Kadang aku mikir kalau otakku itu feminin banget deh. Gara-garanya aku pernah baca artikel di internet kalau otak cewek itu beda sama otak cowok. Ya, cari sendiri lah artikel semacam itu di internet atau dari sumber lain yang relevan, hehe. Setelah aku pikir-pikir, ternyata aku itu :
- Nggak bisa nunjukin mana arah utara, selatan, timur, barat kalau berada di tempat baru. Di tempat yang udah aku kenal lama aja kadang-kadang lupa barat itu sebelah mana (sampe pernah sholat salah kiblat segala…malu)
- Memilih pelajaran bahasa daripada fisika
- Mengalami kesulitan saat belajar nyetir (huhuhu masak sih besok harus nyewa sopir?)
- Beberapa kali salah nyebut sebelah kiri sebagai sebelah kanan
Ya gitu lah, kemampuan spasialku memang agak rendah, haha. Tapi sejauh ini sih aku masih nyantai aja.
Nah, sampai sekitar tiga minggu lalu, aku nggak suka nonton bola. Kalau ada piala dunia, waktu pertandingan diputer, aku nggak ngeliat permainannya. Cuma ngeliat hasil akhirnya aja. Atau (kelihatannya) ngeliat ke lapangan tapi sebenarnya pikiran ngelantur kemana-mana. Hehehe. Aku pernah baca juga, kalau cowok itu suka ngeliat pertandingan olahraga, soalnya mereka bisa memperkirakan pergerakan yang terjadi pakai kemampuan spasial mereka. Jadi mungkin aku nggak suka lihat pertandingan olahraga karena sebab yang sudah aku sebutkan di atas. Kadang aku salut juga sama mereka yang sampai nggak tidur dan menahan kantuk gara-gara mau nonton pertandingan. Kok ya niat banget gitu lho.
Hingga datanglah tanggal 24 Juli 2010. Aku baru saja pulang dari Jogja. Liburan panjang!!! Iseng-iseng, malamnya aku ikut nonton pertandingan piala dunia. Daripada bengong. Waktu itu pertandingan Italia vs Paraguay. Aku mikir, kalau bosen aku mau tidur aja.
Dan pertandingan pun dimulai. Sebelumnya ada acara menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing negara. Wah, aku malah jadi melankolis dan mikir. Kapan ya lagu Indonesia Raya mengumandang ke seluruh dunia pas piala dunia. Pasti aku ngerasa bangga banget deh. Nah pas lagu kebangsaan itu diputer, wajah para pemain di-shoot satu persatu. Close up. Hahaha, another chance to ogle, searching for some eye candy. Lho??? Wah perlu meluruskan niat nih. Tapi niatan awalku apa ya? Lha wong aku nonton gara-gara iseng.
Game on! Bola mulai bergulir. Aku mencoba memperhatikan dengan seksama. Yeah, liburan kali ini aku bertekad akan berkata “iya” kalau diminta melakukan hal-hal yang belum pernah kucoba sebelumnya (terinspirasi dari film Yes Man). Asal masih dalam batas aman aja. Siapa tahu aku menemukan hobi dan kemampuan baru. So…I give myself a chance to love watching sports. Dan ternyata nonton pertandingan sepak bola secara seksama itu asyik juga, saudara-saudara! Lihat aja bolanya kemana, tiba-tiba udah kerasa asyik aja. Dan kalau bolanya udah deket gawang dan kamera menyorot close-up gitu…whoa! Gemes rasanya. Apalagi kalau gol, haha, beribu rasa (apaan sih, lebai ah). Kalau pas jagoan kita yang memasukkan gol, seneeng banget. Tapi kalau kebalikannya, hmhmhm, menyebalkan. Terus ekspresi dan gaya para pemainnya itu lho, lucu-lucu. Pemain yang mencetak gol akan bergaya lucu-lucu, terus dikerubungi temennya. Pelatihnya juga ikut bersuka cita. Sementara tim yang kebobolan mukanya jelek banget, Hahaha. Pokoknya ekspresi para pemain dan officials itu menarik deh buat diamati!
Saranku, biar seorang pemula yang nonton bola bisa betah, cobalah saran di bawah ini:
- Lihat awal-awal pertandingan, siapa tahu ada eye candy, bisa menambah rasa betah dalam menonton…tapi, kalau permainan sudah dimulai…
- Perhatikan kemana bola bergulir. Kalau udah main dan kamera menyorot dari atas, liat bolanya aja, nggak usah ogling nyari-nyari yang cakep, nggak bakal kelihatan kali…ntar malah jadi bosen.
- Perhatikan lebih teliti saat bola udah mendekati gawang.
- Tonton ekspresi sedih, kecewa, dan gemes dari para pemain dan official, menarik!
- Jangan menonton dalam keadaan laper, ngantuk, capek, sedih (bikin nggak bisa konsentrasi).
Terakhir, akhirnya aku bisa bilang "sekarang aku ngerti kenapa orang-orang suka nonton bola".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar