29/02/12

Ada Apa dengan Cinta? (Sebuah Film)

Pertama kali nonton film Ada Apa dengan Cinta? (AADC) itu, kayaknya waktu aku kelas 1 SMP. Terus kenapa malam ini bisa nonton film tersebut? ceritanya agak panjang. Gara-garanya ada adik kelasku cerita kalau Nicholas Saputra itu berakting di sebuah film lain (lupa namanya) memerankan seorang waria. Aku langsung kaget, kan di AADC si Nicholas itu...ehm, cool banget. Di kehidupan nyata juga kayaknya juga cool orangnya (sok kenal banget ya). Mana kuliah di teknik arsitektur lagi (?). 

Nah, terus malah ngobrolin filmnya Nicholas Saputra yang paling terkenal deh, apalagi kalau bukan AADC. Kata-kata "Jadi salah gue? salah temen gue?" yang sampai sekarangmasih sering dipakai  buat bercandaan, sumbernya dari AADC juga kan. Film yang menandai kebangkitan film bermutu Indonesia, kata para pengamat film itu AADC. Menurutku dulu udah ada sih film bagus, itu lho, Petualangan Sherina, haha.

Yang jelas, dulu waktu AADC lagi booming, kupikir cowok Indonesia yang ganteng itu seperti Nicholas Saputra dan cewek Indonesia yang cantik itu seperti Dian Sastro. Padahal Nicholas Saputra itu keturunan Jerman, jadi enggak 100% Indonesia. Jadi anggepanku itu salah. Oh iya, film ini dibuat sekitar 10 tahun lalu. Yang aku heran kenapa 2 pemeran utamanya tetap mempesona seperti dulu 10 tahun lalu ya, hehe. Sepuluh tahun tidak berarti apa-apa. Malam ini serasa menjadi abg labil kembali (padahal emang kadang masih labil, hehe).

Anyway...balik ke filmnya ya. Ini salah satu film yang jalan ceritanya masih bisa kuingat dengan sangat baik meski sudah bertahun-tahun. Namun, ekspresi para pemainnya udah banyak yang lupa sih. Adegan paling berkesan buatku adalah ketika si Cinta mengembalikan bukunya si Rangga, terus Rangga membuat gestur terima kasih like a Sir di Inggris sana. Haha, kayak tau aja, sok tahu banget aku ini. Emang kan diceritain kalau si Rangga itu misterius dan berbeda. Tapi setelah dipikir logis, emang ada ya yang beneran kayak gitu di sekolahan. Ada juga adegan si Rangga melemparkan bolpoin ke orang yang ngobrol di perpustakaan. Kalau ada yang beneran kayak Rangga gitu...kasihan banget yang sekolah di situ. Enggak bisa bercanda di perpustakaan deh, hehe.

Kesan pertama ketika nonton di menit-menit awal, geli aja sih. Ternyata ekpresi para pemainnya tuh ada yang lebai gitu menurutku. Jadi inget pas nonton bareng temen-temen KKN di pondokan, kami ketawa ngakak melihat akting para pemainnya. Padahal itu bukan film komedi lho, haha. Untungnya AADC enggak selebai film yang kami tertawakan dulu. Oh iya, baru sadar sekarang...kalau di AADC itu, diceritakan bahwa saat geng cewek berkumpul, mereka selalu bercerita tentang masalah masing-masing, lalu menari bersama, pokoknya hal-hal yang so sweet lah. Ehm, kayaknya kalau aku berkumpul dengan sahabat-sahabat cewek, kok justru sering terjadi keanehan dan cerita-cerita gokil ya? Haha.

Setelah ditonton lagi dengan saksama, lucu banget ternyata kisahnya si Rangga dan Cinta ini. Jadi mereka gengsi-gengsian padahal sebenarnya saling suka. Ada salah satu adegan, ketika si Rangga akan berterima kasih ke Cinta karena Cinta sudah mengembalikan buku miliknya. Disitu terlihat banget ekspresinya Cinta yang smug banget dan ngerasa menang karena...karena apa ya? Karena dia yakin banget si Rangga akan berterima kasih padanya? Ya gitu lah pokoknya. Melihat ekspresi Cinta, si Rangga langsung bilang "kenapa kamu tertawa?". Kayaknya si Rangga juga ngerasa kalau si Cinta itu kegeeran gitu. Enggak tahu kenapa, aku geli sama adegan ini. Mana si Cinta yang notabene g4h0eL abis dan selalu ber-elo gue mendadak keceplosan menyapa Rangga dengan sebutan "kamu" dan tentu saja si Rangga menyadari hal yang tidak biasa itu. Entah kenapa di mataku adegan itu kuartikan sebagai si Rangga yang kegeeran, hoho. Ada adegan ketika si Rangga bilang "saya mau kesana nanti sore, mau ikut?". Kemudian dia buru-buru meralat "eh, jangan salah paham". Khawatir banget ya kalau dianggap kegeeran, padahal memang iya :P

Kadang juga mereka berdua dikisahkan lupa kalau 'harus' gengsi-gengsian, contohnya si Rangga yang bilang ke Cinta "hei, pertanyaan saya belum dijawab. Kok kamu bisa sampai kesini? Kangen sama saya? Atau kangen bertengkar dengan saya?". Cinta marah dan merajuk hendak pulang. Tapi si Rangga bilang "Eh, jangan pergi. Saya cuma bercanda" sambil menarik tangan Cinta. Eaaa, menurutku romantis banget :p
Haaa, pokoknya film ini enggak berkurang keindahannya, bahkan menurutku terlihat lebih bagus daripada saat pertama kali kutonton dulu. Karena ternyata banyak hal yang enggak teramati olehku 10 tahun yang lalu!

Oh iya, si Rangga itu, jujur banget kalau ngomong. Masak di film itu, dia bilang sama Cinta, intinya begini "Saya yakin diantara kita ada yang lebih punya hati, atau punya otak. Tapi maaf Cinta, sepertinya kamu tidak punya keduanya". 
Wuhhh, bayangkan! Terus juga pernah bilang gini: 
"Sebenarnya kamu nonton konser itu karena memang suka atau karena enggak enak sama teman-teman kamu?"
"Enggak punya pendirian!"
"Sepertinya enggak ada yang keberatan (saya dekat dengan Cinta) kecuali kamu dan boybandmu itu!" (Diucapkan saat Rangga bertengkar dengan cowok lain yang cemburu akan kedekatannya dengan Cinta*)

Dan....hal yang paling bagus dari film ini menurutku adalah...puisi-puisinya!!! Sisi gombal nan sok puitis dalam diriku just can't resist those poems, hehe. Puisi yang paling aku sukai adalah puisi terakhir dalam film ini. Puisinya berjudul "Perempuan", dikarang oleh Rangga...eh salah, lupakan dulu Nicholas Saputra, pengarang puisi ini adalah Rako Prijanto (seorang sutradara). Bagus lho...ah, dulu kok aku belum ngerti ya, sayang sekali, haha. Ini dia puisinya:

Perempuan
(Rako Prijanto, 2002)

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi, juga karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur di hatimu, yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya?
Meninggalkan hati untuk dicaci
Baru kali ini aku melihat karya surga dalam mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta?
Tapi aku pasti akan kembali d
alam satu purnama, untuk mempertanyakan cintanya
Bukan untuknya, bukan untuk siapa, tapi untukku, karena aku ingin kamu
Itu saja

Suka banget sama tiga baris terakhir, terutama baris pertama sebelum terakhir. Tiga baris itu bisa kuparafrasekan, jadi panjang sekali.
Aku akan kembali. Semustahil apapun kemungkinannya, aku pasti akan kembali. Entah kapanpun itu, tapi aku mampu menjanjikan kepastian. Aku akan kembali. Untuk menatap kembali binar penuh cinta yang terpancar dari matamu. Untuk mengetahui sendiri seberapa kuat cinta kita sebenarnya. Semua karena kamu, dan memang hanya kamu alasanku.


Hmm, postingan ini mulai enggak jelas menurutku. But thanks for reading :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar