09/10/11

"Kening" karangan Fitri Tropica

Jadi ceritanya hari jumat kemarin salah seorang adik kelasku meminjamiku sebuah buku, judulnya "Kening". Pengarangnya Fitri Rakhmawati (atau Rakhmawati Fitri ya, aku enggak tahu pasti). Enggak kenal? Kalau Fitri Tropica alias Fitrop, tahu kan? Yang sering muncul di Trans TV itu lho. Nah semua nama itu adalah orang yang sama, orang yang mengarang buku ini.

Adik kelasku itu udah pernah cerita sih kalau dia lagi baca bukunya Fitrop, judulnya Kening. Katanya sih kocak abis. Waktu itu aku mikir, hmm...jangan-jangan buku ini ntar cuma lelucon, lucu-lucuan yang dangkal dan buat bahan ketawaan doang, semisal pengalaman si Fitrop keselek sendok saat syuting iklan obat panas dalam (no no, she wasn't, i'm just imagining, hehe). Tapi aku langsung bilang kalau aku pingin pinjem, buat obat gila. Eh salah, maksudku buat bacaan yang ringan saat weekend. Siapa tahu bisa menghilangkan stres biar kelenjar sebasea tidak semakin terpacu dan imunitas tubuh meningkat (#galaujerawat).

Terus beberapa hari lalu aku main di markas PIO (for the first time since, like a centuries ago...i'm so sorry and i'd been missing you all if you didn't know). Saat itu aku mendapati dia sedang ngikik ihihihi sambil baca sebuah buku. Oh ini to buku yang diceritakannya kemarin. "Pinjem dong", ujarku seenaknya. Dia langsung minjemin buku itu ke aku (hedeh kesannya lagi ada adegan bullying ya, padahal enggak lho, emang saat itu dia mau mulai rapat jadi enggak apa-apa bukunya aku pinjem dulu, hoho). 

Aku langsung baca bab 1 yang judulnya "Hello-Goodbye". Halaman persembahan, kata pengantar apalagi desain sampulnya dilihat nanti sajalah. Hehe, if it comes to a book, i am not any visual at all, desain nomor kesekian yang penting kata-katanya. Dan tahukah saudara-saudara?? Ternyata di bab 1 Fitrop bercerita tentang hal yang menurutnya "pernah bikin hampir semua orang di pelosok mother earth ini nangis at least once in their life" alias cinta. Jiahh, sebenarnya aku mengharapkan cerita yang gokil, yang seru dan bikin ketawa. That time, unlike any other time in any day of my life, i wasn't really in the mood for love story. Mungkin karena aku sudah berharap akan ngakak bersama buku ini.

Ya sudahlah, baca saja...dia menceritakan kisahnya ketika naksir dengan seseorang bernama Owl (Owl who? Owl City?). Tapi dia justru akrab sama temannya yang namanya Agra. Dan malangnya dia jatuh cinta sama teman yang perlahan jadi sahabatnya itu. Ini malang apa beruntung ya? Kalau katanya Jason Mraz sama Colbie Caillat kan "lucky i'm in love with my best friends"...tapi kalau menurutku, agak sial sih, hihi. Pada kasusnya si Fitrop ini, dia merasa minder banget dan pesimis bisa jadi pacarnya si Agra, soalnya Agra itu (katanya) cakep dan hal yang paling mengintimidasi dari keberadaan seorang Agra adalah, si Agra sepertinya bisa mendapat cewek-cewek yang cantikkk, seksi, pintar dan lain sebagainya.

Tapi long story short, si Fitri jadian sama Agra ini. Agra meyakinkan dia kalau "mereka sudah terlalu banyak disuguhi perempuan-perempuan cantik bertubuh ramping, hidung mancung, rambut terurai dengan kulit pualam di layar televisi yang karena keseragamannya semuanya terlihat sama hingga mengingat nama dan wajahnya pun susah". Hehe, jadi keinget temenku yang bilang kalau aktris-aktris Korea mukanya mirip semua. Tapi menurutku kalau diamati baik-baik pasti ada bedanya ah, walau mungkin sedikit karena mereka sudah 'diseragamkan" a.k.a dioperasi plastik.

Saat itulah aku baru ngerti artinya sebuah kalimat yang berbunyi "imperfections make you perfect" dan "your imperfections perfect you". Karena tanpa ketidaksempurnaan kita, kita akan jadi sama, seragam, susah diingat nama dan wajahnya-meminjam istilah Agra di buku itu. Agra melanjutkan "harus ada yang datang membawa sesuatu yang baru, gak perlu physically cantik. Tetapi sesuatu yang unik dan berbeda pasti akan meninggalkan kesan yang gak mudah ditinggalkan orang". Dan Agra menemukan sesuatu itu di Fitrop, ciee....

Awalnya Fitri sempet merasa enggak enak sama cewek lain yang naksir Agra, dia pasrah kalau mereka enggak jadian. Toh mereka sudah mengungkap perasaannya masing-masing. Katanya begini: "Apa pentingnya status pacaran sih kalo lo tau orang yang lo suka has the same feelings for u?". Hmm, i couldn't agree more alias setuju banget! Tapi Agra meyakinkan kalau cewek itu sudah ridha dia jadian sama Fitrop, haha. Yap, bab kedua dari buku ini, Fitrop bercerita bahwa "being with Agra is like my addiction i can never get enough".  Dimulai dari adegan romantis berbunga-bunga tapi bikin dia malu di tengah keramaian jalan Dago, dilanjutkan dengan adegan ngumpetin bunga itu biar enggak ketahuan sama gebetan lamanya Fitri, suka duka jadi penyiar yang harus sok ceria meskipun sedang berantem dengan pacar, kado-kado unik nan berseni khas Agra, sampai bahagianya dia karena dia tetep bisa jadi dirinya sendiri ketika bareng Agra...pake converse belel, enggak pernah pakai rok selama nge-date kecuali sekali. 

"Melihat gerombolan ABG modis berseragam ketat melirik iri setengah gak rela ngeliat cowok kayak Agra jalan sama gue, rasanya hidung gue kembang-kempis. "Gak usah gaya-gaya amat kok kalau mau dapet cowok oke", gue sok menasihati mereka dalam hati. (Iyaa percaya deh Fit!)

Ya, Agra yang selalu siap berlari-lari bersama Fitri menembus kemacetan Bandung hanya supaya Fitri enggak terlambat siaran. Berlari-berlari bersama Fitrop ketika Fitrop mengejar mimpinya di ibukota. Pengejaran mimpi yang berujung manis tapi pahit. Manis karena Fitrop jadi terkenal seperti sekarang. Pahit karena semua kesibukan itu membuatnya jauh dan cuek sama Agra. Sikap cuek yang kelak disesalinya habis-habisan "I must have hit my head on the walls too hard!", katanya. Yah, akhirnya mereka putus. Walaupun Fitrop jadian dengan cowok lain, seorang aktor (tapi aku enggak tahu siapa aktor itu, males ngikutin gosip artis), tapi....sepertinya Agra masih spesial deh di hatinya, hehe.

Kemudian ada dongeng karangannya sendiri, yang berjudul Putri Upil Bison. Ckckck, emang gokil banget ya teteh ini, ngakak aku bacanya. Tapi jujur enggak terlalu suka bagian ini. Lebih suka bagian sebelumnya, surat cinta Fitrop untuk ayah dan ibunya. Jujur ya, mataku agak pedes baca bagian ini. Mendadak mellow gitu deh, keinget ortu sendiri :')

"Masih saya ingat,
Jawabanmu saat kuprotes soal morning call rutinmu dengan pertanyaan yang sama kamu tanyakan setiap hari di telepon.
"Lagi di kost. Sudah makan. Oh and anyway aku hari ini pergi kerja kaya biasa. Pasti mau nanyain itu kan?!" Jawabku sebelum kamu bahkan sempat bilang "halo" dan memulai ritual menanyakan aku sedang apa? Dimana? Dan kegiatan hari ini apa? Semua pertanyaanmu sudah melekat manis di kepalaku, sayang.
Hari-hari berikutnya, geli juga mendengar usahamu mencari bermacam-macam topik obrolan. Sampai tiba di satu titik dimana akhirnya kamu cuma bisa bilang "Halo. Err. Aduh, ngomong apa lagi yah?"
"Kehabisan topik ya? Lagian nelponnya kenapa juga harus tiap hari sih kan bosen?"
Lalu jawabmu,
"Mamah...kangen""
(God, ternyata orang tua dimana-mana sama ya, mungkin buat kita ngabar-ngabari itu membosankan, just another morning/night routine, tapi ternyata itu penting sekali buat mereka :"))
Tiga cerita terakhir cukup memuaskan ekpektasiku untuk membaca cerita lucu. Cerita pertama, waktu Kartinian si Fitrop disuruh mewakili kelasnya dalam ajang pemilihan Mojang-Jajaka tingkat sekolahan. Nah kebayang kan dia enggak pernah dandan apalagi pake high-heels, sekalinya harus pakai malah langsung dinilai keanggunannya oleh dewan juri, haha...saking enggak betahnya begitu turun panggung, langsung dicopotlah semua alat penyiksaan itu. Eh ternyata keanggunan dan kecerdasan Fitrop yang bawa-bawa penjelasan tentang peranan khalifah di muka bumi mampu memukau dewan juri. Walhasil dia pun naik panggung lagi sebagai juara satu memakai sandal jepit dan memakai pensil kayu sebagai tusuk konde.

Cerita kedua, tentang kekonyolannya waktu jadi reporter di Sulawesi yang mengira handuk coklat bermotif Snoopy adalah busana adat sang tetua adat. Dan ada cerita ketika si Fitrop sungkem alias mencium tangan tukang ojek. Gara-garanya, dia lupa kalau saat itu dia bukan diantar bapaknya, tapi diantar tukang ojek. Buku ini diakhiri dengan balasan Fitrop pada tweet penggemar yang dikirim ke akunnya. Hampir semua reply diakhiri dengan kata "trims". Menjawab protes penggemar yang bosen kenapa harus pake trims-trims segala, dengan bijak dia menjelaskannya di halaman selanjutnya. Dan kalimat pada akhir bukunya, yang membuat kita mungkin merenung sebentar:

"Dear followers, have you make at least three people smile today?"

This book is definitely not a kind of shallow comedy book. Worth reading, actually. Termasuk tipe-tipe page turner alias buku yang membuat kita dengan semangat membuka lembar selanjutnya. Tidak sekedar membuat kita tertawa geli, buku ini termasuk that kind of book yang memiliki kekuatan untuk membuat kita merenung setelah membaca kata-katanya :)

1 komentar: