mereka menjadi korban dalam percobaan senjata baru Uni Soviet, you know, the radioactivity...tapi menurutku itu belum menjelaskan semuanya. Kalau aku kok malah kepikiran UFO ya, hehehe...jangan-jangan itu kerjaan alien yang lagi penelitian. Dunia ini kan luas, egois banget kalo kita mikir bahwa cuma kita saja yang punya kehidupan. Siapa tahu di galaksi lain ada bentuk kehidupan lain yang benar-benar berbeda dari kita? Mungkin mereka enggak butuh air dan oksigen, who knows? Tapi masak mereka menghancurkan para pendaki itu tanpa sebab, apakah ada salah paham? Membingungkan juga.
Atau mungkin ini perbuatan manusia, tapi dia kejam dan psikopat sehingga pekerjaannya begitu rapi. Atau ada informasi yang ditutupi dari investigasi kasus ini? aku bingung dan penasaran!
Yang ingin tahu lebih banyak, bisa klik disini:
atau tanya om Google dengan kata kunci "Dyatlov Pass Incident"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar